Melissa duduk di kursi samping jendela kamarnya dan juga di depan meja belajar.
Matanya menerawang jauh pada penampakan Hutan Morin.
Sore ini Melissa menggunakan pakaian bertema kasual. Kaus merah muda polos yang selimuti dengan cardigan berbahan brokat sewarna salju ia gunakan untuk dipadukan bersama celana jeans panjang bewarna sky blue.
Untuk rambut, Melissa memilih mengucir ekor kuda rambutnya dan membiarkannya sesekali menari disapa angin. Kalung berbentuk hati dengan hiasan crystal ungu yang sering disembunyikan ia tunjukkan sore ini.
Melissa sendiri di sini.
Tak ada satu pun siswi yang mau satu kamar dengannya.
Sebenarnya ada. Tapi, sekarang orang itu sudah lulus dan bekerja di Kerajaan Federal sebagai ksatria wanita.
Ada banyak alasan yang dibuat para siswi CA untuk menghindar dari yang namanya satu kamar dengan Melissa.
"Melissa itu pembawa sial".
"Satu kamar dengannya hanyalah sebuah kutukan".
"Siapa yang betah satu kamar dengan manusia tembok beku?"
"Satu kamar dengan gadis payah itu? Mau membuatku dibully?"
"Satu kamar dengan gadis terbodoh di CA sama saja menurunkan harga diriku".
Dan masih banyak lagi alasan yang intinya mereka tak mau satu kamar dengan Melissa.
Sekarang di sinilah Melissa, sendiri, di jendela, menerawang jauh.
Mungkin kalian pikir ini menyedihkan. Namun, faktanya ini tak seburuk yang kalian pikir.
Melissa suka menyendiri, terkadang menyendiri itu membawa ketenangan baginya.
Dan tentunya rahasia yang gadis ini simpan serapi mungkin akan tetap aman karena tak ada satu orang pun yang bisa mengawasinya bila dia berada di kamar. Itu adalah hal yang paling Melissa sukai dari kamarnya.
Kamar ini tidaklah luas dan tidaklah kecil. Kira-kira cukup untuk di tinggali oleh dua sampai tiga orang. Kamar ini memiliki dua tempat tidur, dua meja belajar, dua lemari pakaian, satu kamar mandi, dan dua meja rias. Dindingnya bercat soft blue, membuat kesan tenang dan damai.
Melissa masih memandang keluar, tapi pikirannya lagi-lagi melayang entah ke sudut mana.
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu kamar itu berhasil menyadarkan Melissa dari lamunannya.
Dengan malas Melissa berjalan menuju pintu.
Begiyu pintu dibuka, penampakan dua orang gadis bangsawan berdiri di hadapannya mengisi penglihatannya.
Salah satu dari mereka memakai pakaian bangsawan dan membawa koper yang dapat disimpulkan ia adalah seorang putri dan akan menjadi teman sekamar baru Melissa.
Sedangkan yang satunya lagi adalah gadis berambut pirang bermata biru laut yang merupakan Putri Mahkota Kerajaan Floral sekaligus siswi tercerdas di CA, Luisa Clarista Havent.
Melissa menatap keduanya datar tanpa ekspresi.
"H hai Melissa, perkenalkan ini sepupuku Putri Filya Merlya Havent kamu bisa panggil dia Filya," ujar Luisa canggung.
"Filya ini Melissa Earnoel Gabriel yang biasa dipanggil Melissa," Luisa memperkenalkan Melissa pada sepupunya yang bernama Filya.
"Hai, aku Filya. Aku harap kita bisa menjadi teman baik," ujar Filya mengulurkan tangan putihnya pada gadis bernama Melissa di depannya. Sifatnya yang supel tentu bisa menjamin apa yang ia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Element
FantasyTerkadang, yang terjadi tak seperti yang terlihat. Adakalanya, sang mentari bersembunyi di awan gelap. Adakalanya, semut yang kita anggap lemah bisa membuat gajah kesakitan. Adakalanya, sang cahaya menjadi bayangan. Sedangkan sang kegelapan justru...