(4)

4 1 0
                                    


Ketika aku mengangkat kepalaku, aku berada di tempat Kezia. Aku membuka pintu dan masuk. Aku mengumpulkan potongan pakaian yang berserakan dan menyelimuti diriku dengan potongan pakaian lalu berjongkok. Dingin menghampiri diriku, seluruh tubuhku gemetar, dan aku ingin menangis. Namun, tidak ada air mata yang keluar.

Ketika aku membuka pintu dan masuk, Kevin berdiri diatas kasur. Api keluar dari sisi-sisi kasur. Saat itu juga seluruh tubuhku merasakan amarah dan ketakutan yang tidak dapat aku tahan. Aku bukan seorang yang mampu berbicara dengan baik. Aku sangat lambat dalam mengekspresikan perasaanku ataupun meyakinkan orang lain. Air mataku menggenang dan aku terbatuk dan tidak ada kalimat keluar. Saat aku berlari menuju kebakaran itu, kalimat yang dapat aku keluarkan adalah; 'kita telah berjanji untuk pergi ke laut bersama.'

"Kenapa kamu seperti ini? Apakah kamu mimpi buruk?" aku membuka mataku saat seseorang mengguncang bahuku, dan itu adalah Kezia. Untuk beberapa alasan, aku merasa lega.

Kezia meletakkan tangannya di dahiku dan mengatakan bahwa aku demam dan rasanya memang aku demam. Rongga mulutku terasa sangat panas tetapi aku kedinginan. Kepalaku berdenyut dan tenggorokanku sakit. Aku memaksakan diriku untuk meminum obat yang Kezia berikan.

"Tidurlah lagi, kita bicara nanti." Aku mengangguk dan mengatakan, "dapatkah aku menjadi dewasa sepertimu, Kez?" Kezia melihat ke belakang.














vote,
comment.
tengkiu.
apdetan lama:v

The NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang