Momentum

De' Javu

Valarie, gadis blesteran tersebut terlihat tersenyum sendu mengingat apa yang baru saja terjadi.

Pemuda Canada tersebut seraya menghantui benaknya dalam beberapa waktu yang tersisa.

Tak lama, dan tak cepat.
Begitulah kata para dokter yang memeriksa dirinya dalam beberapa waktu.

Setiap perubahan menit yang berdatak membuat dirinya terlihat makin pucat pasi.

Hayalannya merambat pada jalan pemikirannya, gadis itu tanpa sengaja tersenyum sendu dan memanggil nama seseorang yang dulu selalu bersamanya.

Matanya mengerjap, dentingan piano dari lantai basement itu terdengar memainkan lagu river flows in you.

Lagu yang dulunya selalu membuat dirinya merasa nyaman, namun nyatanya kenyataan tersebut tak semulus kisah cinta pada umumnya.

Gadis blasteran itu tahu, menyadarkan dirinya sendiri pada genggaman yang ia percayai.

Walau ia kini terluka.

Semua yang kini terjadi bagaikan De'javu. Hal murni yang ia ingat dalam dukanya yang berdetak bagai langkahan jam pasir yang siap menerkam kapan saja.

Seseorang yang tanpa sengaja mengusik benaknya itu hanyalah hilir butir kenangan. Lagipula tak mungkin pria bernama Mark tersebut tiba-tiba datang menghampirinya yang kemudian memberikan setangkai bunga mawar, yang kemudian melayu. Seperti cintanya.

Gadis itu kembali menghembuskan nafasnya dengan kasar, kedua tangannya memeluk erat bonekamenyakitkan sayangannya tersebut.

"Apakah masih ada harapan untukku menemuinya, walaupun itu terakhir kalinya?"

Gadis itu tersenyum sebelum kedua kelopak matanya yang indah tersebut tertutup.