"Eh apaan nih, maaf soal yang kemarin. Kamu gak sibuk, bisa ketemu besok?" Leo membaca ulang pesan masuk di hp Biru.
"Ha?!" Biru terkesiap dan langsung duduk.
"Kembaliin hp gue." Biru mengambil paksa hpnya dari tangan Leo.
"Yee kasar banget lo. Siapa tuh gebetan atau pacar baru?"
"Bukan siapa - siapa." Jawab Biru dingin. Diapun kembali berbaring.
"Biru.. "
"Hmmm." Jawabnya sambil memejamkan mata.
"Gue belum sempet ngabarin orang rumah." Biru yang kesal hanya mengehembuskan napas dan melempar hpnya (lagi).
"Lo tuh ya, gak usah dilempar juga kali."
.
.
.
.
Perempuan itu berjalan menyusuri setiap rak yang terdapat banyak buku tersusun rapih. Matanya bergerak mencari sesuatu yang dia cari. Setelah menemukan bagian rak buku yang tepat, tangannya menyapu setiap jajaran buku dan menghentikan pergerakannya pada buku yang dicarinya.Saat akan ditarik bukunya terasa berat, perasaannya saja atau memang bukunya berat ?. Dia berusaha menariknya, namun seperti bertambah berat. Sampai akhirnya dia menyerah dan melepaskan bukunya.
DUG
Perempuan itu terkejut, dan langsung memutari rak buku untuk melihat sesuatu yang terjadi.
"Ah ma maaf." Orang yang terduduk dilantai itupun menyingkirkan buku yang menutupi wajahnya. Dan berdiri.
"Kamu gak apa-apa?" Mata mereka bertemu, bukannya menjawab. Orang itu hanya menatapnya.
"Kenapa?" Merasa risih ditatap, diapun bertanya.
"Lo kan yang waktu it—"
Belum selesai perkataannya, tiba-tiba ada seorang perempuan lain yang tiba-tiba datang.
"Hhh ternyata lo disini, Senja ayoo sebentar lagi olahraga dimulai." Senja pun mengalihkan pandangannya pada Bintang.
"Ah iyah."
"Ayooo cepetan." Bintang langsung menarik tangan Senja tanpa permisi dan pergi menjauhi Biru.
"Hhh gue kan belum kelar ngomong."
.
.
.
.
Senja dan Bintang menambah cepat lajunya karena sudah melihat teman-temannya berbaris di lapangan. Mereka beringsutan mengambil posisi berbaris dengan yang lain."Hhh, lo sih pake ngilang segala. Untung Pak Dio belum ada." Kata Bintang setelah mengatur napasnya yang memburu.
"Aku gak ilang, aku kan di perpus."
"Ishh terserahlah."
"Semuanya sebelum Pak Dio datang, kita pemanasan dulu yah." Mars mengambil atensi teman-temannya dan berdiri didepan untuk memimpin pemanasan.
Merekapun melalukan pemanasan yang dipimpin oleh Mars si ketua kelas teladan, kata Mars. Seiring selesainya pemanasan, Mars pergi ke ruang guru untuk menjemput Pak Dio, selaku guru olahraganya.
Setelah Mars pergi menyusuli guru, yang lainnya menjatuhkan dirinya dan duduk di lapangan. Selagi menunggu Mars datang mereka bermain, bergosip, juga berbaring. Dilapang pastinya.
"Woi gue punya berita bagus." Teriak Mars sambil menghampiri kerumunan teman-temannya.
"Gaiya lo kaya bikin iklan ajah."
"Tau tuh, gaiya nya kaya netizen yang heboh kalo ada gosip baru."
"Gue serius, sebagai ketua murid teladan. Gue berikan info kepada teman-teman bahwa Pak Dio tidak ada." Kata Mars dengan penuh semangat dan serius.
KRIK. KRIK.
Setelah mendengar itu semua teman- temannya bubar meninggalkannya sendiri. Baiklah, sepertinya si km dianggap angin lalu. Padahal dia sedikit berjasa karena memberi info, kalo tidak bisa-bisa semua penghuni kelas IPA 2 jadi penghuni lapangan selama 2 jam.
.
.
."Senja.. "
"Hmm..."
"Senja~"
"Hmm~"
"Senja! "
Baru saja Senja mau membuka mulut, Bintang menutup mulut Senja dengan gemas.
"Sekali lagi lo jawab 'hmm' gue gantung kecoa di tas lo." Bintang bicara sangat datar. Oke dia sedikit menakutkan sekarang.
"Wow tenang, kita selesaikan baik-baik teman. "
"Lo ngeselin. Lo tuh yah kalo udah dikasih buku gak mau berpaling. Tapi harusnya buat gue ada pengecualian dong ~ " Ouh Bintang yang emosi menjadi merajuk sekarang.
"Baiklah-baiklah anak kecil, kamu mau apa hmm? " Katanya datar.
"Oke, lo sekarang bikin gue takut. "
"Salah mulu aku.. "
"Sttt diem lo, ke kantin yu laper ~" Setelah mengucapkan itu, Senja berdiri dari kursinya dan melangkah menjauhi Bintang. Bintang hanya melihat saja, sampai Senja melangkah lebih jauh lagi. " Woi tunggu, ish.. "
Senja dan Bintang sedang di kantin sekarang. Kantin sepi pastinya, kan ini jadwal pembelajaran. Sebenarnya ke kantin itu butuh perjuangan, karena Senja dan Bintang harus menghindari guru yang menggentayangi dengan pertanyaan 'mau kemana' di sepanjang perjalanannya.
Mereka memesan minuman milkshake vanila untuk Senja, sedangkan milkshake stoberi untuk Bintang. Itu minuman mereka sekali.
"Senja lo masih suka nulis-nulis ? "
"Hmm, kenapa? "
"Kenapa lo gak masuk jurusan ips ajah kalo gitu? " Senja yang asalnya menikmati minumannya jadi tersedak.
"Ekhem, ah itu... Bukan takdir aku kali. "
"Ha? Takdir? Maksud lo? "
"Udah lupain ajahlah."
"Lo udah ngerjain pr matematika?"
"Ouh udah."
"Udah gitu ajah jawabannya?"
"Ya iya, terus harus gimana?"
"Ish tanya gue balik kek, apa gitu... "
"Kamu udah ngerjain matematika?"
"Ah belum, otak gue gak bisa mengartikan angka. Gimana kalo pulang sekolah ke cafe, lo ajarin gue."
"Oke."
"Balik ke kelas yu, jam pelajaran mau ganti nih. Kita bayar dulu.. " Bintang dan Senja bangkit dari duduk dan berjalan menuju tempat bayar.
Senja baru saja akan mengeluarkan uang, namun Bintang menahannya. Katanya Bintang mau mentraktir. Tumben..
"Bu berapa tadi milkshake vanila sama stroberinya? "
"20 ribu Neng."
Bintang lalu meraba roknya untuk mencari dompet. Tapi sepertinya ada yang aneh, karena Bintang langsung menegang.
"Emm Senja gue pinjem uang lo dulu yah, nanti gue ganti di kelas hehe."
"Ha?" Setelah itu Senja membayar dan memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Teen Fiction"Kenapa lo gak damai sama masa lalu?" Tanya lelaki berlesung pipi kanan, bermata teduh dan tinggi itu dengan lemah lembut. "Karena aku gak tau harus mulai darimana." Jawab perempuan berambut sebahu, bersorot mata tajam, dengan senyum manis dengan d...