Bruugg
"Hhh... Akhirnya gue dapetin lo juga."
Perempuan yang ditolongnya, bukan lebih tepatnya yang didorongnya secara paksa untuk menghindari bola itu sudah duduk dilantai karena ulah Biru. Seharusnya dia tidak mendorongnya sekuat itu kan.
"Maaf gue gak maksud..." Biru pun mendekati perempuan itu. Perempuan itu hanya diam, dan berusaha berdiri.
"Gak apa-apa, emm terimakasih?" Dia berkata sambil membenarkan rambut yang menutupi wajahnya, namun Biru malah berjongkok dihadapannya.
"Tulut lo lecet, maaf."
"Ouh? Beneran?" Tanya perempuan itu memastikan dan melihat ke arah lututnya.
"Maaf gue gak maksud lancang." Biru langsung menggenggam tangannya dan membawanya pergi.
"Eh apaan nih ?!" Tanya perempuan itu seperti tak terima.
"Udah lo ikut gue."
Biru membawanya semakin jauh dari lapangan. Biru juga mendengar teriakan teman-temanya memanggilnya, Biru tak memperdulikannya dan mempercepat jalannya. Disepanjang jalan perempuan ini berusaha melepaskan genggaman Biru, tapi Biru jauh lebih kuat rupanya.
Sekarang mereka ada disini, di UKS. Biru ternyata membawanya ke UKS untuk mengobati luka perempuan itu. Dia sudah membawa kotak P3K bermaksud mengobati lukanya. Namun Biru mengurungkan niatnya, karena perempuan itu hanya diam dan menunduk.
"Lo kenapa?" Biru bertanya karena khawatir dengan lembut, dan berjongkok mensejajarkan dirinya dengan kursi yang diduduki perempuan itu.
"Lukanya sakit yah?" Biru bertanya lagi karena tidak ada jawaban.
"Maaf harusnya gue gak ngedorong lo sekasar itu." Biru merasa bersalah dan berniat mengobati luka itu, namun niatnya dihentikan oleh tangan perempuan itu.
"Bisa gak sih lebih sopan sedikit?"
"Maaf gue gak maksud lancang, gue cuman mau ngobatin luka lo itu aja."
Perempuan itu langsung berdiri dan pergi meninggalkan Biru. Namun saat akan melewati pintu keluar, dia berbalik dan melihat Biru.
"Terimakasih, tapi lain kali jangan diulangi." Setelah berkata seperti itu diapun pergi.
"Arghhh gue kenapa sih." Biru mengacak rambutnya kasar karena merasa konyol dengan kelakuannya.
.
.
.Setelah kejadian itu Biru tidak berniat kembali ke lapangan, dia terlanjur kesal. Akhirnya Biru memutuskan pergi ke kantin dan memesan es jeruk. Dia terus saja mengaduk minumannya dengan sedotan, dan sesekali meminumnya. Begitu saja seterusnya, sampai akhirnya seseorang menepuk pundaknya dari arah belakang. Setelah itu mengambil posisi duduk berhadapan dengan Biru.
"Biru... "
"Hmm." Biru tidak menatap lawan bicaranya dan memainkan sedotannya. Leo kesal, dan mengambil alih es jeruk tanpa permisi.
"Woy itu es jeruk gue Panjul." Biru protes tak terima.
"Daritadi lo cuman aduk aduk doang, mending gue minum. Aus nih gue." Biru hanya menghembuskan napas lelah.
"Anggap aja ini balasan karena lo dengan tidak sopannya meninggalkan permainan, kapten." Balas Leo dengan dingin, dan penekanan di kata terakhirnya.
"Maaf gue gak maksud, lo liat kan tadi gue nolongin orang."
"Ah ngomong-ngomong, nyali lo boleh juga."
"Maksud lo?"
"Lo tadi sama Senja.."
"Senja? Siapa?"
"Ck ya elah cewe yang lo tolong tadi, ah lebih tepatnya yang lo bikin nyusruk tadi itu Senja. Lo tuh kalo nolong cewe yang so sweet dikit gitu." Biru menjitak pelan Leo karena gemas.
"Lo tuh kebanyakan nonton sinetron. Tunggu.. lo kenal cewe itu, kok bisa?"
"Bisa lah, diakan sekolah disini juga. Masa lo gak tau ?"
"Ck gue bukan lo, yang tau semua cewe di sekolah."
"Malem ini gue numpang di rumah lo yah."
"Kenapa lo diusir? Udah gak dianggap anak?" Leo yang sedang meminum es jeruk langsung tersedak.
"Enak ajah lo kalo ngomong. Gue masih terdaftar di kartu keluarga, dan dipastikan mendapat warisan. Boleh gak gue ngungsi?"
"Kalo gue bilang engga, lo bakal tetep maksa kan."
"Nah. Gue udah yakin lo sobat gue, tau banget dah."
.
.
.
.
Dua orang itu sedang asik berkutat dengan game nya, sesekali saling sikut dan saling mengejek satu sama lain. Dan sekarang mereka sedang bekerja sama melawan musuh, bukan cuman tangan sekarang mulut mereka juga bekerja membuat kegaduhan."Leo lo sembunyi di belakang mobil sebelah kiri. Gue sembunyi di gedung sebelah kanan."
"Biru, kita serang bareng bareng musuhnya."
"SERANGGGG." ucap mereka bersamaan.
Klek
"HAH?! AISH SI—" ucap mereka bersamaan terhenti saat melihat sosok wanita yang sudah berdiri didepan mereka, dan ditangannya sudah ada kabel yang baru dia cabut paksa.
"Apa hah? Tadi mau bilang apa? Mau mengumpat ?"
"Ehh eng engga, Bun ma masa mengumpat. Kan gak boleh hehe." Biru kelabakan menjawab wanita yang menjadi bundanya itu, dan menyikut lengan Leo.
"Ah iya bun–"
"Woy itu nyokap gue."
"Biru." Kata wanita itu menginterupsi aksi protes Biru yang menurutnya tidak sopan.
"Iyah maksudnya tante hehe."
"Tidur ini udah malem, besok kalian sekolah kan. Lagian main game kok berisik banget sih."
"Maaf.. " Jawab mereka bersamaan.
"Yaudah bunda tinggal yah, cepet tidur." Wanita itu melangkah meninggalkan Biru dan Leo yang masih menunduk. Sebelum keluar wanita itu mematikan lampu kamar dan menutup pintu.
Setelah keadaan dirasa aman, Biru dan Leo mendongak dan menghela napas lega. Untung saja bunda tidak mengomel panjang kali lebar. Sepertinya keadaan aman, bunda sudah pergi.
"Biru, gimana kali kita main satu ron—"
"Bunda denger yah." Ucap wanita itu sedikit berteriak. Biru dan Leo pun tersentak kaget dan berniat untuk tidur.
Sekarang mereka sudah dikasur Biru yang berukuran cukup besar dan diantara mereka dipisahkan dengan sebuah guling.
"Nyokap lo punya indra ke 6 yah?"
"Bukan, bunda tuh punya indra ke 7 makannya pendengarannya bagus."
"Biru bunda denger yah. Cepet tidur, atau gak kamu gak dapet jatah makan." Teriak wanita itu dari arah luar.
"Kan kelepasan gue. Lo udah ngabarin orang rumah?"
"Ah gue lupa, pinjem hp lo kuota gue abis."
"Gak modal lo." Biru melempar hpnya.
"Aish sakit, kena dada gue nih. Kalo bengek gimana. "
"Oh sorry." Jawab Biru tanpa rasa bersalah.
"Eh apaan nih, maaf soal kemarin. Kamu gak sibuk, bisa ketemu besok?" Leo membaca ulang pesan masuk di hp Biru. Biru terkesiap dan langsung terduduk.
"Ha?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Teen Fiction"Kenapa lo gak damai sama masa lalu?" Tanya lelaki berlesung pipi kanan, bermata teduh dan tinggi itu dengan lemah lembut. "Karena aku gak tau harus mulai darimana." Jawab perempuan berambut sebahu, bersorot mata tajam, dengan senyum manis dengan d...