chapter five #Bad day

32 8 10
                                    

"Lo dianterin sama siapa Lan" tanya Renita sambil memandang Lana sinis.

"Sama temen gue" Lana menjawab dengan malas tanpa menoleh kearah Renita. "Lana lo kenal sama Rafa kan yang nganterin lo tadi itu Rafa kan?" Renita mencekal pergelangan tangan Lana.

Lana menghempaskan tangan Renita " apa urusannya sih sama lo. mau yang nganterin gue namanya Rafa, Rafi, atau Rafu sekalipun masalahnya sama lo apa"

"lo udah mulai berani ya sekarang sama gue. Mau lo gue laporin sama mama lo hah" Renita membentak Lana.

"sejak kapan gue takut sama lo. haha lo ngimpi kali ini ya gue bilangin sama lo GUE GAK PERNAH TAKUT SAMA LO. Cam kan itu Renita Fausta. Lo mau laporin gue ke mama silahkan" Lana menatap Renita dengan tatapan tajamnya.

seketika itu pula Lana bergegas masuk kerumah dan bergegas menuju kamarnya. Lana segera menutup pintu kamarnya dan duduk diranjangnya, Lana memijit keningnya pelan sambil berpikir "kenapa sih Renita jadi bersikap kaya gitu padahal gue ga pernah jahat sama dia. Apa ga cukup dia rebut perhatian mama sama bang Adam" Lana menoleh kearah meja kecil disamping ranjangnya lalu mengambil frame foto mendiang papanya, Lana mengelus foto papanya tanpa terasa bulir bulir air matanya telah luruh membasahi foto papanya.

Lana mendekap erat foto papanya sambil berucap lirih "papa Lana kangen banget sama papa. Mama sama bang Adam berubah pah mereka ga kaya dulu lagi. kenapa papa secepat ini ninggalin Lana, sekarang Lana sendirian pa. Kenapa waktu itu bukan Lana yang meninggal kenapa harus papa. Lana cuma kangen keluarga kita yang dulu pa. " Lana mengecup foto papanya lama lalu kembali meletakkannya dimeja dan ia segera menghapus air matanya.

"Gak gue ga boleh jadi cenggeng kaya gini, gue harus kuat. Papa selalu ngajarin gue buat jadi cewek kuat dan mandiri. pokoknya gue harus kuat. mending sekarang gue mandi deh biar seger"

Lana bejalan menuju kamar mandi dan segera mandi.

.

.

.

Mama Lana memasuki rumahnya dengan langkah santai. setibanya diruang tengah Ia melihat keponakannya Renita sedang menagis.Ia menghampiri Renita " lho Ren kamu kenapa sayang,kok nangis sih.cerita sama tante"

"Tante Lana tadi marah marah sama aku Tante. Katanya aku udah ngerebut perhatian Tante. Lana marah karna adanya aku disini ngebuat dia dilupain sama Tante." Renita memeluk Isabel.

"Lana ngomong gitu sama kamu? Anak satu itu bener bener buat Tante marah. harus dikasih pelajaran dia" Isabel mengelus punggung Renita.

Sementara Renita tersenyum licik "Jangan tante aku ga mau kalo Lana jadi makin marah sama aku, tadi aja Lana ngedorong aku tante."

Isabel melepaskan pelukannya pada Renita " Lana ngedorong kamu? terus ada yang sakit ga sayang? Lana itu bener bener" Isabel bergegas menuju kamar Lana sementara Renita terkekeh jahat lalu menyusul Isabel kekamar Lana.

sesampainya didepan kamar Lana Isabel mengetuk pintu kamar Lana sambil berteriak "Lana buka pintunya Lana"

Tak lama kemudian pintu kamar Lana terbuka, Lana tersenyum pada mamanya "Mama ada apa tumben mama kekamar Lana" Lana tersenyum dan ingin memeluk Mamanya tapi segera ditepis oleh mamanya yang membuat senyum Lana luntur.

"Lana mama pernah ngajarin kamu buat jadi perempuan kasar ya." Isabel menatap Lana tajam.

"maksud mama apa?" Lana menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti.

"kamu gak usah pura pura gak ngerti Lana. kamu tega ya mendorong dan marah marah sama Renita. Asal kamu tau Renita itu gak pernah merebut perhatian mama. kamu seharusnya bersikap baik sama dia, orang tuanya udah gak ada Lana." Isabel berucap dengan emosi.

Mata Lana sudah berkaca kaca mendengar ucapan mamanya "ma Lana gak ngedorong Renita ma. Renita udah bohong sama mama."

"Lana kamu kok nuduh aku bohong sih, kamu kan marah trus ngedorong aku" Renita membuat mimic wajahnya sesedih mungkin. "kalo kamu gak suka aku tinggal disini aku bisa pergi dari sini kok"lanjutnya.

"Kamu kok ngomong gitu sih Re. Kamu bakal tetap tinggal disini kok, kamu tenang aja Lana gak punya hak sama sekali dirumah ini" nada bicara Isabel melembut ketika berbicara kepada Renita.

Lana hanya tersenyum miris melihat bagaimana mamanya berbicara kepada Renita."mama bener Re gue emang ga punya hak apa apa dirumah ini. Mana ada seorang Ibu yang tega bicara seperti itu sama anaknya."

"Lana jaga bicara kamu, kamu benar benar berubah dan mama malu punya anak seperti kamu" Isabel menatap Lana dengan raut marah.

"mama juga berubah, dulu mama selalu perhatian sama Lana kenapa sekarang berubah dan Lana lebih kecewa sama mama" Lana sudah tidak tahan untuk menjatuhkan air matanya.

"kamu itu sudah membuat suami saya meninggal Lana dan asal kamu tau kamu itu anak pembawa sial dirumah ini." Isabel membentak Lana dengan kata kata yang kejam.

"aku gak bunuh papa ma. Aku sayang sama papa ma,mama kok tega ngomong gitu sama Lana" wajah Lana sudah basah dengan air mata.

tiba tiba Isabel memegang dadanya seranya memegang tembok. Renita segera mendekati Isabel dan memegang bahu Isabel. " Tante tante kenapa? Lana ini semua karna lo. lo tega ya sama mama lo sendiri, ayo tante kita kekamar tante aja"

"mama maafin Lana, Lana gak bermaksud buat mama jadi gini ma Lana__" ucapan Lana terpotong karena suara dari Adam yang tiba tiba muncul " ada apa ini? ma,mama kenapa" Adam segera membopong mamanya menuju kamar mamanya lalu segera menghubungi dokter keluarga mereka.

.

.

.

sementara mamanya diperiksa oleh dokter Adam berjalan menuju kekamar Lana dengan emosi karena Renita menceritakan kronologis kejadiannya pada Adam.

"Lana lo udah tau kan mama punya riwayat penyakit jantung kenapa lo buat mama susah dan stess sama tingkah lo yang kaya bocah itu." Adam mencekal pergelangan tangan Lana.

"sakit bang" Lana meringis karena tangannya dicekal terlalu keras oleh Adam.

"sakitan mana sama mama dan gue yang harus kehilangan papa karna lo, lo itu egois dan gak berperasaan Lana."

"aku juga sedih karena kehilangan papa,aku sayang sama papa" Lana menangis dan berteriak didepan muka Adam.

"berani lo teriak didepan gue. dasar adek kurang ajar. " dan PLAKK Adam menampar Lana dengan spontan, Adam melihat Lana yang memegang pipinya dengan berurai air mata. Lana menatap Adam dengan pandangan tidak percaya karna selama ini Adam tidak pernah kasar padanya.

"Makasih bang Adam buat tamparannya, ternyata setega ini abang sama Lana, mana bang Adam yang katanya bakal ngelindungin Lana? sekarang abang gak usah anggap Lana adek abang lagi. abang jagain aja Renita dan anggap aja kalo LANA UDAH MATI" Lana berujar dengan emosi dan air mata yang terus bercucuran.

Lana menutup pintu kamarnya dengan kasar lalu menguncinya. setelah itu dia jtuh terduduk dibelakang pintu dan memengang pipi dan dadanya.

"pipi gue emang sakit tapi hati gue lebih sakit dan rasanya hancur banget, Tuhan kuatkan aku. PAPA rasanya Lana gak sanggup lagi"

hai hai aku update lagi maafkan typonya ya teman teman.

ada yang penasaran papanya Lana kenapa. aku bakal jawab di part selanjutnya guys. btw Isabel itu mamanya Lana ya dan Renita si ratu drama itu sepupunya Lana.

oke jangan lupa klik bintang buat vote cerita ini and follow akunku ya

I love u guyssss

Seluas angkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang