Hari sabtu setelah check-up dokter mengatakan bahwa kondisi tulangku belum ada kemajuan, ia menyarankan agar aku tidak terlalu banyak melakukan aktivitas berat. Tetap saja aku mengeyel, aku tidak suka diam saja di dalam kamar. Mama melarangku membantunya membereskan pekerjaan rumah, padahal aku sangat ingin sekali membantunya.
Aku mengambil ponsel di sligbag berwarna peach milikku. Menekan tombol nomor yang sudah ku hafal di luar kepala. Ya, sahabatku namanya Selvy. Aku mengenal dia sudah cukup lama. Saat duduk di bangku SMP hanya dia satu-satunya teman yang mau berteman dan bercengkrama dengan ku. Tanpa melihat kalau aku ini cacat.
"Halo?" Kataku saat sambungan telfon terhubung.
"Iya? kenapa ndri?" Balasnya dari seberang sana.
"Indri mau main kerumah Selvy. Selvy dirumah kan?"
"Iya, aku dirumah. kamu kesini aja."
"Oke." Ku putuskan sambungan telfon dan memasukkan ponsel ke dalam sligbag kemudian bergegas turun ke bawah meminta izin pada mama.
"Ma, Indri mau main kerumah Selvy, boleh kan?" Mama yang sedang mencuci piring di dapur datang menghampiriku.
"Boleh sayang, tapi mama yang anter ya." Aku memeluk mama erat.
"Makasih Ma, Indri sayang mama." Mama membalas pelukan ku.
"Mama juga sayang Indri." Kata mama lembut membelai surai hitamku yang panjang.
"Ayo," Aku menarik lengan mama.
"Mama ambil kunci mobil dulu."
"Indri tunggu diluar Ma!" Teriakku yang sudah berada di teras.
Saat pandanganku mengarah keluar pagar, aku melihat seorang cowok bertubuh jangkung dan ada tato di lengannya. Cowok yang belum aku kenal itu, dia tersenyum kearahku dan melambaikan tangannya di udara membuat aku mengerjapkan mata beberapa kali.
"Cowok aneh." Ucapku bergidik takut, kembali masuk ke dalam rumah.
Setibanya di ruang tamu mama menatapku dengan alis mengkerut. "Loh, Indri kenapa?" Mama menyadari kegugupan ku.
"Enggak kok ma."
"Ayo langsung berangkat."
Saat aku kembali keluar, aku tak menemukan sosok itu lagi. Cowok tadi memang tampan tapi, saat aku melihat tatto di lengannya juga dikupingnya kirinya ditindik. Aku bergidik takut membayangkan yang tadi menyapaku adalah orang jahat.
Setibanya Dirumah Selvy, aku menatap rumahnya yang luas serta terdapat halaman dan taman kecil di sampingnya. "Nanti Kak Rian yang menjemput kamu."
"Kak Rian kan kuliah sore." Sekarang waktu menunjukkan pukul 13.05
"Ini kan hari sabtu Ndri, kuliahnya libur." Aku menepuk jidat pelan. Hampir saja lupa, tadi yang mengantarku check-up Mama dan yang menyetir mobil Kak Rian.
"Hehehe, Indri lupa."
"Kamu main dirumah selvy saja, jangan main kemana-mana lagi."
"Siap ibu negara!" Tanganku membentuk hormat, membuka pintu dan turun dari mobil.
Kulambaikan tangan saat mobil mama mulai menjauh. Aku menghela nafas pelan dan berjalan memasuki halaman rumah Selvy.
"Halo Sel," Sapaku saat sudah berdiri di teras.
"Ih, lama banget sih sampainya. Padahal aku mau ajak kamu nonton sama kak Alfan." Kata Selvy cemberut.
Kak Alfan adalah kakak tertuanya Selvy. Ia adalah anak perempuan satu-satunya dan memiliki dua kakak laki-laki yaitu Alfan dan kembarannya Aflan.
Terkadang aku suka terbalik dengan keduanya. Kak Alfan dan Kak Aflan memiliki wajah yang sangat mirip. Sulit untuk membedakan keduanya, Tapi sifat mereka sangat bertolak belakang. Kalau kak Aflan lebih senang dengan tumpukan buku tebal di kamarnya, berbeda dengan kak Alfan yang lebih suka menghabiskan waktu di luar, bersenang -senang dengan temannya.
Aku cukup kenal dengan mereka, karena keduanya adalah teman Kampus kak Rian.
"Sorry Sel, kamu tau kan? Mama kalo nyetir lama banget." Kataku menjelaskan.
Selvy mengajak ku ke kamarnya. "Iya, mama kamu kalau nyetir bener-bener pelan. Aku gak bisa bayangin kalau nanti hari pertama kamu masuk SMA mama kamu yang antar."
"Lebih baik telat, daripada mengalami hal buruk di jalan." Sambar Kak Aflan yang tengah duduk di ruang santai yang ada di lantai dua. Kak Aflan duduk dengan buku tebal dan kacamata yang bertengger di wajahnya.
"Tapi kan kak.." Kata Selvy di potong cepat oleh Kak Aflan.
"Menuntut ilmu tak ada kata terlambat." Aku tertawa kemudian mengacungi kedua jempol ku kearahnya, ia melihatku sekilas dan tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke buku tebal yang sedang ia baca.
"Huh, nyebelin." Gerutu Selvy.
Aku menyenggol lengannya. "Kakak kamu tampan banget ya, jadi pengen aku pacarin." Canda ku mendapat tatapan intimidasi.
"Boleh, tapi kamu harus siap disuruh hafalin buku tebal yang bisa buat kamu mimpi buruk." Bisik Selvy.
"Aku dengar!" celetuk kak Aflan.
Aku dan Selvy tertawa ringan kemudian membuka kenop pintu dan menutupnya kembali. Nuansa pink serta ukiran akar pohon di sudut dinding menambah kesan tersendiri saat aku masuk ke kamar Selvy.
Aku beralih duduk di bangku dekat meja belajar, Selvy duduk ditepian ranjang. Aku menatap sekilas bingkai foto yang terpajang di atas meja belajar. Menampilkan dua gadis remaja yang sedang tertawa lepas.
Foto itu diambil ketika aku dan Selvy menduduki Sekolah Menengah Pertama. Selvy kala itu adalah murid pindahan. Sebelum Selvy pindah ke sekolahku, aku selalu duduk sendirian karena tak ada yang mau menemani ku.
Semuanya menjauh karena mereka menganggap diriku ini tidak seperti mereka, sempurna. Aku berusaha tegar dan yakin suatu saat nanti Tuhan akan memberikan ku seorang teman, dan ya do'a ku terkabul. Selvy datang dan duduk dengan ku, saat itu juga bila ada yang mengatai diriku, Selvy lah yang membela ku.
She's my angel.
TBC
Long time no update😊
Ada yang kangen author gak? *Plak😁Untuk part 3 segini dulu yaa, nanti kalau idenya lancar author banyakin words nya ehehe😄
Jangan lupaa vote&komen❤️
Salam Galaxy✨🌌

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Grief
Cerita Pendek[Sequel Of Sweet Scars] Pertemuan tak sengaja yang terjadi disebuah pasar yang terletak tak jauh dari rumahnya. Indri tak sengaja menabrak bahu seorang cowok yang ia duga adalah preman pasar. Tabrakan itu membuat belanjaan Indri jatuh berantakan. In...