5. Menunggu

8.1K 677 156
                                    

Hari itu, Ketika langit mulai berganti menjadi senja, menampilkan cahaya kekuningan di langit sebelah barat, Singto tengah berada di halaman belakang rumahnya, bermain game di dalam ponselnya, namun pria berkulit Tan itu tidak sendirian di sana, ada Krist pula yang kini mendudukkan dirinya bersisian dengan suaminya.

"Aku merasa lelah." Gumam Krist, seraya menyandarkan kepalanya pada tiang penyangga gazebo itu.

Sementara Singto hanya meliriknya, tanpa menunjukkan sesuatu yang berarti, tidak mau mencampuri urusan Krist. Bukankah Singto sudah membantunya, jadi kini giliran Krist sendiri yang berjuang. Dulu juga Singto sama sepertinya, dia tidak langsung mendapatkan semua keinginannya, tidak bisa secara cepat berada di atas, dan sekarang Krist harus merasakan itu.

"Bukankah hanya tinggal menyanyikannya sama dengan apa yang di contohkan? Apa susahnya?"

"Oi, kau bisa bicara seenakmu saja."

Singto mengangkat bahunya tak acuh, sembari melanjutkan acara bermain game-nya, hingga Krist yang merasakan jika dirinya tidak di hiraukan oleh Singto itupun menggoyang-goyangkan bahu suaminya.

"Apa sih?"

"Aku dari tadi bicara padamu."

"Aku tahu, berusahalah sendiri, jika kau bisa melewati ini aku akan membantumu."

"Tapi--"

"Tapi apa?" Singto meletakkan ponselnya di lantai gazebo, sembari memposisikan dirinya untuk duduk, menatap ke dalam manik mata hazel pria manis yang kini tengah dilanda kegusaran itu, "kau mau aku melakukan apa?"

"Entah."

"Aku beritahu satu hal, ini yang aku pelajari dari dulu, sebelum kau melakukan apapun, percayalah pada dirimu dulu jika kau bisa melakukannya, setelah kau bisa melakukannya, maka semuanya akan baik-baik saja, percayalah."

"Apa aku bisa?"

"Kau baik dalam hal bernyanyi."

"Benarkah?"

"Iya," Singto mengganggukan kepalanya, "kau pasti bisa."

"Bagaimana jika aku gagal, dan tidak ada yang menyukaiku?"

Singto menggenggam tangan Krist erat, "Kau sudah mencobanya, jika gagal tidak masalah, kita bisa mencoba lagi, tenang aku kaya dan aku bisa membeli semuanya."

Wajah Krist langsung meredup, "Lalu aku akan menguburmu dengan album laguku?"

Pria berkulit Tan itu hanya tersenyum ke arah Krist, membuat Krist ikut tersenyum mendengar ucapan bodoh Singto, bisa-bisanya dia bertanya pada pria itu, percuma saja semua yang keluar dari mulut Singto hanyalah hal-hal tidak masuk akal.

"Bagaimana jika begini saja," Singto membalikkan badannya menghadap Krist, "kalau kau berhasil melakukan rekaman itu besok, maka aku akan memberikanmu hadiah. Biasanya anak kecil suka itu."

"Oi, lihatlah siapa yang bicara? Kau pikir aku anak umur 5 tahun yang akan sangat bahagia mendapatkan hadiah darimu."

"Kau mau apa? Aku akan memberikannya."

"Aku tidak suka hadiah darimu."

"Ck, padahalkan aku sedang baik."

"Kalau yang lain saja bagaimana?"

"Maksudnya?"

"Temani aku pergi."

"Kau mau mengerjaiku?"

"Tidak, ini sungguhan."

"Tidak mau naik bis tua karatan dan bau itu lagi."

"Kita tidak akan naik bus. Bagaimana jika makan malam berdua? Setelah aku selesai melakukan rekaman."

[26]. Marriage Contract [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang