Chapter 02

21 5 9
                                    




Dilarang keras berkomentar dengan kritikkan pedas !



****

"Sedikit lagi, aku bakal jadi babu." Guman gadis yang tengah asyik memperhatikan langit-langit kamarnya. Sesekali ia mengerjap, karena tiba-tiba saja matanya jadi perih.

Latifah, namanya. Ia sendirian dikamar itu.

"Kikikikikikikikkk."

Ia merinding mendengar suara tawa cekikikan dari ruang tengah. Itu pasti Feby, anak sulung dari Bibi Ane. Feby adalah pribadi yang menjengkelkan, tak ada rasa senang jika terlibat pembicaraan dengan gadis gila itu. Yang ada hanyalah rasa marah, kesal, jengkel, dan sederet rasa lainnya hingga membuat Latifah ingin meninggalkan rumah ini. Ibarat neraka, tempat yang sangat menakutkan untuk ditinggali dalam waktu lama. Namun mau kemana lagi? Latifah hanya punya tempat ini.

Suara tawa menyeramkan itu terdengar lagi, namun Latifah mengabaikannya, memilih tetap melanjutkan celotehannya.

"Pemilik tulang rusuk ini gak nyariin aku ya? Keburu ketambahan tulang punggung nih akunya," lagi-lagi Latifah berguman.

"Ayang Lutfi kok cuek sama tulang rusuknya yang ada di aku sih," sungutnya.

Tak peduli ada yang mendengar atau tidak, Latifah tetap berceloteh mengeluarkan bebannya. Beban yang selama ini ia pendam sendirian, yang terkadang hanya ia bagi kepada Lutfi. Kekasihnya.

Saat ini Latifah sudah lulus dari tingkat Sekolah Menengah Akhir. Saatnya melanjutkan ke jenjang berikut. Namun, sepertinya itu hal yang mustahil, karena bibinya pasti akan menolak mentah-mentah keinginannya untuk kuliah.

Latifah adalah gadis yang sudah yatim-piatu. Dia tak punya siapa-siapa lagi selain bibinya. Ayah dan ibunya menunggal dunia ketika sewaktu dia masih kelas 4 SD, jadi sudah cukup lama dia tinggal bersama bibinya yang serupa dengan nenek lampir.

Ayahnya meninggal karena penyakit jantung. Tak lama kemudian ibunya menyusul. Tinggallah Latifah sendirian bersama bibi dan dua orang anaknya.

Bibi Ane adalah seorang single parent. Dia bekerja menhidupi Latifah dan dua anaknya lagi. Gaji dari hasil kerjanya lumayan besar, namun dia begitu pelit kepada Latifah. Dia ingin menjadikan Latifah tulang punggung untuk menambah jumlah rupiahnya. Mau bagaimana lagi? Latifah sudah banyak hutang budi kepada bibinya ini. Saatnya untuk membalas.

Latifah keluar dari kamarnya,  semakin lama cekikikan itu menjajah indra pendengaran. Membuat Latifah tak tahan.

"Kalian itu hantu apa manusia sih?" sinis Latifah, menghentakkan kaki dengan kesal, tak lupa pula memandangi dua anak bibinya dengan mata melotot ingin keluar.

Namun bukan anak bibi Ane jika beringsut ketakutan atau mengindahkan amarah Latifah. Mereka malah semakin keras tertawa dan tersenyum merendahkan.

"Eh, panjang umur." Seru Feby dengan wajah girang dibuat-buat. 

Latifah hanya bisa menggeram marah. Selanjutnya, perkataan Feby membuatnya tercengang.

"Lo tau? Lutfi nembak gue!"

"APA? "

Latifah sontak berteriak keras. Kedua anak bibinya semakin keras tertawa.

"Lutfi itu cuma jadiin lo pelampiasan doang. Walaupun udah 6 tahun pacaran, Lutfi gak cinta sama lo."

Latifah terdiam. Kerap kali ia diselingkuhi, namun kali ini lebih menyakitkan. Musuh bebuyutan Latifah adalah Febi, anak dari bibinya. Dan sekarang Lutfi memilih Feby untuk dijadikan selingkuhannya.

Istiqomah di atas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang