Bab 1 : Dari sekolah kejuruan hingga ke sebuah Akademi

48 3 0
                                    

Belakangan ini tampaknya profesi sebagai paramedis sedang diidolakan banyak kawula muda. (Iya gak sih?)
Banyak dibuka sekolah-sekolah menengah kejuruan kesehatan, dan ternyata banyak pula peminatnya.

Sebenernya apa sih yang dipikirkan anak-anak sekolahan tentang tenaga paramedis?

Apa mereka terlihat keren, pintar, dan bersih karena seragam serba putihnya? (Kalo gitu, anak-anak pak kyai dan anak-anak pesantren nggak kalah kece-nya dong, ya?)

Atau karena bakti mereka kepada para pasien yang tanpa pamrih? (Padahal sedikit banget lo dari mereka yang mau jadi sukarelawan di daerah terpencil)

Oke lupakan! Lupakan!
kembali lah lagi kepada alur judul!

***

Saya disini, sebagai salah satu tenaga medis yang multitalenta.
Hahaa, nanti kalian akan tau seberapa bertalentanya saya, pada saatnya.

Disini adalah awal mula saya terjun bebas dari seorang drafter menjadi seorang analis kesehatan!

Entah kenapa, ibu saya ngebet banget kepingin saya jadi seorang PNS.
Entah itu dari jalur pengajar, ataupun tenaga medis.
Heran, kenapa harus yang dua itu?
Tentu saja karena keduanya merupakan formasi terbanyak pada tiap instansi, dan kebutuhan akan keduanya pun juga bisa dibilang banyak. (Sayangnya, saingan untuk keduanya pun tak kalah banyaknya)

Tapi, sebagai anak yang kuliahnya dari duit orang tua, saya bisa apa?
Padahal saya lebih suka sastra, seni, dan teknologi.

Mulailah, perjalanan karier amburadul saya.
Gimana enggak coba, saya ini anak STM jurusan gambar bangunan, tiba-tiba disuruh mendaftar disalah satu Universitas kesehatan di Kota tempat tinggal saya.

Awalnya, saya nyoba buat daftar di Sekolah Keperawatan, nekat aja sih, karena salah satu sodara saya kebetulan seorang perawat alumni sana.
Dan tau apa yang terjadi?
Saya ditolak mentah-mentah, hahahahaaa...
Jelas aja dong enggak masuk kualifikasi sama sekali!
Minimal itu, mereka yang SMA jurusan IPS.
Apa-apaan ini, anak STM jurusan bangunan pula. Dapet biologi aja cuma kelas X mana cuma satu jam pelajaran doang.

Dan yaahh begitulah.

Dengan coba-coba dan sedikit saran dari sodara, saya mencoba buat daftar di Akademi Analis Kesehatan. Yang dengan janji sodara saya, bakalan dia bantu buat ngejawab soal dikomputer (kebetulan sistemnya one day service) Hasil langsung keluar, dan saya diterima untuk kuliah disana.

**
Sedikit catatan, kenapa saya lebih memilih kesehatan dari pada guru.
Alasan paling utama saya adalah, karena dulu saya anak badung yang suka ngerjain guru, dan suka dimarahin guru.
Karena itu yaa, ada sedikit banyak rasa cemas, kalo kenalan dan kebadungan saya dulu jadi karma ketika saya menjadi guru.
Hahaaa

PARAMEDICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang