BAGIAN 3

161 17 2
                                    

Ufaera dan afida berjalan melintasi jalan yang begitu hancur, dengan retakan retakan , puing puing ,rongsokan rongsokan dan barang barang rusak lain nya.

Mereka tidak memiliki tujuan untuk pergi kemana , afida memang masih memiliki seorang kakak , tetapi kakak nya itu telah ditangkap para zionis dan ia tidak tau apakah kk nya itu masih hidup atau tidak , sudah 3 bulan dia kehilangan saudara satu satu nya itu.

2 gadis mungil berumur 13 tahunan itu berjalan santai menuju sebuah rumah sederhana yg terlihat hampir ingin roboh,mereka ingin mencari makanan disitu,sudah dari kemaren siang mereka tidak makan sesuatu.
Biasanya mereka bisa makan makanan yg diberikan oleh orang orang yang dermawan,orang orang yg masih memiliki lebihan makanan,itu pun kalau mereka beruntung,jika tidak...mereka bisa tidak makan selama 4 harian.

"Kurasa rumah ini memiliki sedikit makanan di dalam" kata ufaera

Afida mengangguk "ayo masuk"

Mereka berdua pun memasuki rumah itu, dengan perlahan mereka berjalan agar tidak tertimpa barang jatuh,kaki kaki mungil mereka berderap dilantai tua rumah itu.

"Itu dapur nya" ucap afida antusias sambil menunjuk sebuah ruangan kecil yg lusuh.

Ufaera melangkah maju ke arah ruangan yg ditunjuk oleh afida

"Kesini" panggil ufaera saat sudah masuk ke dalam ruangan itu,dan ternyanya itu memang dapur.

Afida melangkah masuk ke dapur "syukronlillah" gumam afida lengkap dengan senyum manis nya

"Syukronlillah" ucap ufaera juga

Mereka bergegas mencari makanan yg tersisa di rumah itu,dengan susah payah mereka berdua mengerik ngerik beberapa runtuhan batu besar yg menutupi sebagian tempat.

Setelah hampir 15 menit mereka mengais ngais makanan,mereka pun keluar sambil membawa beberapa ka'ak (roti khas palestina) yg hampir berjamur.

Mereka duduk di bawah pohon besar , berlindung dari sinar matahari yg menyengat.

"Bismillah" ucap mereka berdua sebelum memasukan ka'ak ke dalam mulut.

Hanya sedikit makanan yg mereka dapat dari rumah sederhana itu, jadi mereka harus berbagi.

Tak sampai 2 menit mereka sudah habis memakan lahap ka'ak tadi,dan sekarang mereka ingin beristirahat sebentar.

"Ufaera" panggil afida yg kini sedang berbaring di atas tanah di bawah pohon,ia menatap langit sore yg mulai menggelap.

"Hmm" jawab ufaera yg sedang duduk di tangkai rendah pohon itu sambil menggesek gesekan batu kecil yg berada di kantong nya sejak tadi ke kayu kayu pohon.

"Kenapa kau tidak mau tinggal di camp pengungsian? " tanya afida polos ,matanya masih terus menatap langit.

"Aku tidak tau, aku hanya tidak ingin terus terusan di pelihara oleh orang orang asing"jawab nya santai

" tapi kenapa? Padahalkan enak kalau kita bisa tinggal di camp pengungsian,kita akan sering diberi makanan , kita tidak perlu susah susah mencarinya ,kita bisa sholat  dengan tenang karna ada banyak orang dewasa yg akan menjaga kita disana,dan juga...kita bakal punya teman banyak"
Mata nya berbinar saat ia mengucapkan kata teman.

