Limabelas

27 11 2
                                    

June pov's

Sialan. Chanwoo tidak jadi ikut denganku karena ia lebih memilih pergi dengan kekasihnya. Alhasil sekarang aku harus pergi sendiri ditemani lagu lagu galau.

Sebenarnya aku sangat ingin bertemu dengan sea, aku merindukannya. Aku ingin mengajaknya pergi jalan jalan ke tempat favorit kita. Mengajaknya ke pantai lagi, mengajaknya pergi ke gunung, atau sekedar menemaninya dirumah.

Tadi aku sempat berpikir untuk menjemputnya di rumah, tapi aku mengurungkan niatku. Mungkin aku hanya akan mengganggunya.

Aku tidak yakin sea benar benar melakukan tindakan seperti itu kepada mama. Selama ini sea sangat menyayangi mama dan menganggapnya seperti ibu sendiri.

Tapi aku juga percaya dengan video dari rekaman cctv yang diperlihatkan oleh rose itu.

Hah, aku sangat bingung.

Lebih baik aku menghabiskan waktuku di cafe, untuk melepas penat dan semua beban ini.

Aku menuju cafe biasa. Biasanya aku datang kesana dengan sea. Membeli kopi kesukaan, lalu bermain game atau mengerjakan tugas disana. Tapi sekarang aku hanya datang ke cafe ini sendirian. Tanpa sea disampingku.

Aku masuk ke dalam cafe. Dan sangat terkejut ketika mendapati sea ada di tempat duduk biasanya.

Aku mematung sebentar di ambang pintu, lalu aku memutuskan untuk langsung pergi ke bartender dan memesan kopi.

Aku memandangi sea yang sedang tertunduk sambil memegangi pelipisnya, keadaannya sangat buruk. Dia sepertinya sedang sakit.

Setelah aku mendapatkan kopiku, aku menghampirinya, duduk disampingnya.

Ia masih menunduk, mungkin belum menyadari bahwa yang duduk disampingnya adalah aku.

. . .

Sea pov's

Aku merasakan ada yang duduk di bangku sampingku, tapi aku tidak menghiraukan. Tempat ini memang sedang ramai, mungkin saja orang yang ada di sampingku ini tidak dapat bangku lalu berniat duduk bersamaku.

"Sea..."

Tunggu.

Aku yang tadinya tertunduk lemas karena merasa sangat pusing langsung bangun, lalu melihat siapa yang baru saja memanggilku.

June.

Dia duduk disampingku dengan santai, menatap wajahku dengan tatapan khawatir. Ah tapi kenapa ia harus mengkhawatirkan aku?

Aku membalas tatapannya. Sungguh tatapannya sulit diartikan. Ia menatapku khawatir, sedih, tulus, dan benci. Aku tidak mengerti.

"Ada apa" tanyaku lirih, lalu membuang pandanganku padanya.

June menyambar tubuhku pada pelukan eratnya, sangat erat dan lembut. Ini pelukan yang berbeda dari biasanya. June seperti mengalirkan rasa yang berbeda di dalam pelukan ini.

Aku hanya diam di dalam pelukannya. Merasakan kehangatan yang sudah cukup lama aku rindukan.

Aku terisak, air mataku mengalir deras. Aku sungguh merindukan june, tidak bisa dipungkiri, aku sangat merindukannya.

Aku membalas pelukan itu, membalasnya dengan erat, sambil terisak dan menahan sesak di dada. Aku tidak bisa menahan rasa rindu yang aku pendam.

"Aku merindukanmu" lirihku disela pelukan itu, june mengusap rambutku, lalu melepaskan pelukan perlahan.

JUN;ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang