Siren, Siren, Siren..
Apa itu Siren?Tanganku kembali sibuk membolak-balikan halaman buku. Aroma kertas lapuk yang menyeruak dari buku itu tidak mengurangi rasa penasaranku sama sekali. Aku terus mencari sampai akhirnya aku tiba di chapter dengan halaman depan yang memperlihatkan sebuah illustrasi manusia setengah ikan yang lain. Judul besar chapter itu tertera jelas di bagian atasnya.
Siren.
Sedikit berbeda dengan mermaid, siren terlihat lebih bengis dan berbahaya. Secara fisik, siren memiliki lebih banyak "senjata" dari pada mermaid, seperti taring, cakar, pedang yang terbuat dari tulang, dan ekor yang cukup kuat untuk setidaknya mematahkan rusuk manusia. Meskipun siren hanya terhitung makan sekali seminggu dengan porsi makan yang luar biasa banyak, siren termasuk dalam hewan mitologi yang dikabarkan paling rakus di lautan yang menduduki level teratas rantai makanan di laut, jika mereka benar terbukti eksistensinya. Selain itu, siren juga dikabarkan dapat menggunakan sihir.
Sihir? Siren termasuk makhluk yang dapat menggunakan sihir?
Buku ini mengatakan jika siren seringkali menggunakan sihir untuk mengendalikan makhluk lain dengan tujuan tertentu. Yang paling umum adalah untuk menjadikan makhluk itu santapannya. Tak jarang juga siren menggunakan sihir untuk menciptakan badai petir hebat yang membuat orang yang berniat menangkap mereka, akan terombang-ambing ombak hingga mati. Selain itu, sihir juga digunakan untuk bertarung dan digunakan untuk kepentingan-kepentingan pribadi mereka. Siren terkenal sebagai makhluk dominan yang senang merebut daerah teritorial makhluk lain, tetapi dibanding berkelompok, siren lebih senang melakukan invansi secara individual. Maka dari itu, sihir sangatlah dibutuhkan dan bisa jadi menjadi senjata terkuat.
Tanganku menutup buku yang kugenggam perlahan. Sampai saat ini, tidak ada pembahasan yang baik tentang Siren. Semuanya menceritakan kerakusan dan kejahatan yang mereka lakukan.
Jika mereka memang bukan makhluk baik, apa Ocean juga? Apa yang kulihat kemarin hanya tipuannya? Atau Ocean bukanlah Siren tapi Mermaid? Secara fisik memang dia tidak sesederhana mermaid dan aura magis yang kurasakan di dekatnya tidak main-main. Mengingatnya saja membuatku merinding.
Kulirik setumpuk buku yang menunggu untuk dibaca juga. Aku hendak berpindah pada buku berikutnya tetapi suara nyaring smartphoneku menginterupsi. Tanganku terhenti, aku hampir saja ingin mengabaikan telepon itu tapi suaranya sangat mengganggu.
Aku bangkit dan mengambil handphone dari tasku. Hans. Nama itu tertera dilayar. Namanya hanya membuatku semakin tidak ingin mengangkatnya.
Hans, tunanganku.
"Halo..." pada akhirnya aku mengangkatnya juga.
"Marine. Sudah pulang kuliah?"
"Sudah. Ada apa?"
"Bisa kita keluar untuk makan siang?"
Aku menggulirkan mataku muak, "Hmm... Ini sudah terlalu sore untuk makan siang. Lagipula, aku lagi belajar, Hans..."
"Begitu? Kalau aku ke rumahmu untuk masak dan kita makan, bagaimana?"
"Hans, aku sedang tidak mau diganggu..."
"Aku mengganggu?"
"Ya, dan kamu sangat kelihatan memaksa. Ada apa? Kamu bukan tipe yang senang berkorban untuk orang lain, terutama yang tidak punya keuntungan untukmu. Kamu mau apa?"
"Pft. Tidak kusangka kamu sebegitu memperhatikan aku. Yap, benar. Kudengar kamu pindah kerumah dekat pantai. Apa viewnya bagus? Mungkin aku bisa menjadikan rumah itu sebagai-"
Click.
Aku mematikan panggilannya. Segera setelah itu kumatikan smartphoneku. Sudah kuduga, dia memang selalu meilhat sesuatu dari manfaatnya. Aku tidak mau mengundang Hans ke sini. Perasaanku buruk jika Hans menemukan Ocean. Pria itu mungkin saja akan nekad membunuh Ocean untuk uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Male Siren
FantasyKepindahanku ke sebuah rumah mungil di pinggir pantai menjadi awal pertemuanku dengannya. Bentuk fisik tak lazim bagaikan gabungan manusia dan ikan itu membuatku penasaran. Ditambah warna sisik berkilauan itu menarik seluruh perhatianku. Tak pernah...