Mata Sasuke semakin menyorot tajam. Bibirnya yang tipis menyunggingkan secetak seringai yang hanya bisa dilihat oleh Sakura. Membuat perempuan itu seketika merasa takut. Itu jelas bukanlah pertanda yang baik. Apalagi, sejak tadi Sasuke sama sekali tak membiarkannya pergi bahkan hanya untuk mencicipi hidangan atau sekadar mengambil minuman.Sasuke melepas tangan Sakura yang mengait erat di lengannya, kemudian merengkuh perempuan itu ketika bunyi musik waltz mulai mengalun di seluruh ruangan.
Sasuke makin mengeratkan dekapannya pada tubuh mungil Sakura. Membungkus sempurna tubuh itu dengan lengannya yang kokoh. Seakan berusaha melindungi perempuan itu dari balik dekapannya.
"Diam, dan jangan lakukan apapun sebelum aku memerintahkanmu. Aku butuh bantuanmu malam ini. Hanya jangan lepaskan pelukanku, dan kau akan aman," jelas Sasuke dengan pandangan yang sama sekali tak menatap Sakura. Melainkan sepasang kekasih yang juga sama tengah melakukan dansa seperti yang dilakukannya sekarang.
Dengan gerakan perlahan, Sasuke menarik sebuah pistol dari balik saku celananya yang sudah ia persiapkan sejak tadi. Pistol yang telah ia beri peredam itu ia arahkan tepat ke arah sepasang kekasih yang menjadi incarannya.
Sambil terus mendekap erat tubuh Sakura, Sasuke menarik pelatuknya membuat peluru yang berukuran kecil itu melesat dengan cepat ke arah kepala wanita itu.
One shot to die
Sasuke memilih menyelesaikan semuanya dengan cepat sebisa mungkin, tanpa main-main seperti biasanya. Karena sekarang, ada perempuan yang tengah berada di dekapannya. Ia tak mungkin menempatkan Sakura dalam bahaya lagi. Meskipun dia sendiri juga tahu bahwa ia telah melakukannya saat ini.
Namun, bagaimana lagi. Dia tak punya pilihan lain. Ia membutuhkan seorang wanita untuk memperlancarnya masuk tanpa interogasi penjaga, setelah memastikan seseorang yang identitasnya ia pakai sekarang untuk masuk tidak akan datang.
Jika dalam misinya yang lain, biasanya dia akan mengajak Karin. Tapi kali ini dia tak bisa, perempuan itu juga tengah melakukan sesuatu yang diperintahkanya. Dan pilihan terakhirnya jatuh pada Sakura. Selain itu, tanpa sadar Sasuke ingin Sakura tahu akan dirinya. Tentang dirinya yang sebenarnya, tentang sisi gelapnya yang terdalam.
Tepat setelah peluru itu bersarang, suara pekikan terdengar dari mulut pria yang juga menjadi mangsanya. Tatapan Sasuke terlihat datar. Tak memperlihatkan emosi sama sekali.
Di lain sisi, Sakura juga merasa kaget. Namun, tak lama, pandangannya beralih pada Sasuke yang kini mencengkram erat punggungnya.
"Berlaku lah seperti tak tahu apa-apa!"
Sakura hanya mengangguk. Oh, Kami Sama, dosa apa yang telah diperbuatnya saat ini. Ia bahkan, melindungi pembunuh yang kini mendekapnya.
Suasana di sekitar mereka tak lagi sama. Suara musik waltz yang tadi mengalun langsung berhenti tepat ketika sang penyelenggara acara memekik tak percaya bahwa kekasihnya telah tiada.
Orang-orang yang berada di sana sebagian berubah ketakutan, tapi sebagian yang lain terlihat biasa saja. Inilah dunia tempat Sasuke hidup, di mana nyawa terasa tak begitu berarti ketimbang lembaran uang.
Beberapa dari mereka mulai menyiapkan pistol ataupun Revolver mereka untuk berjaga-jaga. Para bodyguard dari pria yang menjadi target Sasuke tadi terlihat mengumpul memenuhi ruangan. Karena merasa kecolongan hingga membuat tuan mereka kehilangan kekasihnya.
"SIAPA YANG MELAKUKAN INI?!" suara bass itu menggelegar di seluruh ruangan. Membuat tubuh Sakura bergetar seketika. Suara itu bahkan lebih menyeramkan daripada suara Sasuke ketika membentaknya.
Seakan mengerti ketakutan perempuan di depannya. Sasuke semakin mengeratkan pelukannya. Membiarkan kepala Sakura menelusup di dadanya.
"Lakukan!" perintah Sasuke pelan membuat Sakura langsung mendongakkan kepalanya memandangi Sasuke dengan tatapan bertanya.
"Bersiaplah!" ucap Sasuke seakan menjawab segala pertanyaan Sakura. Namun, perempuan itu malah semakin bingung. Dalam hati ia bertanya, bersiap untuk apa?
Namun, tak lama selepas itu. Ruangan tiba-tiba berubah gelap. Para wanita yang berada mulai memekik kaget sekaligus takut. Tak terkecuali Sakura.
Sasuke memakai kacamata hitamnya, mengamati di mana targetnya berada. Kaca mata ini sudah diberinya sensor untuk dapat mendeteksi informasi dari targetnya yang sudah lebih dulu ia masukkan.
Sasuke mengarahkan moncong Glock 20-nya. Menarik pelatuknya dengan cepat ke arah kepala sang target. Namun, sayang, sepertinya seorang bodyguard menyadari akan gerak-geriknya dan mengarahkan tubuhnya sebagai tameng untuk tuannya.
Tak lama, bunyi bedebum menyusul seiring tubuh bodyguard itu yang ambruk di lantai.
"Keluar kau, Keparat!!" teriak pria tua itu.
Pria tua itu semakin was-was, berusaha lebih menajamkan indera pendengarannya.
Ia mengambil Revolver dari balik jas yang dikenakannya. "Cepat buat ruangan ini menyala, apapun caranya!" perintahnya seolah adalah hal yang mutlak. Beberapa bodyguardnya langsung berlari entah ke mana, melakukan tugas yang diberikan oleh tuannya.
Sementara, seringai di bibir Sasuke semakin terkembang. Tatapannya beralih menyorot ke arah Sakura yang jelas tak dapat melihatnya sekarang ini. Bahkan, ia bisa merasakan ketakutan dari perempuan itu dari tangannya yang tak berhenti bergetar saat mencengkram lengan tuxedo-nya.
Sasuke mengusap lembut pipi Sakura, membuat perempuan itu mendongakkan kepalanya sekali lagi dengan refleks. Sasuke tersenyum sekilas.
"Sasu--" Sasuke dengan cepat menaruh jari telunjuknya di atas bibir perempuan itu. Menurunkan sedikit kepalanya untuk sejajar dengan telinga Sakura.
"Maukah kau berdansa bersamaku?" bisiknya pada Sakura, sedetik sebelum Sasuke menarik tangan Sakura untuk membawanya keluar dari Mansion mewah tadi. Memancing pria tua itu agar mengikutinya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite
FanfictionSakura yang malang harus merelakan dirinya dijual dan diperlakukan tak manusiawi demi membayar hutang kedua orang tuanya kepada si keparat Danzo. Membuatnya berakhir kehilangan orang yang begitu disayanginya dan jatuh ke dalam tangan pembunuh berdar...