"Mengapa harus di beri? Kenapa kita tidak cari sendiri saja? Kurang nyaman rasanya kalau memakan makanan pemberian orang yg mengasihani kita.
Kenapa harus dijaga? Kita kan bukan anak kecil, aku bisa bermain ketapel , aku bisa menjaga diri ku sendiri , mereka itu bukan menjaga, tetapi mengekang.
Dan... " ufaera berhenti menggesek gesekan batu ,dan melirik afida yg kini menatap nya bingung "apakah aku belum cukup melindungi dan menjadi teman mu?" ucap ufaera sedikit tersinggung dengan kata kata afida

Mata afida membulat  "oh tidak tidak ,bukan begitu maksud ku.."  sahut afida yg langsung terduduk,ia jadi merasa tak enak  "kufikir kita bisa banyak memiliki kenalan baru dan mengetahui kisah kisah sedih mereka,dan mungkin...kau bisa membantu mereka"

"Ckk.. kisah mereka semuanya sama sperti kita,keluarga mereka dibantai oleh para zionis biadap itu,mereka ditinggal sendirian,berjalan tanpa tujuan dan bertemu orang orang pengurus camp pengungsian,apa lagi yg akan mereka cerita kan selain cerita sama yg trus trusan kita dengar dari mulut anak anak gaza dsini" kata ufaera tajam,mata nya berkilat kilat ,afida tau bahwa ufaera tengah marah saat ini, ufaera memang gadis pemberani,dia tidak suka di kasihani ,dia ingin mencari jalan keluar dari kegelapan sendiri, dia punya beribu ribu tekad yg amat kuat di dada nya.
Namun afida tak bisa menyangkal bahwa ufaera sangat sensitif kalau sudah membahas soal keluarga dan para zionis israel.

"Maaf" jawab afida sambil tertunduk "ku kira aku bisa bertemu dengan kakak ku di camp" isakan kecil terdengar

Ufaera menghembuskan nafas berat dan turun dari atas batang ponon rendah itu lalu duduk disamping afida.

"Maaf kan aku, aku tau kau ingin bertemu dengan kk mu ,tapi mungkin aku ini terlalu egois dan keras kepala,aku minta maaf" ujar ufaera penuh sesal sambil mengelus elus punggung afida  "kalau kau mau...aku akan mengantar mu ke camp pengungsian yg ada di sekitar sini?"

Afida sontak mengangkat kepalanya dan menatap sahabat nya itu.

"Benarkah? Tapi ..tapi bagaimana dengan mu? Apa kau juga ikut? "

Ufaera tersenyum, sangat manis "kurasa tidak " ucap nya sambil mengangkat bahu

"Kenapa?"

"Karna....ada sesuatu yg ingin ku lakukan,dan aku tidak akan bisa melakukannya jika aku tinggal di camp"

Afida tampak muram lagi "jadi kau tidak akan tinggal bersama ku? ,apa setelah itu kita tak akan bertemu lagi?"

"Jangan berkata seperti itu, aku akan menyusul mu jika aku sudah selesai melakukan sesuatu itu" ("jika aku masih hidup" batinya juga )

"Benar? Jadi kau mau tinggal di camp?" mata afida mulai berbinar lagi

"Kau ini seperti anak kecil saja, iya..aku akan tinggal di camp bersamamu ,rpi jika aku sudah selesai melakukan yg ingin kulakukan itu" jawab ufaera sambil tersenyum lebar

"Memang nya apa yg ingin kau lakukan itu sih" afida jadi penasaran,alis nya kini mengernyit.

"Ya..sesuatu"

"Aiisshh kau ini"

"Hahaha nanti juga kau akan tau"

"Baiklah" kata afida malas

Ufaera menatap langit "mungkin kita harus mencari camp pengungsian nya dari sekarang, agar malam ini kau bisa tidur nyaman "

"Iya...ayo"

Mereka pun bangkit dan mengibas baju mereka,membersihkan pasir pasir yg menempel pada pakaian seadanya mereka, lalu mulai berjalan untuk mencari apakah ada sebuah camp pengungsian di sekitar sini.

Ufaera berkata di dalam hati "aku teman mu , afida, aku tak akan membiarkan mu sedih, lihat saja nanti...zionis israel pasti akan tau , bahwa anak anak palestina bukan pengecut, aku disini...ufaera binti haydar ,berdiri dengan kehendak allah ,menggenggam dendam besar di balik sebuah batu jihad ku"
Senyum nya terukir ,bukan senyum kesedihan, tetapi senyum kecil yang ber makna kepuasan.

Sebongkah Batu Di PalestinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang