Chap 5

244 22 2
                                        

'Kenapa kau tidak coba untuk menyelidiki hal ini? Datang ke RS secara diam-diam, dan mencari tahu. Mungkin ... danna selalu datang menjenguk Otae-san.'

Kagura meletakkan kepalanya di atas meja, perkataan Sougo tempo hari terus terngiang di kepalanya. Benarkah itu? Benarkah yang dikatakan pemuda brengsek garis miring kekasihnya itu? Gadis itu tidak terlalu berani berharap. Semenjak hilangnya Gintoki dan hancurnya Yorozuya serta hubungannya yang semakin lama bertambah buruk dengan Shinpachi, Kagura terus berharap pria beruban yang sudah dianggap seperti walinya itu kembali.

Menyapanya dan Shinpachi dengan cengiran konyol khasnya. Kemudian ia dan Shinpachi akan membuat pria itu babak belur.

Tetapi khayalan seperti itu kian memudar dalam benak Kagura. Terlebih ketika sosok yang ia anggap sama berharganya seperti Gintoki, seseorang yang ia anggap sebagai lentera penerangnya Yorozuya-bagaikan seorang ibu-jatuh sakit. Wabah putih, vonis yang diberikan dokter kala itu membuat Kagura bertambah hancur. Terlebih Shinpachi.

Saat itu Kagura sontak menangis kencang dan menjerit. Ia tidak pernah membayangkan hal seperti itu akan terjadi menimpa dirinya dan Yorozuya. Bagaikan mimpi buruk yang berkepanjangan. Setelah Gintoki menghilang, kenapa anego- nya menjadi seperti ini? Cepat atau lambat, Otae akan meninggalkan dirinya dan Yorozuya. Kagura tidak ingin sosok yang sudah ia anggap seperti keluarganya di bumi pergi meninggalkannya.

Semenjak itulah Kagura lelah untuk terus berharap. Saat ia mengharapkan Gintoki akan kembali, hubungannya dan Shinpachi menjadi retak. Ketika ia terus menunggui Gintoki, tuhan justru memberikan penyakit berbahaya kepada anego- nya. Dan di saat ia berharap suatu saat Otae bisa sembuh, virus yang menggerogoti tubuh Otae justru bertambah ganas. Semakin lama Kagura merindukan kehangatan Yorozuya. Gadis itu bahkan lupa kapan terakhir kali ia tersenyum? Kenyataannya ia terus memasang wajah dingin, berlagak kuat dan tsundere untuk menutupi luka dan kekosongan di dalam hatinya. Tetapi di balik itu semua, tiap malam ia selalu menangis di dalam pelukan Sougo atau pun ia yang menangis sambil memeluk Sadaharu.

Kagura sadar dirinya terlalu lemah juga rapuh. Cengeng, mungkin kata itu tepat. Kagura tidak akan menyangkalnya. Ia teramat salut dengan Otae yang masih sanggup tersenyum manis dalam penyakitnya. Menyambutnya dan Shinpachi dengan hangat tiap mereka datang untuk menjenguk.

Kagura akui, anego- nya adalah sosok wanita yang mengagumkan. Itulah kenapa ia menjadikan Otae sebagai panutan keduanya di bumi setelah Gintoki.

"Chotto anata. Berhentilah melamun dan makan makananmu, jangan mengundang penyakit. Bocah."

Kagura mengangkat kepalanya, bertemu pandang dengan Otose yang menatapnya tajam.

"Aku sudah bukan bocah lagi, baba," balas Kagura ketus. Saat ini ia berada si kedai Otose. Kagura merasa cukup senang, setidaknya masih ada yang perhatian terhadapnya. Gadis itu lalu memakan nasinya yang mulai terasa dingin.

Otose tersenyum lega melihat Kagura yang makan dengan lahap, ia menghirup rokoknya pelan. "Lalu ... apa kalian sudah menemukan apa yang kalian cari?"

"Belum." Kagura menjawab dengan mulut penuh nasi. Ia melirik ke arah Shinpachi yang duduk tepat di sebelahnya.

Gadis itu kembali tersenyum dalam hati. Padahal biasanya mereka selalu mengambil jarak, bahkan saat duduk sekalipun. Tetapi semenjak kejadian si Chinpo yang menjenguk Otae, entah kenapa kekakuan antara ia dan Shinpachi perlahan mencair. Mereka semakin sering menjenguk Otae bersama, si Chinpo itu juga turut ikut. Lalu mereka akan berbincang hangat dan bercanda bersama Otae. Meskipun mereka dilarang untuk bercanda berlebihan. Kagura merasa suasana Yorozuya perlahan masuk kembali ke dalam kehidupannya sejak Chinpo itu muncul.

Tears (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang