1 . 0

30.6K 2.4K 143
                                    

ㅡ20190606.

Intro

▪◽▪

Haechan tidak akan berhenti. Meski dirinya harus mengorbankan separuh nyawanya, Haechan itu punya kemauan bebal yang sulit untuk dicatut barang sesusah apapun.

Seperti tingkahnya sekarang ini.

Lihat saja bagaimana dirinya melangkah dengan kedua kaki begitu berani. Wajah tersenyum lebar. Jangan lupa kedua tangannya yang sibuk menggenggam buku pelajaran milik Renjunㅡkatanya sih dirinya berniat untuk menyalin biar lebih pintar satu derajat dari sebelum-sebelumnyaㅡbegitu erat sampai buku-buku jarinya memucat.

"Pagi Kak Mark. Jangan lupa bahagia." senyuman Haechan membuncah seketika. Waktu dirinya bersitatap dengan kakak tingkat favoritnya yang kini berdiam diri di tempat karena terhalang tubuh Haechan di hadapannya persis.

Mark tidak lantas merubah ekspresinya. Masih sama seperti biasa dirinya menemukan Haechan mengganggu di sela-sela jadwal kuliahnya yang kelewat padat.

Oh, anak bawel ini lagi.

Mark sama sekali tidak menggubris keberadaan Haechan. Dari pipinya yang ditusuk-tusuk berkali-kali. Lalu telinganya yang mendadak tuli sesaat akibat jeritan tak bermanfaat dari bocah itu. Hingga lengannya yang berganti profesi menjadi bantal berjalan si bocah cerewet.

"Kenapa kelasnya dekat sekali sih. Kan harus berpisah dengan Kak Mark." kembali Haechan berbicara. Lebih tepatnya menggerutu.

Tepat saat itu juga, Mark tanpa sepatah kata pun melepaskan diri dari si adik tingkat yang terus-terusan menempelinya itu. Dengan santai berjalan memasuki kelas dan mulai menyapa Hendery yang berdiri paling dekat dengan pintu kelas.

"Oi, Mark. Kasar sekali pada pacar sendiri. Setidaknya berikan ciuman kupu-kupu padanya atau pamitan. Jangan ditinggal begitu saja." Hendery berkilah. Ketika netranya menangkap Haechan yang tak kunjung beranjak dari tempat terakhir dirinya bercengkramaㅡralat, menyengkram lengan berotot Mark. Mark justru mengendikkan bahunya menjawab ucapan Hendery dan kembali berjalan menuju kursi yang masih kosong.

Peduli setan. Lagupula Mark tidak rugi juga kalau bocah itu akhirnya mangkir dan menjauhinya. Meh, Mark hanya melihat Haechan sebatas kenalan saja.

"Kak Mark, aku masuk kelas dulu, okay? Jangan melamunkan aku. Belajar yang rajin. Aku sayang Kak Mark." Haechan memekik di depan pintu kelas Mark. Dirinya kemudian berbalik dan berjalan cepat menuju kelasnya.

Diam-diam Haechan menghela nafas berat. Bahkan kepalanya sama sekali tidak mencoba menoleh untuk bersitatap sebentar dengan Haechan yang sudah memandanginya begitu berharap.

"Untung tampan."

Haechan tidak boleh menyerah.

.

Sudahkah Kamu Jatuh Hati Padaku? ㅡ L. Mark + L. Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang