Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Namanya Arka, Arkananta Azhio Bagaskara. Kalau enggak salah, merupakan nama yang dikasih sama opanya alias kakaknya oma gue. Opa yang sejak kecil gue kenal dengan nama Opa Yance, salah satu saudara ter-wealthy-nya oma gue di antara saudara-saudara lainnya. By the way, mereka 12 bersaudara.
12 bersaudara itu membuat gue enggak begitu kenal sama cucu-cucu lainnya, apalagi gue di umur 10 tahun yang masih sibuk dengan menggambar di atas kertas yang sudah gue bawa dari rumah saat halalbihalal keluarga yang saking banyaknya, perlu diadain di sebuah ballroom hotel di kawasan Jakarta Selatan.
Gue hanya tau Arka adalah salah satu cucu Opa Yance yang foto keluarganya sering gue liat di rumahnya setiap gue berkunjung. Ada yang pakai topi cowboy, pakai tuksedo, pakai baju khas Sumatra Barat (keluarga oma gue asli Sumatra Barat, Caniago to be exact), dan lain lain.
Hari itu, gue cuma melihat dia yang juga natap gue datar. Mukanya mirip opanya, enggak kayak pureIndonesian, semacam ada darah Chinese yang bahkan kita enggak punya. Baru setahun kemudian gue bisa sedikit lebih dekat sama Arka, ketika di bawah kursi yang kita duduki sama-sama punya amplop yang berisi kesempatan untuk ikut game di atas panggung.
We were laughing to each other.
Dua tahun kemudian setelah saat itu, Arka menemukan Instagram gue, kita saling follow dan kemudian berakhir saling chat di Line dan Snapchat. Bikin snapstrike bareng-bareng sampai apinya ada banyak, chat nonstop udah kayak sama pacar.
Beberapa hal yang bisa gue garis bawahi saat itu: 1. Arka merupakan cucu dari anak Opa Yance yang ketiga 2. Dia punya adik, namanya Anja. Mereka beda dua tahun dan Anja cantik banget 3. Arka enggak pernah gengsi untuk ngasih tau kalau dia baru aja nangis kemarin karena nonton ulang Hachiko atau hal-hal emosional lainnya 4. SD dan SMP di Al-Azhar, so does Anja.
"Ra, Plaza Senayan aja yuk?"
Gue yang masih selonjoran di sofa ruang tamunya Arka langsung nengok ke arah dia yang masih pakai kaos putih dan celana pendek hitam sedang berdiri di depan gue, "ngapain?"
"Nonton."
"Mahal ah di situ." Protes gue.
"Gue bayarin."
Salah satu benefit berteman baik sama Arka adalah yang satu ini, walaupun biasanya dia minta balas jasa berupa minta ditemani di apartemennya, kadang itu bukan masalah besar.
"Oke! Ganti baju gih!"
Dari dulu pun, Arka memang udah begini. Gue masih inget banget izin pertama gue ke mama untuk pergi bareng Arka yang langsung disambut dengan kerutan di dahi.