01. Oh Odin's Beard

173 26 14
                                    

Diikat oleh rantai di pergelangan tangan serta leherku, diawasi oleh tiga orang ksatria yang membawa tombak-atau pedang-masing-masing seolah-olah akan menusuk siapa saja yang menghalangi jalan mereka.

Aku didorong dengan keras agar aku berjalan lebih cepat menuju ruang takhta yang notabene aku akan diadili di sana.

Sungguh kejam sekali, mereka tidak tahu siapa diriku. Jika aku masih menjadi diriku yang dulu, akan kupastikan mereka semua bertekuk lutut di hadapanku sambil memohon ampun.

Ah, ekspektasi yang indah.

Dulu, dulu sekali aku memang pernah diperlakukan seperti itu, sebelum semuanya berubah.

Aku, Jaezzera Sēren, kemarin seorang mantan putri kerajaan Alfhaeim, sekarang seorang buronan wanita yang namanya hampir diketahui seluruh makhluk di nine realms, tidak ambil pusing soal itu.

Hidup adalah roda yang berputar, bukan? Namun kurasa hidupku tidak seperti roda yang berputar, melainkan roda yang macet.

Menjadi tuan putri, buronan, tersangka, semuanya sama saja bagiku. Tidak ada hal yang menarik sama sekali. Aku tidak pernah benar-benar bahagia selama aku menginjakkan kaki di dunia ini. Aku tidak peduli dengan gambaran diriku di mata orang lain.

Aku hanya ingin bahagia tanpa harus berpura-pura.

Aku hanya ingin tersenyum tanpa memutar balik fakta.

Aku hanya ingin tertawa tanpa ada lelehan air mata kesedihan, mengalir begitu saja di pipiku.

Aku hanya ingin menatap awang-awang tanpa diawasi oleh orang lain. Hanya aku seorang diri, menari-nari dengan bebas disaksikan Sang Fajar.

Aku ingin merasakan cinta tanpa harus membuat diriku dibenci, terisolasi dari orang banyak.

"Maju!" teriak salah satu dari ketiga prajurit sembari mendorong tubuhku dengan sangat kuat hingga tubuhku terhempas.

Sungguh, mereka sama sekali tidak tahu bagaimana cara memperlakukan seorang wanita dengan baik!

Aku berusaha bangkit secara perlahan-lahan, tanpa mengeluarkan suara sekecil apapun.

"Ayo! Sebentar lagi kita sampai!"

Dengan kepala tertunduk, aku melanjutkan perjalanan menuju ruang taktha.

Asgard, tempat paling mulia di 9 realms. Sebuah kerajaan bermandikan emas dan permata. Dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana dan perkasa, didampingi oleh seorang permaisuri yang cantik dan rendha hati dengan dua orang putra mahkota yang masih muda.

Sejujurnya, aku pernah mendengar kabar ini-katanya salah satu dari putra mahkota itu sedang menghabiskan waktunya di dalan sel atas kejahatan yang ia perbuat di bumi-tapi apa boleh buat, aku masih tertutup dengan hal-hal seperti itu.

"Kita sudah tiba. Berlututlah di hadapan Yang Mulia Odin."

Langkahku terhenti seketika, wajahku terpaku pada seorang pria tua dengan rambut dan janggut putih yang panjang dihiasi keriput-keriput dan sebuah penutup mata berwarna emas. Mengenakan baju dengan perpaduan cokelat keemasan serta jubah berwarna merah.

Ia duduk di atas kursi takhtanya sambil memegang satu tongkat emas yang panjang dan besar. Ada dua orang wanita yang salah satunya sangat kukenal.

Putri Sigyn.

"BERLUTUTLAH!

Salah satu dari prajurit menendang punggungku hingga aku jatuh tersungkur sambil mengaduh kesakitan.

"Terima kasih," ucap Sang raja kepada ketiga prajuritnya.

Suaranya menggelegar bagaikan guntur.

"Oh, jadi inilah dia, anak dari raja agung Alfhaeim itu?" ujar Sigyn dengan penuh sarkas.

Jaezzera | Once Upon A DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang