•satu.

12 1 0
                                    

•happy day, happy night•

✨✨✨

     —"Kasih yakinlah, hanya dirimu paling mengerti, kegelisahan jiwaku kasih. Dan arti kata kecewaku—"

Sesaat sedang mulut ranumnya melantunkan lagu yang sedikit mewakili perasaanya, disertai dengan kepiawaian Athla memetik senar-senar gitar, tiba-tiba saja Kaafka datang layaknya pengacau. Atau mungkin bisa disebut, membangunkan singa yang sedang tidur.

"KAAFKA SIALAAN!"

"Coba, lo nyanyi lagi, La. Tadi fals tau, sumpah gue gak bohong." ujar Kaafka, lalu duduk di sebelah Athla dengan ruam wajahnya yang menahan rasa ingin tertawa. Athla kemudian menatap Kaafka dengan sangar, lalu Kaafka tertawa dan mengajaknya bernyanyi dengan iringan gitar yang ia mainkan.

"Serius dulu sekali, La, nyobain. Awas aja lo bercandain," tutur Kaafka, sembari menunduk melihat ke tangannya yang berpindah-pindah posisi.

"Satu kata yang sulit terucap, hingga batinku tersiksa."

Suara khas Athla kemudian memimpin, dan berjalan beriringan dengan guratan suara gitar oleh Kaafka.

Tak lama setelah Athla menyuarakan nada-nada merdunya, suara Kaafka pun mencoba menelusup masuk ke dalam lagu tersebut.

"Tuhan tolong aku jelaskan lah perasaanku berubah, jadi cinta."

Kaafka berhasil berduet dengan Athla, dan membuatnya merasa dimenangi karena dirinya sendiri. Ia senang memamerkan kebisaannya alias sombong di depan sahabatnya, Athla.

"GAISSS!"

Suara melengking naik pitam namun merdu sedikit tiba-tiba mengejutkan Kaafka dan Athla yang sedang bernyanyi dan bercengkrama di teras. Bahu keduanya dengan reflek naik lalu berhenti bernyanyi tatkala seruan itu datang menghampiri. Dan tak lain itu suara Megan, si ceria, datang dengan kibasan rambut panjangnya.

Kaafka dan Athla bengong melihat Megan yang berdiri di depannya seperti kegirangan sambil memegang semacam kertas yang berisi beberapa tulisan.

"Megan apaan sih?" ujar Athla, sembari mendekatkan jari telunjuk ke bibirnya.

Megan masih dengan senyum lebar nan sumringahnya, ia membagikan kertas itu masing-masing pada Kaafka dan Athla.

"MEGAN! SERIOUSLY?!! AAAAAH!"

Athla ikut menjerit kegirangan, ia berdiri, lompat-lompat sambil berpelukan dengan Megan, lalu keduanya terus melompat sembari kedua tangannya saling berpegangan.

Ow, mungkin kalian kebayang dengan hebohnya dua gadis yang sedang senang bukan kepalang.

Melihat aksi kedua sahabatnya itu, Kaafka hanya tertawa, ia turut bahagia dengan pencapaian yang Megan dapatkan.

Sejak SMP, ia tahu persis bahwa Megan sangat senang berkompetisi, dia bukan orang yang malu akan kekalahan atau terjatuh di depan banyak orang. Maka dari itu Kaafka bersyukur, ia dapat melihat sahabatnya bahagia karena impiannya selama ini tercapai, dua minggu lagi Megan dan teman-teman cheers-nya akan terbang ke Singapura untuk mengisi acara penting di sana. Lalu, saat kenaikan kelas 12 nanti Megan dapat beasiswa bersekolah khusus bidang seni tepatnya di Korea Selatan.

"Kaafka! Lo gak ngucapin selamat ke gue?" tukas Megan tiba-tiba, mengejutkan Kaafka yang masih tersenyum dalam lamunannya.

"Hm?" Kaafka bergumam, lalu tangan Athla meraih lengan Kaafka. Dengan segera ia menaruh gitar yang ia pegang di kursi dan mendekatkan tubuhnya pada Athla dan juga Megan.

