Misteri Ular Berkepala Manusia

3.3K 85 4
                                    

MUBM Bag. 3

Sampai lupa aku dengan bingkisan yang Ibu Marfuah berikan untuk Orangtuaku.

Ku lihat bingkisan itu masih di ruang tamu, persis ditempat yang tadi malam aku letakan.

"Bu, ini semalam aku lupa mau ngasih ke Ibu, ini dari Ibunya Mas Anton" aku menyodorkan bingkisan itu pada Ibuku

"Sini sini, Sin. Taruh bingkisan nya" ibu menarik paksa pundak ku dan mendudukkan aku di kursi ruang tamu.

"Sin, tadi Bapak dan Ibu udah ke Kyai Hasan. Ini bukan su'udzon atau apa ya, Sin" mimik wajah Ibu berubah panik

"Kenapa, Bu" tanya ku penasaran

"Em... mertua mu itu..." ibu tak meneruskan ucapannya

"Kenapa dengan Ibu Marfuah?" Aku makin penasaran

Ibu kemudian membisikkan sesuatu yang tak bisa ku percaya tentang Ibu Marfuah mertuaku

"Nggak mungkin itu, Bu. Beliau itu baik banget sama Sinta" aku menyangkal

"Baik memang, Ibu tadi malam mimpi aneh tentang mertua mu itu"

"Mimpi apa, Bu?" Tanya ku penasaran

"Mobil ibunya Mas Anton kesini, terus pas Ibu buka, ibu liat anak kecil. Anak kecil itu tubuhnya Ular kepalanya manusia, Sin" tutur Ibu

Deg!
Anak kecil bertubuh ular? Aku jadi ingat tentang mimpi yang sama pernah ku alami saat kandungan ku masih usia 4 bulan. Ibu masih bercerita tentang mimpinya semalam, aku mengelus lembut perutku yang tiba-tiba sakit. Sambil meringis menahan rasa sakit aku tetap mendengar cerita ibu.

"Pas ibu tanya kamu anak siapa? Dia jawab katanya anak Ibu Marfuah. Ibu bilang, ya kamu kalo anaknya Marfuah pulang sana jangan disini" tutur Ibu

"Terus anak itu pergi?" Aku menebak

"Iya, Sin. Kamu tau nggak? Pas anak bertubuh ular itu pergi dia menoleh sambil bilang, iya ini aku pergi, dan pas noleh itu wajahnya mirip Mertua mu" ibu bergidik ngeri saat bercerita mengenai mimpinya

Aaah sakit ini tak bisa ku tahan, kali ini benar-benar kencang dan lebih cepat gerakannya.

"Huuh... bu~ Sinta nggak kuat ini sakiiit!" Aku menarik nafas dalam dalam menahan sakit di perutku

Tak buang banyak waktu, ibu segera memanggil Bapak dan membawaku ke Rumah Sakit.

***

Sampai di RS perawat menanyai tentang usia kandungan ku, dan Dokter langsung memeriksa ku. Periut ku di USG guna memeriksa janin yang ada di dalam rahim ku.

"Sudah pernah USG belum, Ibu?" Tanya dr.Putri dengan ramah

"Belum, dok" aku menggeleng

Ku lihat dr.Putri menggeser alat diatas perutku ke kanan dan kekiri, matanya terbelalak kemudian meneliti ulang rahimku di layar monitor.

dr.Putri menatapku dan menggeleng, aku bingung dengan tingkah dr.Putri

"Gimana Dok, apakah ada kendala dengan kehamilan saya?" Tanya ku meneliti

"Ibu, seharusnya rutin memeriksa kandungan ya, sejak usia minimal 4 bulan harusnya ibu sudah mulai USG" ucap dr.Putri

"Iya, Dok. Lalu gimana keadaan bayi saya?" Tanya ku

Ibu dan Bapak masuk kedalam ruangan setelah di ijinkan oleh perawat untuk menemani ku.

"Saya jelaskan ya Ibu, Bapak" ucap dr.Putri

"Kehamilan yang Ibu Sinta jalani, sebenarnya tidak hanya Ibu Sinta yang mengalami. Ini disebut hamil kosong, tidak ada janin yang tumbuh di rahim Ibu" jelas dr.Putri

Aku histeris mendengar pernyataan dari dr.Putri, Bapak dan Ibu mencoba menenangkan ku, sungguh tak bisa ku bayangkan. Aku kehilangan bayi dalam kandungan ku? Benarkah?

***

Satu minggu sudah keadaanku makin parah, Mas Anton mengambil cuti dari pekerjaannya untuk mengurus ku dirumah Ibu.
Saat aku mengatakan tentang kehamilan kosong ku pada Mas Anton, ternyata dia sudah lebih dulu tau saat aku dibawa ke Rs waktu itu.

Mengenai kondisiku yang tak kunjung membaik, dengan kesepakatan Mas Anton dan Bapak membawaku kerumah Kyai Hasan, Rasanya aku mulai putus asa dengan keadaanku yang tak kunjung sembuh.

1jam perjalanan kami sekeluarga tiba di rumah Kyai Hasan, tanpa basa basi Bapak segera mengatakan maksud dari kedatangan kami pada kyai Hasan, yaitu untuk mengobati penyakit yang kualami.

"Begini, Nak Sinta, Nak Anton. Kalian kan niat datang kesini karna pingin sembuh? Kalo Bapak nasehati mau nurut tidak?" Tanya Kyai Hasan

Aku dan Mas Anton seraya mengangguk

"Jadi begini, maaf ya Mas Anton" ucap Kyai Hasan, sebelum meneruskan pembicaraannya

"Mas Anton tau, kalau Ibu Mas anton punya peliharaan?" Tanya Kyai Hasan

Mas Anton menoleh kearah Ku kemudian menggeleng

"Jadi, kalo Nak Anton ingin Nak Sinta sembuh, saran saya kalian pindah dari rumah Ibu Marfuah atau Ibunya Mas Anton" ucap Kyai Hasan

"Iya, Kyai. InsyaAllah saya manut" tegas Mas Anton pada Kyai Hasan

"Jika niat pindah, lebih baik tidak membawa sedikitpun barang dari rumah Ibu Mas Anton" ucap Kyai Hasan meneruskan

Setelah cukup lama kami bertamu dan menceritakan semua kejadian yang ku alami, Kyai Hasan memberi ku wejangan berupa amalan dan doa-doa untuk ku rapal jika perutku terasa sakit, katanya doa itu bisa mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit seketika.

Kami sekeluarga kemudian berpamitan pada Kyai Hasan untuk kembali pulang, didalam mobil Ibu dan Bapak menanyai seputar Ibu Marfuah pada Mas Anton.

"Jadi menurutmu gimana, Nak Anton? Melihat kondisi istri mu, Sinta" tanya Bapak sambil menyetir mobil

Mas Anton mengelus lembut pundak ku dan menciumi kening ku

"Mungkin saya akan cari kontrakan, Pak" jawab Mas Anton

"Iya, Nak. Bukannya kami nggak percaya sama Ibu mu, tapi Nak Anton tau sendiri, kan. Apa yang di katakan oleh Kyai tadi?" Tukas Ibu menimpali

Mas Anton hanya mengangguk

***

Mas Anton dan aku datang kerumah Ibu Marfuah. Tujuannya hanya berpamitan, sebenarnya Mas Anton ragu meninggalkan Ibunya di rumah sendiri. Mengingat Ulfa dan Hani kuliah di luar Kota, mereka tinggal di Kosan. Tapi melihat kondisiku saat ini membuat Mas Anton harus melakukan semua itu untukku.

Aku duduk di ruang tamu saat Mas Anton mengambil beberapa pakaian miliknya untuk dibawa ke kontrakan kami yang baru. Alhamdulillah kami cepat mendapat kontrakan yang lumayan dekat dengan rumah Ibuku.

"Loh, Sinta kesini kok nggak bilang-bilang?" Sapa Ibu Marfuah yang baru saja pulang dari tempat usahanya

Aku tersenyum dan langsung bersalaman mencium tangan Ibu Mertuaku dengan Takzim

"Mas Anton mana, Sin? Kesini sama Anton, kan?" Tanya Ibu Marfuah

"Mas Anton di kamar, Bu" jawabku

Mas Anton datang ke ruang tamu menemui ku setelah selesai memasukan pakaiannya kedalam tas.

Misteri Ular Berkepala ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang