Chap 4

226 23 2
                                        

*chapter ini lebih banyak scene okikagunya

Pria berambut cokelat pasir itu mengaduk-aduk ramen miliknya dengan tak bernafsu. Manik merahnya sepenuhnya fokus terhadap gadis yang duduk di hadapannya, yang tengah menyantap makan malam traktirannya dengan rakus sekaligus menceritakan apa yang sudah terjadi di RS.

"Kau tidak makan sadis?" tanya gadis itu, Kagura.

Pria berjulukan sadis, alias Okita Sougo itu menggeleng. "Tidak, makan saja sepuasmu, China. Aku tidak lapar."

"Omong-omong aku merasa heran kenapa kau mentraktirku larut malam begini," Kagura menatap pria di hadapannya dengan curiga.

"Karena ... aku ingin mendengar ceritamu di RS tadi. Cepat lanjutkan," perintah Sougo gemas. "Dan lagi, aku tahu pembicaraan ini akan lama. Kau selalu seperti itu kalau sedang menceritakan Otae-san, makanya aku lebih memilih mengajakmu ke sini."

Kagura mengangguk-angguk pelan, ia menghirup kuah ramennya, "Aneh ya, semenjak Yorozuya hancur, aku lebih banyak menceritakan masalahku di hadapanmu. Apa kau tidak merasa seperti dimanfaatkan olehku? Aku tidak bisa lagi curhat kepada Shinpachi, ataupun anego, terlebih Gin-chan."

Sougo mendengus, kenapa suasananya menjadi melankolis seperti ini? Semenjak Yorozuya hancur, Kagura sering menunjukkan sisi rapuh di hadapannya. Seandainya kehidupan mereka sama seperti biasanya, Sougo pastilah akan mengejek gadis ini habis-habisan. Tapi Sougo jelas bisa membaca suasana, tidak ada waktu bercanda dalam pembicaraan suram ini.

"Kenapa aku harus merasa seperti dimanfaatkan? Aku hanya mendengar ceritamu saja bukan? Tidak harus melakukan apapun," Sougo memanggil pelayan untuk membersihkan mangkuk ramen bekas makan Kagura. Warung ramen yang mereka datangi buka selama 24 jam. Jadi Sougo tidak perlu takut mereka diusir atau semacamnya. Ia dan Kagura bisa berada di warung itu sepuasnya.

Kagura tertegun sejenak mendengar ucapan Sougo. Entah sejak kapan mereka menjadi sedekat ini. Mungkin ketika Gintoki menghilang. Yang pasti Kagura selalu mencari Sougo tiap ia membutuhkan tempat bersandar. Hubungan mereka yang sering bertengkar ternyata menciptakan keakraban yang sulit dimengerti orang-orang.

Cerita kembali mengalir, dan Sougo mendengarkan curhatan Kagura dengan penuh perhatian. Lalu sampailah di bagian yang menurut Sougo sangat menarik dan terasa janggal.

"Tunggu china, kau tadi bilang Otae-san mengatakan ;'aku tidak lagi sedang bermimpi?'" tanya Sougo, memotong cerita Kagura.

Kagura mengangguk pelan, heran dengan reaksi Sougo. "Anego juga mengatakan ;'aku takut kalau ini hanyalah mimpi, seperti tadi.'"

"Aneh ...," kening Sougo berkerut halus, pemuda itu menyentuh dagunya seperti berpikir.

"Aneh kenapa?"

"Apa mungkin danna pernah datang ke RS tanpa sepengetahuan kalian?"

Manik biru Kagura melebar, ia menatap Sougo sangsi. Gadis itu mendesah dan menggelengkan kepalanya,"Bisa saja kalau anego tadi hanya memimpikan Gin- chan atau ia berhalusinasi."

"Bukankah nanomachine virus tidak bisa menimbulkan halusinasi yang berlebihan? Dan juga, kau pernah bilang kalau Otae-san sangat ingin melihat danna dalam mimpinya. Berarti selama ini ia tidak pernah memimpikan danna."

Kagura tersenyum kecut, menurutnya penjelasan Sougo tidak masuk akal.

"Bisa saja hari ini anego berhasil memimpikan Gin- chan," kilahnya.

"Tepat ketika ada seorang pria aneh yang mengaku-aku sebagai danna? Sebuah kebetulan yang cukup mengejutkan."

Saat Sougo mengungkit-ungkit pria aneh yang dimaksud, Kagura tiba-tiba teringat dengan sebuah kejanggalan yang ia rasakan di RS. Kejanggalan yang menyangkut anego -nya tersayang dan pria aneh yang bernama Chinpo.

Tears (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang