2

414 61 3
                                    

  Ponsel Jimin berbunyi sore itu, dan dia langsung mengangkatnya ketika mengetahui bahwa yang menelpon adalah sangat eomma.

"Jimin?" Sang langsung berbicara seperti biasanya, "eomma harus memperingatkannya"

"Memperingatkan apa eomma?" Dari Jimin mengernyit dan langsung waspada, eomma nya tidak pernah berucap dengan nada seserius ini sebelumnya.

"Jungkook" Suara eomma setengah berbisik, "dia datang kemari pagi ini dan memohon kepada eomma untuk memberikan informasi dimana dirimu."

"Eomma tidak memberitahukannya kepadanya kan?" Jimin langsung panik. Percuma dia pindah ke kota kalau pada akhirnya Jungkook mengetahui dia ada dimana.

"Tentu saja tidak sayang." Sang eomma menghela napas panjang, "tetapi sepertinya dia tidak menyerah, dia bilang pada akhirnya kalau eomma tidak mau mengatakan dimana dirimu pun, dia akan tetap tahu karena dia akan menghubungi kantor penerbit mu."

  Jimin mengernyit kesal. Kalau Jungkook menghubungi kantor penerbitnya, tentu saja Jungkook akan tahu dimana dia berada. Dia mendesah kesal tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, Jimin hanya tidak menyangka kenapa Jungkook sekeras kepala ini mengejarnya. Apakah lelaki itu tidak bisa menerima bahwa Jimin tidak bisa memaafkannya?

"Terimakasih telah memperingatkan ku eomma, ada kemungkinan bahwa dia sudah tahu dimana aku berada, aku menginformasikan keberadaanku dan alamat baruku kepada penerbit. Aku akan bersiap jikalau Jungkook nekat dan mendatangiku."

"Kau tidak apa-apa Jimin?" Suara eomma nya tampak cemas disebrang sana, membuat jlJimin tersenyum haru.

"Tidak apa-apa eomma, aku bisa bertahan" Jawabnya mencoba sekuat mungkin meskipun dalam hatinya dia meragu.

*****

"Pemuda itu datang lagi malam ini, dan memesan segelas anggur untuk teman menulisnya." Yoongi mengernyit, dari info yang didapatnya dari Leon, Jimin adalah seorang penulis novel romance. Tetapi sepertinya Jimin sedang murung karena beberapa kali pemuda itu hanya menghela napasnya didepan laptopnya, laku mengawasi layar laptop itu dengan tatapan mata kosong.

  Yoongi merasa seperti pengintip yang memalukan ketika berdiri didepan kaca balkon atas dan mengamati Jimin seperti itu, tetapi dia tidak bisa menahan diri. Sudah beberapa hari ini Jimin selalu datang, dan setiap pukul sembilan dia menulis sampai dini hari sebelum kemudian pulang ketika terang menyentuh langit.

  Yoongi tidak bisa menahan ketertarikannya untuk mengintip kebawah, menanti kedatangan Jimin, dan sejauh ini, pemuda itu tetap datang.

  Ada keinginan tertahannya untuk mendekati pemuda itu, tetapi dia menahan diri, dia takut kalau dia terlalu mengganggu, Jimin akan merasa segan dan kemudian tidak akan datang lagi.

"Pemuda itu datang lagi." Leon yang tiba-tiba sudah ada diambang pintu ruang kerja Yoongi bergumam sambil tersenyum penuh pengertian, mengamati Yoongi.

"Kau sepertinya sangat tertarik kepadanya."

"Kenapa kau bisa berpikiran begitu?" Yoongi mundur dari kaca itu dan melangkah menuju kursi kerjanya.

  Leon adalah tangan kanannya, orang kepercayaannya, lelaki itu dulu adalah pegawai setia ayahnya, dan orang yang paling dipercaya oleh ayahnya. Setelah Ayah Yoongi meninggal dan dia menawarinya jaringan bisnis hotel dan restauran ini, Leon lah yang selalu membantunya, memberinya pendapat dari sisi pengalaman, melengkapi apa yang tidak dimiliki oleh Yoongi.

  Karena itulah Yoongi menghadiahi Leon cafe ini, tetapi lelaki setengah baya itu menolaknya, dua hanya ingin tinggal di sebuah apartemen mini dibagian atas cafe dan tetap ingin bekerja menjadi pelayan meskipun Yoongi sudah melarangnya. Tetapi Leon mengatakan bahwa menjadi pelayan cafe ini bisa membantunya tetap hidup, dia kesepian dan bercakap-cakap dengan para pelanggan bisa menyembuhkan sepinya, karena itulah Yoongi mengijinkan Leon menjadi pelayan di Garden Cafe ini.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang