01

59 23 14
                                    

"Mungkin yang ini cukup bagus, aku pilih yang ini"

Pria itu menunjuk barang yang dimaksud.

"Oke saya akan membungkusnya, paket akan segera kami kirimkan ke lokasi anda"

Pria itu mengangguk mendengar jawaban pelayan, lalu pergi menuju meja kasir.
Beberapa lembar uang dikeluarkannya. Setelahnya ia pergi meninggalkan toko itu.

Pusat jalanan kota seoul begitu ramai walaupun tengah malam hari. Lampu gemerlapan masih ingin berlomba lomba menunjukan indahnya. Tak hanya itu, orang orang disana masih sibuk lalu lalang dengan keperluan mereka masing masing. Termasuk pria itu.

Dia berjalan menuju taman sambil membawa kantung kresek kecil berisi minuman. Mencari tempat kosong untuk menikmati minumannya sendiri.

"Ahh,, akhirnya aku bisa duduk" ucapnya pelan.

Pria itu membuka kantung kresek yang ia pegang sedari tadi, lalu membuka minuman dan meneguknya hingga habis.

Hhhaaaa, desahnya melepaskan nafas panjang penuh beban.

Apakah aku benar memilih barang tadi? Apa ukurannya pas di dalam ruangan ku? Tanya pria itu bergelut dengan batinnya.

Ia merenggangkan kaki panjang nya dan bersender nyaman di bangku taman, tak lupa ia merenggangkan tangannya juga.

"Hmm, sepertinya aku harus kembali" ucapnya pada diri sendiri setelah menengok jam tangannya.

Pria itu berdiri dari duduknya dan menuju perjalanan pulang.

****

Ceklek

Dibukanya pintu apartement kesayanganya itu, sambil bernafas lega melihat kondisinya masih rapi.

Pria itu duduk di sofa ruang utama apartemennya. Mencari tempat duduk yang nyaman. Lalu ia mengangkat kedua tangannya kedepan, membentuk persegi panjang dengan jarinya sambil menimang nimang ia mencoba mengukur dinding di depannya, memastikan barang yang ia beli tadi muat pada dindingnya itu.

"Hmm,, sepertinya cukup, apa terlalu besar ya?" tanya nya pada dirinya sendiri.

Dirasanya sudah cukup mengukur dinding itu, kemudian pria itu pergi menuju kamarnya.

****

Pagi.
Cahaya matahari diam diam menelusup masuk ke kamar pria itu. Melalui celah celah jendela kaca besar yang tertutup tirai.

Pria itu terbangun. Ia menggosok matanya sambil menguap. Duduk ditepi ranjang, berusaha mengumpulkan jiwa nya yang masih enggan bangun dari tidur. Dilihatnya jam menunjukkan pukul 07.00 KST.

Pria itu berdiri, merenggangkan tubuhnya, lalu pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

****

Ting ting tingg

Bel apartemen berbunyi. Pria itu segera menuju intercom nya, melihat siapa dibalik pintu yang sedang mengunjunginya.

"Ahh paket ku baru datang rupanya" ucapnya senang.

Lalu sesegera mungkin ia menuju pintunya.

Ceklek

"Paket dengan nam--"

"Iya saya. Dimana saya harus tanda tangan?" ucap pria itu cepat, memotong ucapan kurir itu.

"Ahh,, disini" kurir itu menunjukkan kertas yang akan ditandatangi. "Apa perlu saya pasangkan sekalian pak?"

"Oh, tidak usah. Saya akan memasangnya sendiri" jawab pria itu sambil mengembalikan kertas.

"Buku panduan ada di dalamnya. Kalau begitu saya kembali dulu"

Belum sempat kurir itu berbalik pergi, tiba tiba pria itu menepuk pundak kurir.

"Oh iya, jangan panggil aku pak. Aku masih mudah dan lagi aku juga tidak bodoh" bisik pria itu dengan suara baritonnya. Pelan namun terdengar mengerikan.

"Ahh maafkan saya, kalau begitu saya pergi dulu" pamit kurir itu tanpa membalikkan badannya.

Tampan, namun mengerikan. Batin kurir itu.

***

Pria itu membawa paketnya ke ruang utama apartemen. Dibukanya kardus yang amat besar itu. Lalu diambilnya barang yang sedari tadi ia nanti. LED TV 65 inch.

Ia mengangkat pelan barang itu, memastikannya agar tidak lecet ketika ia pasangkan ke dinding.

Merasa cukup menempel, pria itu mundur perlahan lahan. Ia mencoba melihatnya dari jarak cukup jauh, memastikan apakah TVnya itu miring atau tidak.

Setelah itu, ia duduk di sofa. Pria itu mengambil remot untuk menyalahkan TV barunya itu.

"Tch,, aku tak butuh buku panduan, lihatlah bahkan tanpa melihat buku panduan pun aku bisa memasangnya". Ucap pria itu sarkas, diiringi dengan seringaian nya.

Ia merasa dirinya pintar dalam bidang apapun. Termasuk memasang TV.

Sebelum menekan tombol power pada remote TV, ia merasa aneh. Pria itu melihat pantulan dirinya di TV besarnya.

Ia melihat dirinya dan,, tunggu siapa di belakangnya itu? Batinya.

Ia sesegera menoleh kebelakangnya. Tak ada siapa siapa. Pria itu menoleh lagi ke TVnya. Masih tetap ada bayangan hitam membentuk lekukan tubuh manusia?.

Lalu ia menoleh kebelakang lagi. Tak puas dengan penglihatannya dari sofa. Pria itu berdiri, mencari objek yang mengganjal pikiran nya tersebut.

Pria itu terus menatap TV, sesekali ia mencocokan objek yang sama pada pantulan TV nya itu. Hingga akhirnya ia berada di samping objek ambigu itu.

Pria itu tak berani menoleh kesampingnya, yang ia lakukan saat ini hanya menatap pantulan dirinya. Tiba tiba entah angin dari mana leher pria itu seperti ada yang meniupnya. Membuat pria itu semakin bergidik ngeri.

Memantapkan dirinya tuk menoleh kesamping kiri namun dengan mata tertutup. Mencoba mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskannya pelan-pelan, pria itu membuka matanya.

Dan,,,

"Haloo??"

Deg

Bunyi intercom sukses membuatnya kaget. Jantung nya hampir lepas. Namun ia merasa lega, karna di depan nya hanyalah sebuah tumpukan tas hitam. Tumpukan tas itu jika dilihat dari jauh terlihat seperti lekukan tubuh manusia. Wanita lebih tepatnya.

"Haaloo, apakah ada orang?" celoteh seseorang melalui intercom.

Pria itu membuang nafas kasar, antara lega dan kesal karna di kagetkan oleh bunyi intercom itu.

"Test, Test, Test, satu dua tiga, apakah alat ini berfungsi?"

Semakin menjadi, seseorang di balik pintu apartemen itu terus berceloteh melalui intercom.

Akhirnya pria itu berjalan menuju pintu dengan kesal. Membuka pintu dengan kasar.

"Ada apa kau kemari? Suara mu sangat berisik!! Tak lihatkah kau ada bel disini?!!"
Jawab pria itu sedikit marah sambil menunjukkan tombol bel.

"Santai kawann,, aku hanya mencoba apa alat ini berfungsi" jawab orang itu sambil menepuk pundak pria itu.

Pria itu mendesah pelan, "Ada apa kemari jim?" tanya pria itu.

"Bolehkah aku masuk?" tanya jimin.

Lagi lagi pria itu mendesah pelan, sungguh kedatangan Jimin di apartemen nya membuat apartemen pria itu hancur berantakan. Ia sedikit trauma, namun  Jimin adalah sahabat karibnya. Mungkin itu sedikit tak masalah.

"Masuklah"


.

.

.


TBC 

VISIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang