Hey itu si anak haram.
Kudengar dia baru keluar dari penjara beberapa hari yang lalu
Ya ampun, kenapa orang seperti dia harus ada dikeluarga ini? Lebih baik dia pergi saja.
Kau benar, lebih baik dia pergi jauh-jauh. Ke alam baka kalau bisa.
...
Apa salahku sehingga aku dibenci oleh semua orang?
Bukan mauku untuk terlahir dari hubungan gelap.
Aku tidak pernah meminta hidup seperti ini.
Tidak ada seorangpun yang mengurusku, membuatku harus bertahan sendirian.
Lebih baik aku mati saja, dan meminta Tuhan memberikan hidup yang lebih baik dikehidupanku yang selanjutnya.
Tanganku menggenggam pembatas jembatan dengan kuat. Kalau aku terjun sekarang, aku tidak perlu merasakan sakit seperti ini lagi.
Lagipula sejak awal tidak ada yang peduli padaku.
"Kau sedang apa?"
Cepat-cepat aku menoleh ke asal suara, yang ternyata milik seorang perempuan, yang usianya kira-kira sama denganku. Tapi yang menarik perhatianku adalah dia mengenakan sebuah jaket hoodie lucu berbentuk telinga kelinci warna putih.
"Ah, itu... bukan apa-apa." Aku tidak boleh bunuh diri dihadapannya. Orang seperti dia pasti punya hidup yang baik.
"Kau mau bunuh diri?"
Ucapannya membuatku tersentak. Apa dia bisa membaca pikiranku?
"Bukan baca pikiran, aku hanya menebak. Lagipula, apa hal lain yang dapat dilakukan orang di jembatan ini saat tengah malam, kecuali ingin bunuh diri?" katanya lagi.
Aku tersenyum kecil. "Kau sendiri? Mau bunuh diri juga?" tanyaku setengah bercanda.
Gadis itu menggeleng. "Tidak, terimakasih. Jadi, apa aku mengganggumu bunuh diri? Maaf kalau begitu. Silakan dilanjutkan."
Alisku berkerut bingung. "Kau tahu aku akan bunuh diri, dan kau akan membiarkanku begitu saja? Kau tidak mau menghentikanku?"
"Jadi kau mau dihentikan?"
Tubuhku tersentak. "Ah, bu-bukan seperti itu."
"Yah, kalau begitu mungkin kau bisa menceritakan padaku alasannya? Tak mungkin 'kan kau bunuh diri karena penasaran. Siapa tahu kau membatalkan niatmu setelah mengungkapkannya."
Aku terdiam sebentar. "Sebenarnya... keluargaku mengucilkanku, hanya karena aku terlahir dari hubungan gelap. Mereka semua bersikap kalau aku tidak pernah ada. Tak ada satupun yang sudi mengurusku, kecuali ibuku, tapi beliau sudah meninggal saat aku berusia 13 tahun. Hidupku saat itu sangat menderita. Puncaknya ketika aku masuk ke penjara karena ketahuan mencuri di toko perhiasan. Aku baru dibebaskan 3 hari yang lalu, tapi sekarang aku tidak tahu harus kemana. Aku pengangguran, dan mana mungkin ada yang mau mempekerjakan seorang mantan narapida."
Gadis itu tetap diam mendengar ceritaku. Aku lalu melanjutkan. "Karena itulah, aku pikir lebih baik aku mati saja. Kalau aku mati, dunia akan tetap seperti ini. Matahari akan tetap bersinar, bunga akan tetap bermekaran, semuanya akan sama seperti saat aku hidup. Tidak akan berubah."
Kulihat dari sudut mataku gadis itu menyandarkan punggungnya ke pembatas jembatan. "Tentu saja. Hidup dan mati seseorang tidak akan mempengaruhi apapun di dunia ini. Wajar kau berpikir begitu."
Aku tertawa pelan. "Iya 'kan? Kalau aku mati, aku tidak akan menderita lagi, maka bukankah lebih baik aku mati saja?"
"Tapi bagaimana dengan orang yang menyayangimu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/178738515-288-k199304.jpg)
YOU ARE READING
These Stories are Ours
ContoSebuah buku berisi kumpulan cerita pendek yang pernah hinggap di benak saya. Daripada berdebu, akan lebih baik jika saya sajikan kepada para penikmat cerita pendek di luar sana. Selamat membaca.