prolog

144 32 24
                                    

Seperti biasa, Nathusa sudah siap untuk berangkat kesekolah. Dia termasuk gadis yg tdk suka ribet soal style. Ciri khasnya ketika sekolah adalah seragam longgar dg tambahan penjepit rambut yg berbentuk kelinci dan sedikit polesan bedak bayi serta lip balm agar wajahnya tidak terlihat pucat. Dia memang tdk suka dg gaya remaja saat ini yg sedang mengikuti gaya sekolah yg nyeleneh dg make up tebal. Akan tetapi dia selalu tampak manis dan imut setiap saat. Walaupun dg polesan tipis.

Menurutnya perempuan cantik tidak hanya berasal dari wajah, namun dari akhlaknya juga.

Dia berangkat sekolah  menggunakan sepeda montor keluaran scoopy dg warna campuran hitam dan merah.

15 minuts later.

Ia telah sampai disekolahnnya. Sudah terbiasa dg keadaan sekolah yg slalu masih sepi ketika ia berangkat. Dan setelat apapun pasti Dialah orang pertama yg akan membuka pintu ruang kelasnya.

Dia bukanlah siswa yg sibuk akan kegiatan OSIS tapi, ia lebih suka mengambil ekskul beladiri dan salah satu siswa yg suka memasukkan puisi kedalam mading. Kesibukkannya dalam sekolah hanyalah alasan, agar ia bisa menghindari segala perangan yg terjadi dirumahnya. Hanya disekolah lah ia bisa tertawa bebas.

Namun pagi ini berbeda, Dia melihat pintu kelasnya terbuka. Pertanda sudah ada siswa yg telah berangkat. Ternyata benar didalam sudah ada Raline. Dia merupakan salah satu gadis pendiam terlihat lugu jika hanya selintas melihatnya. Namun tatapam matanya yg selalu ingin mencolok mata siapa saja yg melihatnya. Membuat dia sendiri. Banyak orang menganggapnya gadis yg aneh. Dia tidak memiliki seorang temanpun.

Nathusa berjalan kearah kursi yg berada disamping Raline, tempatnya duduk.

Saat ia ingin duduk dikursinya, dia sempat melirik kearah Raline yg menatapnya angkuh. Nathusa, hanya bisa menghela napas. Mungkin memang sifat Raline seperti itu.

Nathusa, mulai mengeluarkan buku diary merahnya. Nathusa, memang suka menulis. Karna dg menulis dia bisa bercerita apa saja, apapun yg dirasa. Tanpa takut ditertawakan apalagi dianggap lemah karena kisah hidupnya.

Nathusa juga suka membaca sajak, puisi, quotes. Namun dia juga bukan gadis yg  dianggap sebagai siswa Introvert. Because, dia hanya akan menulis ketika merasa bosan saja.

Disekolah dia memiliki sahabat yg selalu memahaminya. Slalu ada disetiap saat ia butuh sandaran. Dan terkadang dg sikap konyol nya sahabatnya itu bisa membuatnya melupakan sejenak beban dipundaknya.

Diujung koridor sudah ramai, dg candaan dan suara gelak tawa yg diakibatkan oleh tingkah konyol nya Mathem. Dia memang suka membuat onar dg tingkah gila saat dikelas maupun diluar kelas. Namun dibalik kegilaannya terdapat beban tersendiri untuknya. Sama seperti Nathusa, Mathem memiliki beban. Akan tetapi beban Nathusa lah yg lebih besar darinya.

Kembali ke crita nya Nathusa yaa😁

Suara speaker yg menunjukan waktu belajar mengajarnya pun berbunyi. Tak lama seorang guru yg paling ditakuti pun memasuki kelasnya. Suasana berubah mencekam ketika, guru memberi tahu akan ada kuis dijam ke-5 nanti. Helaan napas pun menjadi pilihan siswa X-A3 tsb.

"Selamat pagi anak anak" salam pembuka guru tersebut.
"Pagi, Bu" jawab para siswa tanpa semangat.
"Hari ini kita akan mempelajari tentang Gaya Dalam Gerak, Hukum Newton Dalam Dinamika gerak......."

fragileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang