6

316 49 7
                                    

  Suran menunggu dengan cemas, Yoongi memang selalu terlambat datang tetapi dia tidak pernah mengingkari janjinya. Kedua orangtuanya baru datang dari Australia, dan ini adalah kali pertama mereka akan berkumpul untuk membicarakan persiapan pernikahan mewah dan besar mereka yang rencananya akan dilaksanakan delapan bulan lagi.

  Dia sudah berdandan secantik mungkin dan mulai gelisah karena ini sudah terlambat hampir satu jam dari waktu yang dijanjikan, tetapi tidak ada kabar dari Yoongi. Suran duduk didekat jendela, menanti dengan cemas.

  Lalu ketika mobil itu memasuki gerbang rumah, hampir saja Suran terlonjak bahagia dari duduknya, lupa kalau dia sedang berpura-pura lumpuh. Tidak ada yang tau selain keluarganya, pelayanan kepercayaan mereka dirumah ini, dan dokter pribadi mereka bahwa Suran sebenarnya sudah sembuh jauh diwaktu lalu. Dia sudah bisa berjalan normal seperti biasanya. Diagnosa dokter itu ternyata salah, dan kaki Suran sebenarnya tidak apa-apa.

  Tetapi kemudian dia memohon kepada kedua orangtuanya dan dokter mereka untuk merahasiakannya dan membiarkan Yoongi tidak tahu.Kepada mereka diceritakannya betapa takutnya dia kehilangan Yoongi kalau sampai Yoongi tahu bahwa dia baik-baik saja. Yang dimilikinya dari Yoongi hanyalah rasa tanggungjawab lelaki itu kepadanya, dan itu semua karna kakinya yang lumpuh.

  Kalau kakinya sudah tidak lumpuh lagi, maka tidak akan sesuatupun yang bisa mengikatkan Yoongi kepadanya. Lelaki itu sudah pasti akan meninggalkannya. Suran rela duduk dikursi roda terus sampai dia bisa mengikat Yoongi di pernikahan. Setelah mereka terikat secara resmi dan dia sahabat memiliki Yoongi, dia sudah merencanakan untuk berpura-pura sembuh secara bertahap dan kemudian kembali normal. Yoongi tidak akan pernah curiga. Dia sudah begitu lama berpura-pura lumpuh sehingga tampak meyakinkan.

  Di liriknya Yoongi yang turun dari mobil dan hatinya berbunga-bunga melihat ketampanan lelaki itu. Lelaki itu akan menjadi suaminya, akan dimilikinya sebentar lagi. Dia hanya harus bersabar.

  Yoongi melangkah mendekat tangga rumah itu dengan ekspresi lelah. Hari ini banyak sekali yang harus dikerjakannya, dan yang dia inginkan hanya datang ke Garden Cafe. Menanti kedatangan Jimin, yang tak kunjung datang lagi setelah peristiwa ciuman itu.

  Yoongi tak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri karna tidak bisa menahan dirinya untuk mencium Jimin. Dialah yang membuat Jimin menghindarinya seperti sekarang ini. Dan sekarang dia tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa dilakukannya hanya menunggu, dan ternyata menunggu itu tidak enak, sama sekali tidak enak. Kemudian karna sibuk dengan pekerjaan dan pikirannya tentang Jimin, Yoongi hampir saja melupakan janji temunya dengan kedua orangtua Suran yang baru pulang dari Australia. Dia mungkin saja benar-benar lupa dan tidak akan datang kalau dia tadi tidak melirik tanpa sengaja kearah ponselnya yang tergeletak begitu saja dikursi penumpang disebelahnya, dan menyadari bahwa ponselnya itu berkedap-kedip karna puluhan pesan dari Suran.

  Kursi roda Suran muncul dipintu dan perempuan itu menyambutnya dalam senyum bahagia dan khawatir.

"Kau tidak membalas pesanmu oppa." Gumam Suran cemas, memeluk Yoongi ketika lelaki itu mendekat dan setengah menunduk mengecup dahinya, "aku takut oppa kenapa-kenapa."

"Maaf aku terlambat, urusan pekerjaan." Gumam Yoongi datar, "dimana orangtuamu?"

  Yoongi menyiapkan hatinya untuk malam itu, karena dia harus membicarakan persiapan pernikahan. Persiapan pernikahan yang bahkan tidak sedikitpun ingin dilakukannya.

*****

"Terimakasih oppa." Suran menggenggam kedua jemari Yoongi dengan penuh sayang, lelaki itu duduk didepannya dan tampak kaku. Suran berusaha mencairkan suasana dengan kelembutannya. Biasanya Yoongi akan melembutkan juga kalau dia sudah bersikap rapuh. Tetapi entah kenapa malam ini benak kekasihnya ini seolah-olah tidak ada disana, menerawang entah kemana.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang