Kacau

3 0 0
                                    

Kamis, 28 Juni 2018

Bu dosen membagikan soal dan lembar jawaban UAS Mekanika II. Saat membuka soalnya, aku rasa aku dapat menjawab semua pertanyaan. Begitu aku mengerjakan soal itu, aku hanya bisa meratapi tulisan itu. Ternyata tidak ada yang bisa ku jawab. Akhirnya aku mencoba mengerjakan ulang.

Setengah jam kemudian, aku telah menyelesaikan setengah dari total soal UAS ini. Tiba-tiba, aku kehilangan fokus. Jantungku berdebar kencang. Pikiranku melayang seketika mengingat kejadian di bis lagi. Pikiranku tidak bisa beralih. Kemudian aku menggambar sejenak di kertas coret-coretan. Walaupun hanya gambar spiral tidak jelas.

Tiba-tiba salah satu mahasiswa mengumpulkan jawabannya lalu pergi. Aku mulai panik. Satu persatu mahasiswa lain meninggalkan kelas. Dalam waktu sekejap tinggal aku seorang diri. Aku masih saja menyelesaikan setengahnya. Dosen itu masih duduk menungguku. Beliau setia sekali. Aku coba kerjakan, tapi benar-benar tidak bisa. Entah karena aku melamun atau tidak bisa sungguhan.

Alhasil aku meninggalkan kelas dengan batin suram. Saat yang lain membahas soal tadi aku lebih memilih balik ke kosan. Menenangkan diri sejenak daripada mendengar bahasan soal tadi.

Besok adalah UAS Zat Padat. Aku tidak mau mengulang kejadian seperti tadi. Satu hal yang konyol adalah ketika IP turun lagi gara-gara memikirkan kejadian di bis itu. Sungguh, aku malu jika sampai terjadi. Aku benar-benar fokus belajar untuk besok. Kejadian itu aku buang jauh-jauh.

Saat aku membuka buku fotokopi tebal itu, aku terdiam lagi. Aku mau belajar darimana sementara dosen tersebut tidak pernah mengajarkan mata kuliah ini sama sekali?

Akhirnya aku berusaha keras mempelajari teks Bahasa Inggris itu. Aku tetap tidak mengerti. Antara pasrah dan pantang menyerah. Akhirnya aku bertanya kepada temanku via chat. Dari situ aku mulai paham. Aku belajar nonstop dari siang hingga malam hari. Waktu istirahat hanya solat dan makan. Namun aku tidak terlalu paham konsep mata kuliah ini.

Hari Minggu, Sejak tadi pagi aku tidak fokus belajar. Lagi-lagi aku kepikiran kejadian di bis lagi. Kali ini aku benar-benar capek. Energiku habis dipakai memikirkan hal tidak berfaedah. Air mataku keluar karena sejak tanggal 20 itu aku berjuang melawan rasa dan pikiran ini. Aku tidak punya niat yang besar. Untuk membuka buku kuliah maupun melakukan pekerjaan lain. Apa ini yang dirasakan orang lain saat jatuh cinta sampai segininya?

Aku benar-benar heran. Dulu waktu aku masih pacaran saat SMA, tidak pernah merasa jatuh cinta seperti ini. Ini benar-benar parah. Sepanjang hari dan malam aku terus memikirkan Mas Ardi. Aku seperti orang gila seminggu ini.

Apakah Mas Ardi juga merasakan apa yang aku rasakan? Aku pikir tidak. Buktinya sudah seminggu kami tidak ada kontak.

Siang hari, aku diajak teman seorganisasi, Novi, keluar ke sebuah kafe di belakang kampus. Aku nongkrong sambil tertawa seperti orang gila bersamanya sampai Magrib. Menghilangkan rasa jenuh ini. Rasa galauku  mulai menghilang. Sepertinya aku butuh rehat panjang.

Saat pulang, di parkiran, aku lupa menaruh kunci motorku. Biasanya diletakkan di tas tapi kali ini tidak ada. Aku panik seketika. Kapan aku bisa belajar untuk besok kalau aku tidak bisa pulang? Novi heran mengapa aku panik. Aku langsung teriak tidak jelas minta tolong mencarikan kunci motor. Aku dan Novi kembali ke kafe mencarinya namun tidak ada. Aku yakin masih ada di sana. Setengah jam kami memutari kafe namun tidak ada hasil. Kemudian kami kembali ke parkiran motor.

"Alina. Kunci motormu di bagian jok loh." Kata Novi. Sambil mengambil kunci motorku.

Aku tertawa mau menangis. Aku meminta maaf kepada Novi karena hanya melelahkannya saja. Aku tidak enak padanya.

Akhirnya aku kembali ke kos dan bisa fokus belajar. Yey.

----

Senin, 9 Juli 2018

Malam ini badanku agak demam sejak beberapa hari yang lalu. Memang sudah beberapa hari aku jarang tidur. Aku sedang mengerjakan laporan dan power point untuk presentasi hasil risetku esok hari. Jangan tanya bagaimana hasil risetnya. Intinya tidak sesuai ekspektasi aku dan dosen pembimbingku. Entah besok apa yang akan dijelaskan. Padahal besok akan dinilai oleh orang-orang setingkat profesor.

Di samping itu, besok aku harus mengumpulkan remedial UAS Mekanika Kuantum. Entah kapan akan menyentuhnya. Mengerjakan sehari semalam tidaklah cukup. Lebih memilih fokus laporan riset daripada mengerjakan remedia Mekanika Kuantum. Mau dikerjakan juga aku tidak bisa. Nanti ada waktunya untuk mengerjakannya.

Esok paginya saat berangkat ke kampus, aku menangis. Pikiranku kacau. Badanku semakin panas. Banyak tanggungan dalam waktu bersamaan. Ajaibnya remedial Mekanika Kuantum dan laporan hasil riset terselesaikan. Jangan tanya semalam aku tidur jam berapa.

Seusai zuhur aku kembali ke kos. Aku langsung tidur pulas. Aku bermimpi kejadian tadi saat presentasi hasil risetku. Aku tidak semangat presentasi karena kepalaku agak pening  Dewan juri menanyakan follow up dari risetku. Aku jawab tidak ada. Mereka bertanya mengapa aku ganti metode. Aku benar benar bingung harus menjawab apa. Aku ganti metode karena metode sebelumnya tidak cocok dan miskomunikasi dengan dosenku. Alhasil aku gagal publikasi jurnal. Di mana semua mahasiswa pengejar akademik menginginkannya.

Setidaknya, mulai hari ini aku bisa istirahat. Bisa menghilangkan diri dari hiruk pikuk kesibukan kampus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GriefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang