5. Setelahnya

1.2K 288 252
                                    

Seumur-umur, Diandra Minhyun adalah anak yang baik dan tidak neko-neko. Berasal dari keluarga terpandang di Jakarta, dirinya selalu menjadi putra yang selalu membanggakan kedua orang tuanya. Dikaruniai wajah yang tampan, manis, indah, ramah, lemah lembut, dan punya kekasih yang tak kalah tampan serta mencintainya dengan sepenuh hati. Kehidupan Minhyun benar-benar sempurna saat itu.

Namun untuk malam ini, Minhyun ingin melepas titel anak baik yang disematkan padanya. Ketika sang kekasih yang diharapkan menjadi pelengkap hidupnya harus menikah dengan orang lain, maka kehancuran hidup Minhyun sudah dimulai saat itu juga. Minhyun tidak bisa pura-pura bahagia dan tidak bisa melepaskan begitu saja. Keputusannya untuk merestui mereka berdua hanya agar tidak terlalu memperburuk suasana.

Padahal hatinya hancur sejadi-jadinya.

Karena itu sebagai pelampiasan, Minhyun tanpa ditemani seorang pun teman, melangkahkan kakinya ke dalam sebuah klub malam terkenal di pusat kota Bandung. Dia tidak berpikir macam-macam, sama sekali tidak terbesit keinginannya untuk "bermain" dengan pria maupun wanita yang terang-terangan menatapnya penasaran ketika dirinya semakin melangkah masuk ke dalam.

Tidak. Minhyun hanya ingin minum. Dia banyak mendengar dari orang-orang jika minum bisa melepas stresmu meski sesaat. Namun kenyataannya, kepala Minhyun malah berdenyut sakit saat dirinya disambut musik yang mengalun keras dari lantai dansa di bawah sana.

Sempat terpikir untuknya kembali keluar. Namun saat ia ingat hari apa ini, ia semakin mendesah frustrasi dan melanjutkan langkahnya menuju salah satu sofa di sudut ruangan.

Hari pernikahan Daniel dengan Seongwoo. Yang seharusnya ia hadiri karena Daniel mengundangnya meski secara tidak langsung.

Minhyun duduk dalam keheningan. Bingung hendak memesan apa pada pelayan yang sedari tadi mondar mandir menawarkan banyak minuman padanya.

“Bir Bintang lebih cocok buat lo.”

Kening Minhyun berkerut ketika sebuah suara yang tak asing berbunyi di dekatnya. Dia menemukan sesosok pria jangkung yang berjalan mendekatinya seraya menenteng alat vaping di tangannya.

“Hyunbin?”

Sosok itu terkekeh sebelum duduk tepat di samping kanannya, “Ngapain lo disini?” tanyanya dengan suara serak khasnya. Ia menghirup vape-nya lalu menghembuskan asap yang bisa Minhyun cium dari jarak sedekat ini. Wangi jasmine, pikirnya.

“Gue?” Minhyun gelagapan. “Y-ya mau main lah..”

“Jangan macem-macem. Lo keliatan mencolok banget pas dateng kesini.” Hyunbin tersenyum geli.

“Lo..tau?”

Hyunbin berdecak sebelum menyimpan vape-nya di depan meja mereka. “Siapa sih yang gak nyadar sama kelakuan orang yang pertama kali dateng ke tempat beginian? Lo cuma celingak celinguk terus ngeringis sambil milih tempat duduk.”

Minhyun hanya diam. Karena semua yang diucapkan Hyunbin benar adanya. Entah dia harus senang mendapat teman yang ia kenal disini, atau malah khawatir Hyunbin akan melaporkannya pada Daniel.

“Udah..tenang aja gue gak bakal bilang Daniel.” Hyunbin seakan bisa membaca pikiran Minhyun. Ia lalu menghela nafas, “Gue tau alesan lo kesini karena apa..”

Mata rubah Minhyun memicing.

“Karena gue juga sama.”

Di tengah riuhnya suasana kelab malam, Minhyun dapat menangkap ekspresi sedih Hyunbin. Benar..dua orang yang tengah patah hati kini dipertemukan di tempat yang tidak layak. Minhyun hanya bisa tersenyum miris.

“Pesenin minum yang cocok buat gue.” ujar Minhyun tiba-tiba.

Hyunbin mendelik, setelahnya dia menjentikan jari pada pelayan yang tengah lewat di dekat mereka. “Bir Bintang aja ya.”

DUA | OngNiel - MinHyunBinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang