3

6 1 0
                                    


"Din, ini bulumata dikasih berapa lapis sih?"

"Empat" jawab Radina

" Edan, berat banget" aku dan Dina tertawa.

Iya, tertawa. 

Aku tidak mungkin bisa tertawa dua minggu lalu.

" Widiw cuntok ajib banget din...bakat...bakat, liat mataku jadi cetar begindang emmm"

"Eeemmm, itu mata kamu belum beres shay, matanya ngadep atas". Ku perhatikan dina mengaplikasikan maskara di bulu mata palsuku.

Palsu, ck. iya, palsu kayak mantanku itu, penuh kepalsuan, dia bukan orang yang ku kenal dulu.

Dia monster.

"Fem, ini maskaranya masih basah loh ya, jangan pecicilan jangan pegang-pegang" sambil ngaca aku berdehem mengiyakan.

"Din, mau aku bantuin make up?"

"Gak, makasih, ntar yang ada makin belepotan, aku cuma mau make up yang necurel aja"

"Whaaat? Din, ga bisa! kan uda janjian kita makeupnya badai sama-sama, aku ga ada temennya doooonggg...."

"Dasar, balas dendam cetek amat fem, balas dendam cuma dateng ke kawinan mantan dengan dandanan super manglingin" Dina mulai membahas itu lagi.

"Gimana ya din, aku tuh cinta ama dia tulus, kalo emang ini yang dia pengen ya udah, aku rela din asal dia bahagia, aku rasa aku udah ikhlas dia pergi"

"Et et et dah...jangan nangis ya shay...mata nya udah bagus nih...jangan dirusak"

Aku mengangguk angguk dengan semangat.

"Din, pake bulmat dong biar kita samaan".

Radina mengomel bilang aku udah kayak emak-emak tapi biar begitu dia selalu ada untuk mendorong bahuku dari belakang. Dia Radina sahabat terbaikku, dan seperti yang sudah-sudah dia menuruti pintaku kali ini. Yes, makeup samaan.

Kami saling bahu membahu meringankan kesedihan satu sama lain. Girl power punya energi yang luar biasa kan. Ketika bersedih kita hanya butuh telinga untuk didengarkan. Hanya mendengar tanpa menghakimi benar-benar skill yang harus semua pekerja sosial punya.

Aku memakai gaun yang dibelikan mama dua bulan yang lalu. Buset emak ku kayaknya udah ada feeling, aku dan Bayu ga akan bersatu. Jelas-jelas ini bukan dress lamaran.

Dina memakai gaun hijau salem yang berkibar-kibar tipis diterpa angin. Harus kuakui Dina wanita yang luar biasa cantik hati dan wajahnya. Dia panutankoe. Hahaha

Gaunku berpotongan mermaid hingga paha dan juntaian kain sifon dibawahnya. Gaun putih yang kaya payet itu benar-benar membuat mata tertuju padamu. Dina men-stylish rambut panjangku curly manjah ala pejen pejen kesayangan. Sedangkan ia memilih menguncir rambutnya dibelakang dan meminta aku mengcurly setelah ia kuncir tinggi. Astaga, Dina terlihat seperti Nadya Hutagalung, cantiknya absolut.

"Baiklah ayo kita jalan, shaaaay" teriakku dengan penuh semangat. Aku tidak boleh mundur, aku sudah sejauh ini.

Heels 7 cm itu menjadi mood booster. Heels silver yang kata abang ku seperti biduan dangdut itu. Dia jadi supir kami hari ini dan mengambil foto ku dan dina dengan kamera mahal. Kakakku memperlakukan kami seperti foto model, astaga. Tiap kali ganti gaya kami tertawa. Hasil fotonya bagus-bagus sih, jadi bikin nagih.

"Bang, Abang ga masuk?"

"Ga ah, Abang takut ga tahan mau jadiin Bayu sparringnya Abang, biar bonyok."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 28, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

OpaqueWhere stories live. Discover now