"Congrats, Megan. Gue bangga banget sama lo, super." ujar Kaafka, lalu ketiganya tertawa sambil berpelukan. Athla mengajak Kaafka untuk lompat-lompat juga, biar kerasa happy about to die vibes-nya.

Kaafka dengan sedikit kaku ikut lompat sembari kedua tangannya terbentang lebar merangkul bahu gadis-gadisnya itu. Karena memang, hari itu merupakan hari yang sangat bahagia. Hari dimana ia bisa mendengar suara merdunya Athla, dan teriakan bahagianya Megan secara hampir bersamaan.

✨✨✨

Malam ini bulan turun memancarkan aura hangatnya, ia datang menyapa dengan halus dan itu sungguh menggerus hati bagi siapapun yang melihat kenampakannya.

Terkadang, menatap langit oranye sembari merayakan turunnya mentari hampir sama romannya dengan mendongakkan kepala sembari menatap rasi bintang yang ditemani terangnya rembulan di atas sana.

Ketenangan yang merengkuh tubuh ini hampir sama, hanya saja perasaan atau naluri kala itu bisa jadi berbeda.

Malam ini bertempat di restoran yang terletak di paling atas gedung tanpa atap, Kaafka, Athla, Megan, dan kedua orang tuanya merayakan momen bahagia ini. Nampaknya mereka semua tak mau kelewatan dengan hasil dari jerih payah Megan, maka dari itu mereka sedikit berpesta dengan makan malam bersama, seraya ditemani bintang-bintang yang tak kunjung jatuh.

"Gimana rasanya 3 bulan pertama jadi anak SMA? Seru?" tukas Yoshua, ayahnya Megan yang kadang-kadang bahasa indonesianya sedikit terbalik.

Athla meringis tertawa. "Seru, Om!" ucapnya, lalu melahap potongan daging yang ada di garpunya.

"Kaafka gimana? Pasti dia banyak yang naksir, ya?" ujar Meldy, maminya Megan yang paling gaul, sembari terkekeh.

Mendengar ucapan Tante Meldy, semua yang ada di meja pun tertawa memojokki Kaafka yang nampak malu dibuatnya.

"Ya gitu deh, Mam. Bentar lagi juga Kaafka berhasil buat cewek-cewek yang ngejar dia kabur, hahaha!" tukas Megan, diikuti dengan dagunya yang naik ke atas sambil melirik ke arah Kaafka.

Dari dulu terutama sejak duduk di bangku SMP, Kaafka dengan kegantengannya sudah berhasil memikat hati para gadis di sekolahnya. Tapi terkadang, Kaafka merasa dirinya sangat terintimidasi dengan hal itu.

Setiap kali ponsel Kaafka bergetar lalu terdapat pesan masuk yang diakhiri dengan nama sang pengirim di dalamnya, ia pasti selalu mencatat nama-nama cewek yang selalu menerornya.

Lalu keesokkan hari, dipastikan cewek itu tunduk kepala begitu berpapasan dengan Kaafka.

Kenapa seperti itu? Karena Kaafka selalu memanfaatkan momen ini untuk menjahili orang-orang yang genit, dengan cara menulis surat berantai yang berisikan ancaman apabila mereka tidak meneruskan pesan ini pada orang lain, niscaya mereka akan jatuh dari toilet contohnya. Pokoknya surat berantai itu ia taruh di meja orang yang selalu genit atau orang yang selalu mengiriminya SMS.

Lalu kenapa orang-orang atau gadis-gadis itu takut dan tak lagi mengejar Kaafka?

Karena Kaafka sengaja mencantumkan namanya di dalam surat itu. Dan ia menulis di akhir surat tentang ancaman yang akan mengganggu terus-menerus apabila orang itu tetap bersikkuh mngejarnya.


✨✨✨


HAI SEMUAA! Maaf banget aku baru kembali, ini cerita baru aku hihi semoga suka ya. Selalu comment okai jangan lupa, muchlove dari akuw!!

RengkuhWhere stories live. Discover now