05. Balder Odinson

103 16 7
                                    

Sudah bertahun-tahun sejak tugas yang diberi Odin kepadanya. Meninggalkan keluarga dan orang-orang yang dicintainya demi mempertahankan keutuhan kerajaan.

Mempertaruhkan harta dan nyawa agar layak mendapatkan gelar sebagai seorang Raja yang tangguh.

Sebuah gelar yang diperebutkan oleh ketiga Odinsons.

Ia melangkah menuju ruang taktha untuk bertemu kedua orang tuanya sekaligus melaporkan pencapaian yang ia telah raih dengan rasa bangga. Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendengar teriakan dan kecaman yang bersumber dari dalam ruang taktha.

"Apakah ayah dan ibu sedang berkelahi?" batinnya dalam hati.

Makin lama suara teriakan tersebut semakin keras dan terdengar sangat jelas bahwa mereka sedang memperdebatkan sesuatu. Suatu hal yang sama sekali tidak dapat dimengerti olehnya.

Balder mengurung niatnya untuk menemui ayah dan ibunya. Kehadirannya akan memperburuk suasana. Lagipula, kehadirannya seolah-olah terlupakan oleh seisi kerajaan.

Balder berjalan melewati ruang takhta, menuju ke tempat favoritnya sejak masa kecilnya di istana. Penjara.

Bukan perkara seramnya kondisi penjara, Balder senang sekali bermain di situ. Lantaran pada waktu ia kecil, ada seorang narapidana yang sangat menyayangi dan sangat perhatian kepadanya. Setiap hari, jika Balder memiliki waktu luang, ia selalu menyempatkan dirinya utuk berkunjung ke penjara dan bermain dengan narapidana tersebut. Ayahnya sudah ribuan kali melarangnya, namun Balder adalah seorang yang keras kepala dan sama sekali tidak mau diperintah oleh siapapun.

Dengan sedikit bernostalgia mengenai masa kecilnya bersama Sang narapidana, Balder berjalan menyusuri lorong penjara sambil bersiul kecil. Ia betul-betul merindukan suasana ini. Suasana penjara yang menghiasi masa kecilnya yang dihiasi dengan petualangan-petualangan kecil.

Namun, langkahnya terhenti ketika berada di depan sel kedua dari terakhir. Raut wajahnya berubah karena sama sekali tidak percaya pemandangan di depannya.

Bagaimana tidak terkejut? Balder baru saja menjumpai seorang perempuan yang tergeletak begitu saja dengan darah segar bercucuran dari mulut dan hidungnya ―apalagi wajah sosok perempuan tersebut benar-benar sangat ia kenali―.

"Jaezzera Sēren Fraukdottir"

Sebuah makian melesat dari mulut sang Pangeran. Anak tengah dalam keluarga Odinson tersebut tidak mempercayai apa yang ia lihat barusan. Hatinya berdebar-debar tak karuan. Ia tidak tahu harus perbuat apa.

Diliputi rasa putus asa dan kepanikan yang berlipat-lipat membuat Balder berteriak memanggil para prajurit dengan tangan terkepal.

"Yang Mulia, ada masalah apa??!" tanya salah satu prajurit kepadanya.

"Tolong bawa dia ke dalam ruang pengobatan segera!" titah Balder sambil menunjuk ke arah seorang wanita dalam sel yang terbaring dalam kondisi kritis.

"Baik, Yang Mulia!!"

Tetesan air mata turun dari pelipis. Membasahi baju perang yang kotor dan usang. Kedua matanya mendelik. Ia mengucapkan kata "Princess" dengan terbata-bata berulang kali.

Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk bersaksi di depan puluhan prajurit yang menatapnya dengan terkesiap.

"Lady Seren ... mengapa kita harus terpisah selama bertahun-tahun dan bertemu kembali dengan melihatmu dalam kondisi seperti ini?"

⤗✾⬼

"Bagaimana kondisinya saat ini?"

"Pendarahannya tidak berhenti ! Korban juga tidak berhenti mengucapkan nama seseorang."

Jaezzera | Once Upon A DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang