LOVE IN PLAZA DE ESPAÑA

9 0 0
                                    

Aku membuka pintu apartemen yang berbunyi. Felipe tampak berdiri di depan pintu sambil tersenyum ketika melihatku. Dia terlihat manis dengan gaya casual. Kaos berwarna merah dilapisi jaket yang tidak dikancing. Celana jins biru dan sepatu kets putih menghiasi bagian bawahnya.

"Apakah dingin di luar? Kenapa kamu mengenakan jaket?" aku menyapanya ramah dan mempersilakan dia masuk. Aku berjalan terlebih dulu ke dalam apartemen.

"Aku sedikit flu sekarang, Lus. Udara terasa dingin bagiku," katanya sambil berjalan mengikutiku.

Aku membalikkan badan. "Kalau begitu, kamu beristirahat saja. Kita bisa membatalkan rencana ini."

"Tidak bisa. Aku sudah berjanji padamu," dia tersenyum sambil melepas sepatu ketsnya.

"Kita bisa pergi lain waktu."

"Tidak apa-apa. Flu bukan penyakit yang harus membuatku manja."

Aku tidak menyahut Felipe yang bersikeras. Aku menyuruhnya duduk di kursi. Aku segera ke dapur untuk mengambilkan minum untuknya. Di dapur, Salsa tampak asyik memasak, dan kedua putranya sedang asyik bermain di lantai dapur.

Tadinya aku mengajak Felipe untuk bertemu di salah satu stasiun tram. Tapi Felipe menolak dan ingin menjemputku di apartemen.

"Dia sudah datang?" tanya Salsa begitu melihatku mendekatinya.

Aku mengangguk. "Aku menyuruhnya duduk di kursi tamu."

"Baiklah. Kamu ke sana saja, temani dia! Aku yang akan membuatkannya minum," ujar Salsa. Dia sedikit mendorong tubuhku untuk menjauhinya.

Tanpa membantah, aku segera berjalan menuju kursi tamu. Felipe tampak mengamati ruangan apartemen. Dia segera mengalihkan wajahnya padaku begitu melihat aku datang.

"Nice apartment," dia berkomentar begitu aku duduk di depannya. "Di mana temanmu?"

Saat itu, aku baru menyadari bahwa suara Felipe terdengar sedikit berbeda, menunjukkan kalau dia benar-benar flu. "Dia masih di dapur," jawabku. "Felipe, kamu benar-benar tidak perlu beristirahat?"

"I said no!" jawabnya mantap. "Aku ingin ke Plaza de España hari ini."

Aku diam. Aku sudah tidak bisa membujuknya lagi.

"Hai, Felipe..." Salsa kemudian datang sambil membawa secangkir gelas. Dia meletakkan gelas itu di depan Felipe. Susu cokelat hangat.

"Oh, hai... Sebenarnya kamu tidak perlu melakukan ini," Felipe menyahut dengan nada sungkan.

"No hay problema," Salsa tersenyum. "Minumlah!"

Felipe segera menenggak susu dalam gelas itu.

"Terima kasih sudah menolong Lusi waktu itu," kata Salsa setelah Felipe meletakkan kembali gelasnya di atas meja.

Felipe mengangguk. "Hanya tidak disangka karena tiba-tiba dia pingsan waktu itu. Sedangkan dia belum bisa menghubungimu karena iPad-nya mati."

"Aku sangat bersyukur dia bertemu dengan orang sebaik dirimu."

Luis dan Enrique datang dari dapur dan segera mendekati Salsa. Luis berbicara sesuatu pada ibunya, sementara Enrique asyik dengan mainan di tangannya. Aku tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Luis pada Salsa, tapi tampaknya dia sedang menginginkan sesuatu.

Salsa lalu memangku Luis dan menunjuk Felipe. Dia berkata sesuatu pada putranya itu sampai akhirnya Luis turun dari pangkuan Salsa dan berjalan mendekati Felipe. Felipe yang paham dengan pembicaraan keduanya segera mengulurkan tangan pada Luis dan mereka pun berjabat tangan. Lalu Felipe mengajak Luis berbicara.

Spring AndaluciaWhere stories live. Discover now