#SEKUEL_CERITA_CPA
*PoV Fikar
Setengah sadar kudengar suara Sarah membangunkanku.
"Bang Fikar bangun Bang, sudah ditungguin abang-abang yang lain buat turnamen!" Aku terkesiap. Setelah sholat subuh dan mengaji aku dan Sarah memang masuk kamar lagi.Jangan protes dan nanya-nanya apa yang kami lakukan, namanya juga pengantin baru pengennya berduaan. Sampai jam 9 aku masih betah di kamar bahkan malah ketiduran.
Padahal kata Engkong aku ini sejenis kelelawar apa kampret gitu, bahasa kerenku makhluk nocturnal.Malam bukannya tidur manis tepat waktu tapi masih melek ngurusin penjualan buku online didampingi wedang jahe, wedang uwuh apa wedang ronde begitu.
Siang kadang tidurnya juga dicicil. Bisa di mana saja tapi jarang banget di kamar. Mewah banget tidur di kamar. Kamarku juga sudah tak berbentuk. Isinya tumpukan buku yang sudah di pre order, nunggu dipaket-paketin.
Etapi sekarang kenapa kamar mendadak jadi tempat favorit? Apakah jadi pengantin akan mengubah kebiasaan lamaku jadi doyan ngendon di kamar karena ada istri?
Oh entahlah semoga nggak lama-lama sindrom penganten nya ini. Bisa-bisa dapur nggak ngebul-ngebul.
"Turnamen apa?" tanyaku heran lalu bangkit. Ini hari Minggu, hari kedua aku di rumah Abi setelah Sabtu pagi kemarin melangsungkan akad.
Aku dan Engkong bersama sanak famili Engkong yang tersisa datang ke rumah Abi Jumat sore. Kami menginap di seberang rumah Abi yang masih terhitung famili Ummi karena jadwal penghulu yang menikahkan jam 8 pagi. Maklum Sabtu itu si penghulu sudah dapat proyek alias bookingan menikahkan pengantin di 5 tempat. 'Pahlawan akad' yang kehadirannya ditunggu segenap lapisan. Kami dapat urutan pertama. Jam 8 pagi. Setelah akad, Engkong dan keluarga pulang.
"Bulu tangkis. Abi ngajak abang-abang main bulutangkis di lapangan
depan rumah.""Oh itu lapangan punya keluarga?"tanyaku heran lagi. Ingat kalau di seberang rumah Abi yang asri ini ada lapangan bulu tangkis.
"Sebenarnya fasilitas umum, karena terbengkalai Abi merapikannya. Lalu digunakan anak-anak remaja dan kegiatan karang taruna di sini buat latihan dan main daripada bergaul nggak jelas. Kebetulan Abi suka main bulutangkis juga. Setiap sabtu minggu rame dipakai bapak-bapak."
Suara notifikasi masuk. Grup keluarga berkicau. Beberapa kalimat berbaris.
[Ayo pengantin baru, ditunggu nih!] Bang Ihsan kakak ipar kedua menggodaku.
[Oke, otewe] jawabku. Nggak ada pilihan. Sarah menyiapkan seperangkat training beserta kaosnya. Sepaket. Entah punya siapa. Jangan bilang punya Abi!
"Emang punya Abi, tapi belum sempat dipakai. Kegedean ...." ungkapnya membuatku tercengang sangat.
"Masak aku pakai punya Abi sih," protesku.
Lah gimana menantu baru berumur 2 hari berani-beraninya pakai baju mertua!
"Gak papa lah wong yang nyuruh Abi tadi kok..." Sarah mengerling jenaka.
Apa boleh buat. Rupanya para menantu di rumah ini bukan hanya diplonco harus bisa jadi imam sholat tapi juga berbadan sehat wal afiat. Ya Allah, semoga aku nggak jadi anak saleh saja tapi juga menantu saleh idaman mertua.
***
Abi terlihat cerah menyambutku datang. Rambut Abi boleh terlihat memutih sebagian besar tapi fisiknya masih terlihat tegap dan segar memang masih sedikit lebih kurus dariku.
Dulu aku pernah bertanya waktu baru pertama mengenalnya saat dia berkunjung ke Pojok Buku Azzam.
"Ustad kenapa bawa tongkat segala kemana-mana? Kulihat Ustad belum terlihat seperti kakek-kakek dan berjalan juga masih tegap nggak bungkuk-bungkuk?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEHANGAT KASIH ABI (SUDAH TERBIT)
Ficțiune generalăTentang sosok Abi berputri 4 yang amat dekat dan hangat dengan keluarganya. Saking dekatnya, Abi pun benar-benar mencarikan jodoh yang pas menurutnya buat keempat anaknya