Waktu menunjukkan pukul 06.00 namun Navya belum bersiap siap untuk bersekolah bahkan dia pun masih berada di alam mimpinya.
"Dek bangun... Ntar telat lagi."
Kata seorang pria yang mencoba untuk membangunkan Navya."Ntaran bang" Jawab Navya.
Ya... dia kakaknya Navya. Rezora Ardiyanta yang kerap dipanggil Ejo atau Zo, seseorang yang menjadi tulang punggung untuk Navya. Semenjak ibu mereka pergi meninggalkan mereka.
"Bangun atau gue tinggal?" Kata Rezora yang memaksa agar adiknya itu bangun dari tidurnya.
"Iya..." Navya duduk sembari mengumpulkan nyawanya.
Navya menuju ke kamar mandi. Setelah itu dia menyiapkan beberapa buku sekolahnya. Tak lupa dengan sarapannya yang hanya dengan selembar roti dengan selai blueberry kesukaannya.
^^^^^
Sesampainya di sekolah...Upacara sedang di laksanakan semua murid berkumpul di lapangan utama namun tidak dengan Navya saat ini dia malah tengah berada di rooftop gedung F, sebuah ruangan yang jarang didatangi oleh warga sekolah. Karena gedung F tempatnya berada di ujung sekolah. Banyak murid yang tidak mengikuti upacara berada di rooftop gedung A Karena tempatnya yang cukup rindang. Namun disana dekat dengan barisan para guru sehingga mudah terciduk oleh guru.
Sebelum kedatangan Navya rooftop gedung F terlihat menakutkan. Namun Navya masih berbaik hati untuk membersihkan rooftop itu. Dan Navya menganggap kesendiriannya itu adalah suatu hal yang menyenangkan.
Bel pelajaran pertama sudah berbunyi artinya upacara telah selesai. Navya turun dari rooftop langsung menuju ke kelasnya yang berada di gedung A.
^^^^^
Pelajaran Matematika sudah 3 jam berlangsung. Navya mulai merasa jenuh namun dia memilih tetap untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas, toh sebentar lagi juga istirahat yang pertama.
Kring....kring....
Bel istirahat telah berbunyi. Para siswa berlari berhamburan keluar kelas dan segera menuju ke kantin. Rasa kantuk, lelah, bosan hilang seketika menjadi rasa senang. Mood para murid yang tadinya menurun menjadi naik kembali.
"Mau makan apa? Dimana?" Tanya Tasha saat hampir masuk kedalam kantin.
"Serah." Jawab Navya dingin.
Mungkin jika kalian berada di posisi Tasha kalian akan merasa sakit hati atas perlakuan Navya. Namun tidak dengan Tasha. Menurutnya sahabat itu harus saling melengkapi satu sama lain jika yang satu dingin maka yang satunya harus hangat.
"Mie ayam apa nasi soto? Es jeruk apa Cappucino Cincau?" Tanya Tasha.
"Mie ayam, es jeruk." Jawab Navya lagi lagi dengan nada dinginnya dan pandangan yang tetap fokus dengan ponselnya.
"Yaudah gue pesenin dulu"
"Hmm..."
Tak lama kemudian, Tasha datang dengan makanan yang sudah dia pesan tadi. Navya memasukkan ponselnya ke dalam sakunya dan mulai melahap makanan yang ada di depannya. Tasha melahap makanannya secara perlahan.
Tiba-tiba terdengar sebuah petikan gitar dari ujung kantin sebelah kiri. Letaknya jauh dari posisi Navya dan Tasha sekarang namun terdengar jelas alunan gitar yang indah itu. Juga nyanyian seseorang yang membuat siapapun yang mendengarnya akan terkagum.
....
Oh Tuhan...
Kucinta dia...
Kusayang dia...
Rindu dia...
Inginkan dia.....
Utuhkanlah....
Rasa cinta dihatiku...
Hanya padanya....
Untuk dia....
