"Kang Taehyun. Tolong maju."
Remaja yang memiliki nama itu pun maju dan memenuhi panggilan guru. Ketika mengerjakan soal di papan tulis, Taehyun lama, bukan berpikirnya tapi gerak tangannya. Tangannya gemetar yang mana membuat tulisannya tidak rapih, entah apa yang terjadi padanya, guru pun menghentikannya dari mengerjakan soal itu. Taehyun mendengar hal itu langsung kembali ke tempatnya duduk.
Akhir-akhir ini dalam tubuh Taehyun mengalami gejala keanehan. Namun, ia masih mengatasinya dengan biasa seperti minum obat dan istirahat.
"Aku baik-baik saja." itu jawabannya setiap kali Beomgyu, temannya itu bertanya.
"Taehyun, kapan kau mau berhenti menghilangkan kebiasaanmu itu?" tanya Beomgyu dengan tetap berjalan beriringan dengan Taehyun.
"Apa? Maksudnya membuat orang tidak khawatir?" jawabnya dengan tawa kecil. "Beomgyu-ya, aku baik-baik saja sungguh."
Dan ya begitulah hari-harinya tiap kali ditanya hal yang sama.
Seakan itu adalah rahasianya sendiri.
Bahkan Taehyun merahasiakannya dari kedua orangtuanya.
"Eomma, Abeoji, aku pulang." ucapnya tiap kali memasuki rumahnya.
Menjadi remaja tingkat akhir membuatnya semakin mendapat banyak dukungan dari orangtuanya karena akan menempuh ujian akhir dan ujian masuk universitas. Ibunya menyambut kepulangan putera tunggalnya itu dengan pelukan, Taehyun terbiasa karena ia juga nyaman dipeluk ibunya sendiri.
"Eomma. Eomma masak apa?" tanya Taehyun tiap kali pulang sekolah.
"Eomma masak makanan kesukaanmu, Taehyun-ah." ibunya merenggangkan pelukan untuk dapat menatap putera semata wayangnya itu. "Bagaimana di sekolah? Senang?"
"Senang." jawab Taehyun disertai senyumannya. "Ayo, makaaaaan!"
Taehyun tinggal hanya bersama ibunya, karena ayahnya sudah tiada. Yang memenuhi nafkah adalah ibunya dan dirinya dengan melakukan kerja paruh waktu, semua terasa berat setelah mengetahui ayahnya tiada. Meskipun terpuruk selama beberapa bulan, Taehyun akhirnya dapat belajar untuk tetap kuat berkat ibunya.
Malam itu, Taehyun berada di meja belajarnya untuk memastikan lagi apakah tangannya masih gemetar ketika menuliskan sesuatu. Akan tetapi, ternyata masih sama, tangannya gemetar dan tulisannya tidak serapih ketika tangannya masih diam ketika menulis. Mendengar suara pintu kamarnya terbuka, Taehyun meletakkan pulpennya.
"Eomma. Ada apa?" tanya Taehyun.
"Eomma potongkan buah, jangan terlalu keras belajar ya." ibunya meletakkan potongan buah yang sudah berada di piring kecil di meja belajar Taehyun.
"Makasih, Eomma. Taehyun sayang eomma."
"Eomma juga, Taehyun-ah." ibunya sejenak mendekatinya dan memberinya kecupan semangat di dahinya. "Hwaiting!"
"Hwaiting!"
Begitu ibunya meninggalkan kamarnya, Taehyun menangis. Entah mengapa, padahal itu hanya masalah tangannya yang tidak seperti biasanya ketika menulis.
"Apa yang terjadi padaku,..."
Taehyun berpikiran positif untuk tetap memfokuskan otaknya belajar, ia bercita-cita untuk berhasil. Itu juga yang sudah ia janjikan kepada almarhum ayahnya.
Untuk pertama kalinya, Taehyun memaksakan dirinya untuk belajar terlalu keras. Alarm di kamarnya berbunyi dan Taehyun mendapati dirinya masih duduk di kursi belajarnya. Ibunya yang pertama kali melihatnya tidak tidur di kasurnya langsung khawatir, beliau mengecek wajah puteranya itu saking khawatirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️ 𝗛𝗜𝗠. [TaeJun][Yeonjun X Taehyun]
Fanfiction"Dua hati saling bertaut dalam malam Jatuh cinta Tak pernah bisa saling memandang." - Jack Canfield *Kisah ini dibuat atas ide dari cerita Jack Canfield dalam Chicken Soup for the Soul dan ada modifikasi sedikit(・∀・)