Bagian 1

2.6K 103 27
                                    

TAKDIR

.

Allah selalu punya cara untuk hamba-Nya. Dan sebaik-baik perencana hanya Allah SWT....

🌼

🌼

🌼

Aina Nisa

Seingatku.

Aku berada di lokasi syuting saat itu. Selesai mengerjakan sholat dzuhur aku bermaksud untuk makan siang bersama mbak Kinan dan yang lain. Namun, suara mbak Kinan mengejutkanku. Aku terdiam ditempat dan menoleh padanya lalu sedetik kemudian benda besar dan berat menghantam diriku. Setelah itu hanya ada kegelapan yang menelanku.

Apa aku sudah meninggal?

Aku tidak bisa melihat apapun selain kegelapan. Di sini tidak ada cahaya sedikit pun yang menyinari. Semua cahaya itu tertelan dengan kepekatan. Aku tidak melihat seorang pun. Hanya aku tanpa orang lain. Aku berusaha berteriak sekencang mungkin, tapi tidak ada yang mendengarnya. Aku menyerah hanya air mata yang terus mengalir.

Di mana aku sekarang? Apa aku sudah berada di dunia lain? Tidak, aku rasa.... aku masih berada di dunia yang sama. Tapi tempat apa ini? Aku tidak bisa melihat apapun. Aku takut. Sungguh aku sangat ketakutan dan juga kesepian. Aku terus berdo'a bermunazat kepada Allah memohon pertolongan dan perlindungan.

"Ya Allah tolong aku.........."

🌼🌼🌼

Perlahan-lahan wanita itu mencoba membuka matanya yang sudah lama terkatup. Ia merasakan berat yang luar biasa. Beberapa kali ia mengerjapkannya menyesuaikan dengan cahaya dalam ruangan. Tidak lama berselang mata besar itu kembali menampilkan keindahannya. Ia melihat langit-langit kamar yang tidak dikenalnya.

'Sebenarnya aku ada di mana?' Batinnya cemas.

Dahi lebarnya tiba-tiba saja mengerenyit saat merasakan sakit yang menusuk dalam kepalanya. Tatapannya masih terfokus pada satu titik di depan. Entah kenapa dia juga tidak bisa menggerakan badannya sendiri. Seolah otot-otot itu mati rasa. Dia kembali ketakutan dan berpikir ada kejadian sebelum dirinya kehilangan kesadaran. Namun, hal itu sama sekali tidak ia ingat sedikit pun.

"Aina kamu sudah sadar?" Suara seorang wanita mengalun menyadarkannya. Ia kenal betul suara itu. Hampir 1 tahun ini lamanya ia sering mendengarnya. Bola matanya bergulir ke sisi kanan menatap seorang wanita berhijab merah tengah memandangnya. Aina, wanita itu terkejut saat melihatnya berurai air mata. Aina semakin bertanya-tanya dalam diam mengenai kondisinya sekarang. Seakan mengerti dengan tatapannya wanita tadi keluar menghubungi pihak medis.

Tidak lama berselang dia pun kembali datang bersama seorang dokter dan suster. Pria berkacamata yang menjabat sebagai dokter itu memeriksa keadaannya. Dahi yang tertutup poni halus itu selalu saja mengerut, menambah rasa penasaran Aina. "Syukurlah tidak ada yang parah. Kondisinya sudah membaik." Katanya membuat orang yang ada di sana tersenyum senang. Setelah pemeriksaan singkat tadi dokter pun berlalu dan menyerahkan tugasnya pada suster cantik itu. Dengan telaten dia membantu Aina dalam penyembuhan. Selain cantik dia juga sangat baik, Aina merasa nyaman berada dalam penanganannya. "Sekarang kita lemaskan otot-ototmu yah." Aina mengangguk patuh dan melakukan gerakan yang diperintahnya.

Beberapa menit kemudian setelah mengikuti arahan dari suster ia merasakan otot-otot ditubuhnya kembali berfungsi aalaupun masih terasa ngilu. Sekarang Aina sudah bisa duduk diranjangnya menatap wanita berhijab abu itu. Ia seolah meminta penjelasan atas apa yang terjadi padanya. Setelah sadar, Aina tidak tahu mengenai kecelakaan itu.

Harmony 「LENGKAP di PDF」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang