Aku masih setia menemani june yang berbaring lemah diatas ranjang sambil menggenggam tangannya. Kini ia sedang tidur dengan tenang.
Wajahnya yang tampan membuat siapa saja yang melihatnya menjadi tenang.
"Sea.." panggil hara yang baru saja datang bersama bobby.
Aku hanya menoleh kearahnya dan tersenyum manis.
"Bagaimana keadaan june?" Tanya Bobby kepadaku,
"Sudah baik,"
"Dia bodoh, bagaimana bisa sampai kecelakaan seperti itu." Ucap Bobby.
"Bob!" tegur hara pelan,
Bobby hanya terkekeh pelan, lalu mengusap bahuku pelan.
"Sabar saja, dia akan pulih sebentar lagi" aku tersenyum lembut sambil mengangguk, lalu bobby keluar meninggalkan aku, june dan hara di dalam ruangan.
"Semoga june cepat pulih ya" hara menggenggam tanganku dan mengusapnya, mencoba menenangkan aku.
"Terimakasih hara" ucapku,
"Yasudah, aku keluar dulu ya, kamu temani june disini" hara keluar dari ruangan, lalu sekarang hanya aku dan june yang didalam.
June masih tetap tertidur tenang, aku yang sedari tadi masih menggenggam tangannya mulai melepasnya, hendak keluar mencari udara segar.
Tapi tangan june menahannya, ia menarik badanku mendekat.
"Jangan pergi" lirihnya.
Aku tersenyum, lalu berjalan kearahnya lagi,
"Yasudah aku disini saja" aku duduk lagi di tempat semula.
"Aku masih belum melanjutkan cerita saat aku sudah menuju ke surga" ucapnya lirih.
"Lanjutkan saja, akan aku dengarkan" aku tersenyum kearahnya dan bersiap untuk mendengar ceritanya.
"Aku berjalan menuju sebuah cahaya sendirian, pakaianku sudah berantakan, aku nggak tahu mau kemana,"
"Tapi aku terus jalan, lurus. Nggak mempedulikan sekitar."
"Dan saat aku mau masuk ke arah cahaya itu aku dengar suara kamu, walaupun pelan banget tapi aku masih dengar." Lanjutnya.
"Kamu bilang aku harus kuat dan bertahan, terus tangan kamu terulur buat aku, kamu gandeng tangan aku dan ngajak aku pergi ke arah lain"
"Sampai akhirnya aku bangun lagi," june mengakhiri ceritanya sambil tersenyum lembut. aku menitikkan air mata mendengarnya.
Sampai saat ini aku belum bertanya kepadanya apa penyebab ia kecelakaan, aku takut.
"Kamu harus kuat, karena kamu bisa" kataku kepadanya, lalu aku mengusap tangannya dengan kelembutan hati yang paling tulus.
...
Aku membawa june keluar dari ruangannya untuk mencari udara segar di taman rumah sakit. Ini hari ketiga june berada di rumah sakit, entah kenapa sampai hari ini june belum bisa dibawa pulang. Padahal june sudah merengek merasa bosan berada di rumah sakit.
"Aku pengen pulang" ucap june kepadaku dengan nada kesal.
"Ya sabar dong juneee, kan dokternya belum bilang kalo kamu boleh pulang" jawabku.
"Bosen tau," kini aku membawa kursi rodanya ke arah air mancur, tepat didepan air mancur itu aku mengehentikan kursi rodanya, lalu aku duduk di bangku sebelah kursi roda june.
"Ya sabar aja, kan luka kepala kamu juga belum kering" ujarku sambil menunjuk kepalanya yang diperban.
June menghela napasnya kasar, lalu tangannya menarik tanganku yang bebas.
"Makasih ya, udah mau nemenin aku disaat aku lagi sakit" ucapnya, aku hanya bisa tersenyum, aku tidak bisa menahan tangisku jika june sudah mengungkit masa sakitnya.
"Iya" jawabku singkat.
"Jangan nangis, dasar cengeng" ledek june yang menyadari jika aku sedang menahan tangis.
"Senyum dong, kalau cemberut nanti cantiknya hilang"
...
Aku dan june menuju kembali ke ruangan setelah 1 setengah jam berada di taman, karena jalan dari taman menuju ruangan june itu sedikit menanjak, jadi aku sedikit keberatan mendorong kursi roda june.
"Berat junnn" ujarku sambil tetap mendorong kursi roda june.
June hanya terkekeh pelan, hingga aku bisa melewati tanjakan itu.
Aku memasuki ruangan june, lalu bicara kepada suster yang ada disana untuk memasang infus june lagi.
"Jangan suster! Sakit tau!" Ujar june saat suster hendak meraih tangannya.
"Mau pulang gak!" Ancamku galak. June pasrah, lalu memberikan tangannya kepada suster untuk dipasangkan infus lagi.
Setelah selesai, june diperbolehkan duduk diatas sofa agar badannya lebih bugar, karena jika terus berbaring malah badannya akan terasa sakit semua.
Aku duduk disampingnya, membawa semangkuk bubur khas rumah sakit dan menyuapi june.
"Nih makan" tanganku terulur pada mulut june, tapi june menolak bubur itu.
"Gak mau, gak enak" ucapnya malas.
"Biar cepet sembuh juneee, katanya pengen pulang" kataku memaksa.
"Kamu pengen ya aku mati keracunan makanan hambar itu?"
Aku terbungkam, lalu menghela napas.
"Terus mau makan apa juneku sayanggggg" ucapku gemas.
"Delivery pizza!" Aku membelalakkan mataku, hampir memukul june.
"Lagi sakit kok aneh-aneh sih! Gak boleh!"
June langsung cemberut, lalu memohon padaku.
"Bolehlah dikit sayangg" pintanya.
"Gak! Udah makan bubur aja!" Aku mulai menyuapi june lagi, tidak menghiraukan dia yang terus merajuk.
...
Hay! Akhirnya aku update juga wkwkw.
Jangan lupa vote ya, hargai dikit lah perjuangan aku meluangkan waktu buat nulis aihihi.Lovee!
KAMU SEDANG MEMBACA
JUN;E
FanfictionHari-hari menyenangkan yang dilewati Kim Sea dan Koo Junhoe ketika menjadi sepasang kekasih. Pria gila seperti Koo Junhoe, apakah ia bisa bersikap manis kepada sang kekasih? Kamu akan mengetahuinya. Highest rank #10 juneikon #15 rindu #13 kekasih...