Siswa itu menyanyikan lagu Dia dari Anji. Banyak para siswa lainnya yang mengerubungi dia dan mengikuti nyanyian serta alunan gitarnya.
Dia Arkaan Kavian Mahendra. Salah seorang siswa SMA Sutasoma yang terkenal dengan paras tampannya dan juga prestasinya dalam banyak bidang. Dia yang juga kapten futsal dari SMA Sutasoma jadi tak heran jika dirinya menjadi idola para siswi SMA Sutasoma.
"Ganteng ya Nav... tapi sayangnya terlalu banyak saingan untuk mengambil hati dia." Kata Tasha yang sudah selesai duluan menyantap makanannya.
"Kalo emang di takdirin buat lo. Siapapun saingannya pasti lo bisa." Jawab Navya.
"Tapi gue udah suka sama yang lain. Peka si dianya tapi sayang pura-pura bego" Lanjut Tasha
"Ntar juga dia kepincut sendiri sama lo."
"Lo gak tertarik tu sama si Arka? Cogan lho... sapa tau ntar dia mau sama lo."
"Guenya yang ogah"
"Dih... paling juga bentar lagi lo kepincut sama dia"
"Kagaa"
Hening. Salah satu dari mereka tidak ada yang membuka suara lagi. Mereka memainkan ponsel mereka masing-masing dengan fokus.
Tiba-tiba ada seorang pria duduk di samping Navya.
"Hai! Navya kan." Kata pria itu memastikan bahwa orang yang dia temui adalah Navya.
Navya tak bergeming, dia masih fokus dengan ponselnya. Tasha yang terkejut dengan suara itu langsung mendongakkan kepalanya menghadap ke pemilik suara.
"Nav... jawab tu." Kata Tasha sambil menggoyang-goyangkan tangan Navya.
Navya menaikan kepalanya melihat ke arah Tasha, lalu mengarah ke pria disampingnya.
"Kenapa?" Tanya Navya kepada pria itu.
"Kenalin nama gue..."
"Gue dah tau." Kata Navya memotong kata pria itu dengan cepat.
"Lo anak baru kan? Tapi kenapa lo bisa se-famous itu?" Lanjut pria itu
"Gak tau." Jawab Navya.
"Gue aja terkenal baru-baru ini tapi lo begitu masuk langsung terkenal."
"Lo ada keperluan apa sama gue? Kalo gak penting gue mau pergi." Kata Navya dengan badannya yang sudah siap untuk berdiri dan meninggalkan pria itu.
"Yaudah. Kapan-kapan kita ngobrol lagi. Minta kontak lo dong" Seru pria itu sebelum Navya pergi meninggalkan dia.
"Lo siapa gue? Buat apa gue kasih kontak ke orang kayak lo." Celetuk Navya.
Setelah itu Navya mengajak pergi sahabatnya keluar dari kantin menuju ke kelasnya.
Pria tersebut masih di posisi yang sama ditemani dengan gitar kesayangannya. Ya... baru saja yang mengajak Navya berbicara adalah Arka. Seseorang yang mendadak menjadi artis di kantin tadi.
'Gue akan dapat nomer lo secepatnya Nav dan itu dari lo sendiri.' Batin Arka yang mengetahui nasibnya yang baru saja terjadi.
Sebelumnya, saat Arka meminta kontak seorang siswi pasti dia mendapatkannya dari siswi itu. Tapi sekarang? Dia ditolak mentah- mentah oleh seorang Navya.
*****
Gimana gaes cerita aku ini? Feelnya belum dapet yak...
Maap ya agak gajelas ceritanya...
Hehe maaf... author baru pemula jadi gitudeh.Jangan lupa VOTMENT selalu yak
Komen apapun yang kalian inginkan
Vote selalu biar author tambah semangatSee you soon gaes <3
---Vote and Comment---
KAMU SEDANG MEMBACA
Annavya
أدب المراهقين"Gue bisa berbuat senakal mungkin, namun karena cinta gue bisa menjadi seseorang yang lemah"