4. Louise : Masa Lalu

13 0 0
                                    

Seorang pria mengenakan jas putih berlengan panjang dengan logo Cleveland Hospital berlarian kesana kemari dengan gesit demi menangani orang-orang yang tiba-tiba datang membludak akibat terjadinya kecelakaan lalulintas beruntun. Inilah sekian dari sifat manusia yang hobi merusak kehidupan di bumi yang indah menurutnya, sebagian dari mereka tak sabaran saat mengendarai lalu ada pula yang tengah mengantuk di kursi kemudi, lainnya lagi menyeberang tanpa mengindahkan ramnbu lalulintas pejalan kaki.

Huft...

Adalah Louise Arther, atau yang lebih kerap disapa -dokter spesialis bedah, Louise. Dia muda-25 tahun, tampan dan berbakat, ia juga terkenal murah senyum pada pasien dengan sabar merawat mereka.

Sudah kesekian kalinya ia menghela nafas bersaam bulir keringat mengucur mengalir dari dari turun ke pipinya, hendak mengelap dengan lengan snelli-nya dihentikan oleh seorang suster disana, digantikan dengan mengulurkan sapu tangan berwarna pink cerah berukir motif bunga sekuncup mawar merah berikut daunnya.

"Terimakasih tapi bisa kau yang lakukan?"
Louise menunjukkan sapu tangan tersebut seraya membuat gerakan tangan mengusap wajahnya, dengan cengiran lebar dan kedipan mata kirinya.

"Aish.."

Duakh
Awhhh

Satu tendangan mendarat di kaki kiri Louise, benar-benar menyakitkan wanita gila ini, seorang gadis tomboy kenapa bisa berakhir menjadi suster di UGD RS wilayah yuridiksinya.

Suster Ilana Hopkins-si wanita yang disebut gila oleh Louise, melempar kembali sapu tangannya kearah pria genit yang anehnya cukup tampan dan seorang dokter paling disegani disini karena kemampuan tangannya yang terkesan magis ketika siapapun orang yang sakit maupun terluka bisa sembuh dan pasti sembuh, makanya ia dijuluki dokter bedah no 1 di kota Cleveland.

Louise menangkap benda itu dengan sigap, disusul teriakan seorang wanita yang sedang memeriksa seorang pasien dengan luka robek di dada kirinya,cukup parah.

"Dokter Louise! Berhenti menggoda Ilana dan segera siapkan operasi!"

Louise segera mengambil langkah seribu menghampiri ranjang pasien itu yang sedang didorong memasuki lift, memposisikan diri tepat disamping wanita yang juga menjabat sebagai kepala perawat UGD. Ia hanya tersenyum kikuk mendapat pelototan mata dari beliau.

Operasi berlangsung selama hampir 2 jam, selesai mencuci tangan dan mengganti baju hijau khusus operasi, Louise sudah saatnya memasuki waktu istirahat. Ia merenung sejenak di kursi kerja dalam ruangan pribadinya, cukup melelahkan memang bekerja di rumah sakit besar seperti ini, kadang ia merindukan adik kembarnya yang semakin cantik dan perlahan tumbuh dewasa persis yang tercetak dalam bingkai foto diatas meja bersanding dengan foto keluarganya semasa ia kecil. Ayah...ibu...kenapa kalian harus pergi secepat ini? Apa kalian lihat aku sekarang? Apa kalian bangga? Dan lihatlah Liliana sangat cantik seperti ibu, tapi mewarisi kekuatan seperti ayah. Aku merindukan kalian.

Setetes air mata jatuh membasahi kedua pipinyanya tanpa terduga ingatannya pun kembali mengulang kilasan bertahun-tahun lalu yang mestinya sudah berusaha ia kubur dalam-dalam, berjuang melupakan namun tak bisa.

Kejadian tragis itu terjadi tepat di hari ulang tahun Liliana yang ke 18 tahun, keluarga kecil itu mengadakan pesta meriah di dalam rumah untuk Lili, ibunya memasak berbagai hidangan berbahan dasar daging ayam kesukaan gadis itu serta membuat kue tart bundar yang disebut brownis-rasa cokelat dihiasi buttercream warna putih ditaburi aneka Meises chocochip sekaligus buah ceri nan lezat. Malam itu, suasana disekitar desa yang mulanya sedikit ramai dengan penduduk yang berada di luar dengan aktifitas masing-masing mendadak berubah menjadi sangat hening bahkan suara burung atau jangkrik pun tak terdengar walau lirih.

Greenland Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang