MAYBE I FORGET THAT I HAVE A SERIOUS DISEASE

6 0 0
                                    

Aku terbangun dalam keadaan gelap. Kutolehkan wajahku ke jendela kaca yang tirainya terbuka. Bentuk bulan yang bulat dan mungil terlihat. Sinar bulan itu menerangi sebagian sudut kamar yang gelap ini.

Aku membuka selimut yang menutupi badanku, lalu aku duduk di kasur itu. Kaosku sudah basah oleh keringat yang mengucur deras dari badanku. Aku memegang dahi yang terasa panas.

Perutku terasa sakit beberapa saat kemudian. Aku menundukkan badan memegangi perutku. Lalu aku turun dari kasur dan menundukkan badanku di lantai, hingga kepalaku turut menyentuh lantai. Dengan posisi hampir tengkurap, aku memegangi perutku yang semakin sakit. Kakiku menekuk menahan perut. Keringat yang semakin lama semakin deras ini membuat aku kepanasan.

Aku teringat saat aku pingsan di rumah Felipe saat itu. Ini sama dengan apa yang aku rasakan saat ini.

Lalu aku teringat bahwa aku memiliki penyakit yang bernama leukemia. Mungkin ini efek dari penyakit yang aku idap ini. Saat itu, aku lupa tidak meminum obatku selama perjalanan. Dan hari ini aku juga lupa tidak meminum obatku.

Aku teringat pesan dokter bahwa aku harus rutin mengonsumsi obat untuk menghindari rasa sakit semacam ini. Aku bisa bertahan dan terlihat seperti orang sehat jika aku meminum obat. Yah, aku harus menerima kenyataan bahwa hidupku sangat bergantung pada obat-obatan.

Aku mencoba menegakkan badan sambil menggigit bibir menahan rasa sakit. Lalu, aku merangkak mendekati meja yang berjarak beberapa meter dari tempatku. Beberapa saat kemudian, aku telah memegang kaki meja, lalu badanku semakin tegak untuk melihat ke atas meja. Tas lengan hitamku yang ada di situ segera kuraih dan kubawa turun ke lantai. Kuobrak-abrik isinya untuk menemukan botol kecil berisi pil-pil yang biasanya aku konsumsi.

Botol itu berhasil kutemukan setelah isi tasku acak-acakan dan beberapa isi di dalamnya berserakan di lantai. Aku menggoyang-goyangkan botol ringan itu. Sepertinya, obat itu hanya tinggal beberapa butir. Berarti, selama ini aku cukup banyak mengonsumsi obat-obatan itu sejak di Indonesia kemarin. Aku hanya lupa meminumnya dua kali sejak obat itu diberikan, dan kedua-duanya terjadi saat aku di Spanyol.

Sebelumnya aku tidak pernah mengalami kesakitan seperti ini meskipun aku tidak meminum obat. Mungkin sebaiknya aku tidak pernah memulai mengonsumsi obat sehingga aku tidak menjadi kecanduan. Dan tidak merasakan sakit seperti ini.

Namun, dokter yang memeriksa darahku mengatakan bahwa penyakitku ini termasuk awal terdeteksi. Jadi, wajar jika sebelumnya aku tidak pernah merasakan kesakitan. Aku baru merasakan kesakitan setelah pemeriksaan itu dan memulai minum obat.

Aku kembali melihat botolku. Kubuka tutup atasnya dan kutuangkan semua isi pil yang ada di dalamnya. Hanya tiga butir. Aku segera menenggaknya semua. Pahit. Lalu kuambil botol mineral kecil yang masih ada di dalam tasku. Isi airnya yang tinggal separuh kutenggak hingga habis.

Perutku masih sakit ketika ritualku meminum obat telah selesai. Aku tahu ini tidak akan langsung memberikan efek untuk kesembuhanku dari rasa sakit ini. Tapi aku merasa lega. Aku segera kembali ke tempat tidurku dan membiarkan lantai dekat meja berserakan. Aku akan membereskannya di pagi hari ketika aku bangun nanti.

* * *

Pagi ini aku bangun dengan bau kecut tercium dari badan dan kaosku. Keringatku sudah tidak ada, namun keringat semalam yang mengucur deras terserap oleh kaos yang aku kenakan. Sakit perut yang aku rasakan semalam juga sudah hilang. Aku segera beranjak untuk membereskan diri.

Sinar matahari yang lembut menerangi seluruh isi ruangan ini. Kamar ini jadi terasa hangat. Sinar matahari di musim semi memang menjadi favorit sebagian besar orang yang ingin menikmati kehangatannya.

Aku melihat lantai di dekat meja yang berserakan. Semalam aku telah mengacak-acak tasku dan mengeluarkan isinya di sekitar tempat itu. Ada baiknya aku merapikannya terlebih dulu sebelum mandi.

Spring AndaluciaWhere stories live. Discover now