"Aku mencium aroma wanita disini" ucap Jimin.
Suasana hening seketika.
"Dimana?" tanya Taehyung berusaha tak hanyut dalam suasana.
"Di apartemen mu, disini" Jimin memajukan dagunya seakan memberi tau tempatnya. "Oh tidak tidak, lebih tepatnya di depan TV itu" lanjutnya, sambil menunjuk arah TV milik Taehyung.
Oke, kali ini Taehyung ikut merinding juga. Sebelumnya ia melihat bayangan aneh, sekarang Jimin membual bahwa ia mencium aroma wanita. Bukankah perpaduan yang pas untuk membuat bulu kuduk merinding?.
"Apa maksudmu? Jangan mengada ngada" ucap Taehyung mencoba tuk mengalihkan pembicaraan. Ia terburu buru menampis tangan Jimin yang menunjuk ke arah TV-nya itu.
"Aku tak berbohong Tae. Aku menciumnya, Kalau kau tak percaya coba saja kesana" ucap Jimin sambil mengambil gelas yang berisi jus jeruk untuk menghilangkan rasa tegang.
"Berhenti membual, aku tak percaya hantu" ucap Taehyung, mengambil gelas jeruknya.
"Oh ya?" Jimin menyeringai mencoba tuk menakuti Taehyung. Padahal ia sendiri juga takut. Tapi, entah bisikan dari mana ia ingin mengusili teman nya satu ini.
"Kalau begitu, coba hitung sampai 3. Kalau kau mencium aromanya, berarti aku tak berbohong dan aku akan memukulmu. Kalau kau tidak mencium aromanya, berarti aku berbohong, dan kau boleh memukulku, Bagaimana?" tantang Jimin.
Jimin berusaha mencairkan suasana agar tak tegang, agar tidak horor lebih tepatnya.
"Bagaimana? Berani mencoba?" tantang Jimin.
Taehyung menuangkan jus jeruk ke gelasnya. Ia tak tertarik dengan perkataan Jimin. Pikirnya mana ada hantu siang siang begini.
"Jika kau diam maka jawabannya ya. Baiklah aku akan segera menghitung."
"Satu,,"
Taehyung tetap tak memperdulikan teman gila nya ini.
"Dua,,"
Tapi seketika perasaan Taehyung tidak enak, bagaimana jika ia benar benar mencium aroma wanita?.
"Tiga,,"
Taehyung menghela nafas lega. Sekilas tampak seringaian kecil di wajahnya. Lihat tidak terjadi apa-apa.
"Kau bodoh, mana mungkin ada aroma begituan di apartemenku. Kau benar benar membual, Park Jimin" ejek nya.
Jimin hanya terdiam. Ia membeku. Ia mengabaikan perkataan Taehyung. Netranya lurus kedepan tak berkedip. Ia melihat bayangan hitam di depannya. Agak jauh namun, bayangan itu bergerak lama lama semakin mendekat. Membuat Jimin tak bisa bergerak.
Oh tuhan, tolong aku. Aku tak ingin mati secepat ini. Masih banyak kesalahan yang kulakukan. Pinta jimin dalam hati.
"Kemari kau, aku akan memukulmu Jimin-a"
Lagi lagi Jimin tak mendengarkan perkataan Taehyung.Tak lucu jika aku kerasukan hantu di sini, kumohon pergilah, hantu sialan.
Jimin bergelut dengan hatinya. Ia sungguh tak bisa bergerak dan berbicara. Semua indranya tertuju pada bayangan hitam di depannya.Bayangan itu bergerak mendekat. Ia berhenti tepat di depan jimin. Tiba tiba semilir angin dingin berbisik menghempas melewati wajah Jimin.
"Kamu... ... .... .......?
Deg
"hhhaaahhh,,hhhh,,hhhhhaa,,haa" nafas Jimin terengah engah, membuat seseorang di sebelahnya panik.
"Hey!hey!hey! Jimin-a, apakah kau baik baik saja? Ada apa denganmu?" Taehyung menggoncang nggoncangkan tubuh Jimin. Namun, Jimin tak memberikan respon apapun. Nafas nya masih terengah engah. Wajahnya berkeringat. Taehyung semakin panik.
"Jimin-a jangan bercanda, ini tak lucu" ucap Taehyung bergetar.
"Hhhhaaaahhhhh,,,hhhhaa,,hhhh,,bahhh,,yhhaanggghhh,,nganhhh" ucap Jimin terengah engah.
Taehyung bingung. "Hey! Bodoh! Jangan bermain main" Taehyung memukul kepala Jimin dengan keras menggunakan bantal.
Jimin terbatuk batuk, kali ini pria itu merespon Taehyung. "Hey! Hentikan! Mengapa kau memukulku, eoh?"
Taehyung menghentikan aktifitas nya, ia menatap tajam Jimin. Ia meminta penjelasan apa yang Jimin lakukan kepadanya.
"Apakah aktingku bagus? Apakah aku harus mencoba menjadi aktor?" ucap Jimin sambil terkekeh melihat reaksi Taehyung yang berlebihan.
"Buruk,, sangat sangat buruk. Kau tak cocok jadi aktor" Taehyung memutar bola matanya malas. Perasaannya campur aduk, antara lega dan marah. Lega karena Jimin hanya bercanda, dan marah karena Jimin mengerjainya. Setidaknya itu bukan hal yang serius pikir Taehyung.
"ahh,, begitu? Yah sayang sekali. Kukira aku cocok jadi aktor, kkkkkk" Jimin tak berhenti tertawa.
Taehyung mengambil bantalnya, dan memukul Jimin untuk kedua kalinya, "Aktor, pantatmu"
"Hey! Berhenti memukulku!" protes Jimin.
"Bukankah kau bilang jika aku tak mencium aroma wanita, aku boleh memukulmu?" ucap Taehyung penuh kemenangan.
Perihal tentang aroma wanita Jimin terdiam sejenak, ia sebenarnya melihat sesuatu. Namun, samar-samar. Apa yang dikatakannya pada Taehyung adalah kebohongan. Ia berusaha menutupinya dengan aktingnya menjadi aktor, karena Jimin tak mau Taehyung tidak nyaman di apartemennya sendiri.
"yayaya,,, tersera kau. Aku ingin pergi, aku bosan disini. Wanna go out?" Jimin berdiri dari duduknya. Ia merapikan bajunya.
"Kemana?"
"Cafe dekat taman, kudengar baristanya seorang perempuan. Wanna see?" Jimin menaikkan satu alisnya, sambil tersenyum miring.
"Call!. Tunggu, aku membersihkan ini sebentar " Taehyung berdiri dari duduknya, dan membawa sisa minuman jeruknya ke dapur.
"Baiklah" Jimin melihat sekilas TV di depannya. Ia bergidik ngeri hanya menatap TV besar Taehyung. Bagaimana bisa, hanya melihat sebuah TV saja sudah membuat bulu kuduknya merinding. Aneh pikirnya.
"Ayo! Kita pergi!! Let's goo" tepuk Taehyung di pundak Jimin, membuat Jimin buyar dari lamunannya.
"Goo"
Jimin bernafas lega, ia telah keluar dari apartemen Taehyung.
.
.
.
TBC
