Musim dingin telah tiba, Ia berhasil mengalahkan musim-musim lainnya untuk mengambil posisi sebagai penguasa tunggal yang memonopoli seluruh Jepang. Bahkan Alam pun saling bertarung untuk menjadi yang paling kuat. Tak habis pikir aku mengenai perbuatan-perbuatan Semesta yang selalu menciptakan anomali di dunia ini. Zihhh! Betapa menjijikannya kehidupan ini.
Udara malam ini membuatku tak bisa terlelap dalam tidurku. Kulihat Ayah dan Ibu yang sudah asik menjelajahi dunia mimpi. Kuambil jaket buluku, pemberian Oji-san saat ulang tahunku yang ke 16. Aku memutuskan untuk menyusuri sungai Chichibu yang mengarah ke pusat kota Saitama. Udara makin dingin, jalanan pun sepi dan sunyi, sambil terus berjalan kulihat langit malam yang seakan-akan meremehkanku. Ia berbisik dengan lirih ke telingaku. "Hei Pecundang, Selamanya kau akan tenggelam dalam kesepianmu itu! Kau akan kesakitan karenanya!"
Sial! Sudah berapa kali ia selalu menghinaku! Menertawakanku dengan hina. Rupanya ia tak bosan-bosan atas perbuatannya itu.
Apa salahnya seorang aku? Seorang bocah kecil yang selalu mencari realitas alam semesta ini. Tak terasa sol sepatuku perlahan membeku.
Kulihat di sudut lampu jalanan terdapat kedai minuman yang masih terbuka. Aku hampiri kedai itu, kulihat Kakek tua yang sedang menyiapkan berbagai minuman tradisonal Jepang untuk dikirimkan ke berbagai toko di seluruh Jepang."Selamat Datang!" Sambutnya dengan hangat. Ia mempersilahkanku duduk di kedainya. "Tolong pesan segelas susu panas Paman." Balasku.
"Baik tunggu sebentar nak!" Tak lama kemudian ia menghampiriku dengan membawa segelas susu panas dan sepiring kue Dango. "Silahkan nak" ia mempersilahkan aku menikmati sajiannya. Setelah aku menengguk habis susu yang telah kupesan tiba-tiba kakek itu bertanya,
"Apa yang kau lakukan di malam dingin ini nak?" Tanyanya.
"Kesulitan untuk tidur paman" Jawabku dengan singkat.
"Hahahaha dasar pemuda" Tawanya secara serentak. Ia menambahkan,
"Kau sendirilah yang menyebabkan kesulitan untuk tidur nak. Banyak sekali yang kaupikirkan di usiamu yang masih remaja ini." Tambahnya kakek tua itu.
Dalam hatiku berkata, "sok bijak sekali kakek tua ini, dalam waktu dekat ini kau akan menjemput ajalmu, kata-kata bijakmu tak akan bertahan melawan kejamnya ketiadaan."
"Baiklah Paman, Terima kasih atas hidangannya. Selamat malam." Ucapanku yang mengakhiri perbincangan singkat malam ini.
Aku bergegas kembali menyusuri sungai Chichibu. Udara terasa semakin dingin. Tubuhku terasa semakin dingin. "Ayolah tubuh! Jangan kau berkhianat denganku sendiri." Gumamku. Keterbatasan tubuhku membuatku memutuskan untuk kembali pulang. Sekali lagi ku pandangi langit gelap yang menutupi Chichibu. Tak ada bintang kali ini, tak ada cahaya yang menghiasi angkasa. Semua tertutup oleh kegelapan.
Ketika aku sampai di pintu Rumah, aku melihat sepucuk surat bewarna hitam dengan tinta bewarna putih. Tidak ada nama pengirim atau identitas pengirim surat ini, yang ada hanyalah namaku yang tertuju. Aku langsung bergegas menuju kamar tidurku, kulihat Ayah dan Ibu masih nyenyak tertidur. Setelah aku berganti pakaian yang lebih hangat, aku baca surat ini. Surat yang begitu misterius.
_________________________
"Untuk Kara. "
"Selamat Malam, Kara-kun. Bagaimana dengan liburan sekolahmu? Apakah menyenangkan? Ah, seperti biasa. Aku rasa kau tak menikmati libur semestermu. Jangan kau terlalu kaku seperti itu. Aku sarankan kau harus membaca komik 'Crayon Sinchan' supaya hidupmu lebih lucu! Aku berbicara tentang pandanganmu tentang kehidupan ini. Tanpa humor, tanpa main-main. Hidupmu akan terasa berat. Berat seperti satu ton. Kau menghadapi kehidupanmu ini dengan tegang Kara-kun! Kau menjalani hidupmu dengan bersungguh-sungguh! Yang mana itu akan membuat pandanganmu akan kehidupan terasa hitam dan sunyi. Mungkin kau tidak perlu mengenalku. Tapi aku akan membantumu dalam merubah prespektif mu yang terlalu membosankan itu. Kau pikir kau hanyalah sebatas komponen-komponen penyusun anatomi yang semakin hari kian semakin tak berfungsi lalu mati? Tidak Kara. Kau lebih dari itu. Kau bukanlah sebatas sebuah titik dari angkasa yang luas ini, Tanpa kau sadari, kau adalah bagian terbesar dari Singularitas Semesta ini.
Akhir kata. COBALAH UNTUK TERSENYUM KAU! DASAR MANUSIA MEMBOSANKAN!!!
*Hitomi Hikari
_________________________
Zihhh! Bertambah lagi suatu keanehan dalam hidupku. Hitomi Hikari? Siapakah dirimu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Watashi no Kodoku
Teen FictionKisah yang menceritakan perjalanan hidup seorang remaja laki-laki dalam menemukan jati dirinya.