"Kau gila?! Mewujudkan impiannya sama saja menghancurkan impianmu, Kang Taehyun!" bentak Beomgyu setelah mendengar keputusan gila yang Taehyun buat. "Jangan asal mengambil keputusan lah, Taehyun."
"Tapi, kalau begitu caranya dia tidak akan pernah bisa melihatku dan dunia lagi,..." Taehyun meletakkan pensil yang ia gunakan untuk menulis di buku catatannya sebelumnya. "Lagipula hidupku--"
"Kalau dia bisa melihatmu pada akhirnya, apa kau juga akan bisa melihatnya?" tanya Beomgyu lagi masih dengan nada membentaknya, kesal akan temannya yang bucheen itu. "Tolong, Taehyun. Aku mengatakan ini sebagai temanmu, ibumu pasti juga tidak akan setuju dengan ini. Bukankah kau berharap sembuh?"
Taehyun bahkan sudah tidak yakin akan itu. Tumor yang bersarang di otaknya, seakan sudah membunuh semua harapannya akan cita-citanya, cinta, dan semua yang sudah ia bayangkan akhir-akhir ini. Dan dengan pikirannya yang negatif, Taehyun memutuskan untuk mendonorkan organ tubuhnya kepada orang yang lebih membutuhkan daripada dirinya.
"Daripada aku yang sudah sakit-sakitan begini. Harapan hidup sudah tinggal beberapa persen saja." ucap Taehyun setelah mendengarkan omongan Beomgyu sebelumnya yang mencoba menyemangatinya sembuh. "Bukankah nantinya akan sia-sia?"
"Kang Taehyun, tidak bisakah kau berpikiran positif?" tanya Beomgyu yang lalu menyeruput smoothies mangganya. "Jangan menyerah. Aku yakin kau bisa melawannya. Kau pikir ayahmu di sana akan senang jika kau meninggalkan ibumu seorang diri?"
Tangan Taehyun digunakannya untuk menyembunyikan wajah menyedihkannya yang sekarang juga air matanya sudah mengalir membasahi pipinya. Badannya gemetar dan tangisannya semakin menjadi. Beomgyu awalnya hendak menenangkannya, namun Taehyun lebih dulu membawa tasnya dan pergi dari tempat itu tanpa membawa alat tulis dan catatannya.
Di rumah, begitu Taehyun menapakkan kakinya masuk langsung melihat ibunya sedang memasukkan adonan kue di oven. Oven yang entah darimana datangnya. Ibunya mendongak melihat puteranya setelah berhasil memasukkan nampan berisi adonan kue ke dalam oven, ia mendekati puteranya yang wajahnya sudah dibasahi air matanya sendiri.
"Eomma,..." ucapnya dengan suara seraknya. Dekapan ibunya yang hangat dan penuh cinta menyadarkan seorang Taehyun kembali. Bodoh, pikirnya sempat berpikir akan mati dengan cara bodoh yaitu tumor otak.
"Sstt, sayang. Kenapa, hm?" tanya ibunya Taehyun sambil mengusap-usap kepala anaknya. "Apa ada yang mengganggumu, hm?"
Taehyun hanya menggelengkan kepalanya, ia mempererat pelukan pada ibunya itu untuk menenangkan pikirannya yang sempat kacau. Jari ibunya yang menuruni kepalanya untuk menghapus jejak air matanya membuat Taehyun semakin merasa ia tidak ingin meninggalkan dunia ini, belum, saat ini belum waktunya. Taehyun meraih tangan ibunya dengan menggenggamnya erat lalu menatap ibunya yang secantik bidadari itu.
"Eomma. Aku sayang eomma." Taehyun tersenyum setelah mengatakannya. Ia merasa beban yang barusan dirasakannya hilang begitu saja, "Aku berjanji akan sembuh, eomma. Aku akan selalu bersama eomma!"
"Iya, Taehyun sayang." ibunya mengecup kening puteranya itu penuh kasih, "Yang terpenting sekarang jalani dulu kemoterapimu dengan rajin ya?"
Taehyun manggut-manggut lalu memasuki kamarnya dan langsung duduk di meja belajarnya. Ia mengambil sketchbook, pensil, dan penghapusnya untuk menggambar wajahnya sendiri berdasarkan swafoto yang ia ambil beberapa bulan yang lalu. Sebelum memulai menggores laman sketchbook kosong itu, pertama-tama Taehyun menggunakan sebuah spidol supaya terlihat lebih jelas tulisannya.
Taehyun menuliskan,
'Untuk CYJ'
Lalu mulai menggambar wajahnya sendiri, untuk nantinya apabila Yeonjun sudah mendapatkan donor mata bisa melihatnya. Juga gambarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️ 𝗛𝗜𝗠. [TaeJun][Yeonjun X Taehyun]
Fanfiction"Dua hati saling bertaut dalam malam Jatuh cinta Tak pernah bisa saling memandang." - Jack Canfield *Kisah ini dibuat atas ide dari cerita Jack Canfield dalam Chicken Soup for the Soul dan ada modifikasi sedikit(・∀・)