Kameya 1

43 18 9
                                    

Angin...

Jangan berhembus terlalu dingin, aku kesepian disini.

Hujan..

Jangan turun malam ini, aku tidak memiliki kehangatan.

Malam..

Jangan terlalu cepat menjemput pagi, aku merindukan purnama saat ini.

Waktu..

Bisakah kau berputar mundur beberapa langkah, aku membutuhkan masa itu.

🖤🖤





"Meya.."

Seseorang mengetuk pintu kamar yang masih tertutup rapat. Pintu berwarna putih bertuliskan 'Kameya' di depannya, terbukti jika kamar ini dihuni oleh gadis bernama Kameya.

Seorang gadis berusia lima belas tahun tiga bulan yang lalu. Baru saja meninggalkan seragam putih-dongker, berarti sebentar lagi ia akan menempuh kehidupan putih abu-abu.

"Iyah Oma, Meya udah bangun kok"

Gadis tersebut menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, lalu berjalan kearah kamar mandi, berniat untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk berangkat ke kehidupan barunya.

"Yasudah, kamu siap-siap yah. Oma tunggu di bawah"

Kemudian wanita berumur lima puluh tujuh tahun itu melangkah pergi meninggalkan pintu berwarna putih tersebut.

Sedangkan gadis didalam sana tengah bersiap untuk menempuh perjalanan barunya. Perjalanan yang akan ia takhlukan selama tiga tahun kedepan.

🖤🖤

"Oma, Meya berangkat dulu yah. Assalamualaikum"

Gadis tersebut sudah rapi dengan seragam putih abu-abu yang melekat pada tubuhnya. Rambut lurus hitam sepinggang yang ia kuncir kuda membuktikan bahwa ia cantik apa adanya. Ia melangkah menyalami wanita yang ia panggil oma tersebut.

"Hati-hati yah Meya, bawa motornya pelan-pelan saja, kalau ada lampu merah jangan diterobos. Helm nya dipakai, sebelum berangkat pastikan remnya berfungsi"

"Iyah Oma, Meya tahu kok. Meya berangkat yah Oma, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, jangan kemana-mana yah Meya, kalau ada apa-apa telfon Oma, pulang sekolah langsung balik ke rumah"

"Iyah Oma"

Wanita yang dipanggil Oma tersebut terus bersuara melontarkan kalimat yang isinya nasehat semua. Meya hanya bisa mengangguk pasrah, ia sudah terbiasa selama tiga bulan ini mendengar rentetan kalimat tersebut, dan tentunya ia tidak akan bosan sampai kapanpun, karena saat ini hanya pemilik suara itulah satu-satunya yang menghiasi harinya.

Motor matic berwarna hitam telah berangkat meninggalkan pekarangan rumah Oma, motor itu terus membelah jalanan pagi, sepasang mata terus mengawasinya hingga ke jangkauan terakhir yang bisa ditangkap oleh indera penglihatannya.

Kini motor hitam dan pemiliknya telah membelah gerbang bertuliskan SMA KARTA, sebuah sekolah yang cukup terkenal di Ibu Kota. Sekolah yang berhasil membanggakan namanya ke kancah internasional berkat usaha dan kerja keras sang penghuni dari generasi ke generasi.

KameyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang