Makhluk Tuhan Bernama : KAU

105 6 0
                                    

Penghujung Tahun 2017

Hari-hari telah berlalu begitu cepat, ialah sang 'waktu' yang cara kerjanya hanya terus-menerus menggerus kehidupan. Berkat sang 'waktu' lah kita berevolusi, dari patah menjadi rekat kembali, dari kesenangan menjadi kesedihan, secara bersamaan waktu bertaruh pada dua kemungkinan, sebagai penyembuh atau sebagai luka. Tetapi, kali ini waktu mempertemukan kau denganku. Aku yang terpana olehmu, seketika itu pula aku menjadikanmu poros semesta, banyak hal yang telah kita lalui, dan aku percaya kita sudah sama-sama kuat dan saling menguatkan.

Aku selalu bertanya-tanya, mengapa harus engkau? Tapi, belum sempat aku menemukan jawabannya ternyata waktu sudah memberikannya terlebih dahulu padaku. Jawabannya ya dirimu sendiri, karena semenjak kau hadir banyak dari kehidupanku yang berubah, terutama; hari-hariku. Kau lucu, keras kepala, pemarah, terkadang egois, tapi tidak ada alasan untukku agar tidak bisa tidak untuk tetap berdiri disebelahmu. Tibalah kita dipenghujung tahun, menutup lembaran lama, dan mulai menuliskan lembaran baru. Aku bersyukur, sekarang aku bisa menulis lembaran itu bersamamu, seseorang yang mungkin saja bisa menorehkan kebahagiaan atau malah sebaliknya. Aku mungkin orang yang terlalu berekspetasi kejauhan, belum apa-apa sudah memikirkan bagaimana rencana setelah menikah, kau hanya bisa tertawa, dan malah membicarakan hal yang sama. Ah sial, semoga hal-hal seperti ini tidak akan usai begitu saja.

Makhluk Tuhan itu bernama : Kau, yang sengaja membenturkan dirinya terlalu keras agar bisa selaras denganku, adalah engkau yang selalu mengkhawatirkanku setiap saat, adalah engkau yang rela menjadi pundak karena aku kalah telak, semestinya yang aku bagi adalah kebahagiaan, tapi kau dengan sifatmu yang egois ingin menemaniku dari nol, dari bukan apa-apa menjadi sesuatu yang punya apa-apa. Lagi pula, bukankah hidup itu bukan tentang memiliki segalanya, kan? Cukup memiliki apa yang membuat kita bahagia itu lebih dari cukup, karena aku tahu ketika kita bahagia kita jadi tahu apa arti dari bersyukur. Terima kasih, atas dedikasimu, kulakukan sebisaku, menjadi apa yang semestinya bukan seharusnya, dan untukmu lakukan seapa-adanya dirimu, tak perlu menjadi orang lain, kau sempurna menjadi dirimu sendiri tak perlu ada yang dilebihkan, karena aku bersyukur punya kamu.



Kita lebih bermakna ketimbang kata-kata,

Kita adalah hasil dari propaganda semesta.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TITIK BIFURKASIWhere stories live. Discover now