Chapter 7

34.4K 491 3
                                    

PERHATIAN!
DILARANG KERAS BAGI PEMBACA DIBAWAH UMUR KARENA PART INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA. *TAK BOLEH DILAKUKAN SEBELUM WAKTUNYA!*

Note:
"Berhubungan seks di kalangan remaja merupakan hal yang biasa di Amerika, ataupun negara lainnya."

Play Music:

🎶Tove Lo - Not on Drugs

•••

"Justin?"

Gadis itu memanggil namanya dengan suara pelan. Justin menyetujui ucapan Bastian mengenai alam sadar Devlin. Dan juga sebenarnya, seberapa banyak pun nona kecilnya minum alkohol, itu tidak akan mempengaruhinya. Terkadang gadis itu tahan banting dengan alkohol.

Justin berjongkok disisi ranjang dan membalas menatap Devlin. Tangan satunya mengambil tangan Devlin yang berada di pergelangannya. "Saya ada disini, Nona."

Gadis itu bergerak hendak duduk tetapi ditahan oleh Justin. Ia menyuruh gadis itu untuk berbaring saja dan Devlin menurutinya.

"Kemana saja kau? Kenapa tidak ada di sana?" tanya Devlin dengan suara lirih. Ia tidak bisa bersuara lebih besar karena kepalanya pusing dan lehernya terasa sakit karena pukulan Baron.

"Maafkan saya, nona. Saya tadi harus menyelesaikan sesuatu."

"Begitu pentingnya sesuatu itu, Justin?"

Lelaki berambut hitam itu tidak menjawab. Matanya menatap bola mata berwarna biru yang juga menatapnya. Namun Justin merasakan keanehan, untuk pertama kali ia menemukan sebuah harapan didalam mata itu.

Ia tidak tahu apa yang dikatakan oleh Bastian kepada nonanya. Yang pasti, itu bukan sesuatu yang bagus melihat kini Devlin bergerak menarik tangannya hingga dirinya sudah berada diatas tubuh Devlin.

"Lalu? Kau meminta aku untuk bercinta dengan pengawalku sendiri?"

"Ya. Kau harus merasakan nikmatnya surga dunia. Kau akan tergila-gila setelah merasakannya. Percayalah! Aku sudah sangat berpengalaman."

Ucapan Bastian di club tadi masih terngiang-ngiang dipikirannya membuat Devlin dilema.

"Nona?" panggil Justin dengan wajah khawatir.

Ia khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya, -bukan, lebih tepatnya sesuatu yang membawa harapannya melambung tinggi-. Justin takut dirinya lepas kendali dan melukai nona kecilnya, terlebih takut untuk.. menodainya.

Sekarang Justin paham apa maksud dari harapan yang ada didalam netra biru tadi.

Kedua tangannya menopang tubuhnya agar tidak menimpa Devlin. Wajah keduanya sangat dekat dan hidung mereka sudah bersentuhan. Tanpa diduga, Devlin menangkup wajah Justin dan memiringkan wajahnya lalu mencium bibir lelaki itu.

Justin adalah lelaki normal. Diperlakukan semacam itu sekarang ini, membuatnya tak bisa lagi menahan sesuatu yang bergejolak didadanya. Ia membalas ciuman itu dan mengecapnya.

Pikirannya melayang dimana Devlin masih berusia 12 tahun. Sore hari disebuah ayunan di taman, gadis itu terduduk sendirian. Dengan seragam sekolah yang masih lengkap serta tas berwarna merah muda dipunggungnya.

"Nona, ayo pulang. Tuan Mark dan Nyonya Angelica sudah menunggu Anda dirumah." kata Justin ketika menghampiri gadis itu.

Gadis yang memakai seragam sekolah itu menoleh dan tersenyum tipis. "Hai, Justin. Aku belum mau pulang. Disini sejuk sekali, aku suka."

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang