"Jalja-yo, Jungkookie. Hati-hati."
Jungkook menganggukkan kepala, senyum lebar mulai menghiasi wajah putih pucat nan tampannya. Matanya memandangi Jimin, yang masih menampilkan sebuah senyum terbaik untuk Jungkook.
Ia hanya menghela nafas, mengingat tidak bisa berlama-lama dengan jimin.
Jungkook ada tugas yang menanti untuk dikerjakannya.Berbagai titah sang ayah yang membuat jungkook, tak bisa memiliki waktu berdua dengan jimin.
Jungkook tidak bisa menjadi kekasih yang selalu ada untuk jimin, tak pernah bisa menemani kekasihnya pergi.
Jungkook ingin menjalin hubungan dengan jimin, layaknya sepasang kekasih pada umumnya.
Saling bergandengan tangan, berpelukan, berciuman, dan melakukan hal-hal romantis lainnya dengan Jimin.Ia kembali melirik arlojinya, kembali tidak bisa berlama-lama dengan Jimin. Waktu seakan-akan tak mengizinkan jungkook untuk mengobrol atau berduaan dengan Jimin.
Ia tersenyum, tangannya kembali diselipkan ke dalam saku celananya.
"Masuklah! Aku juga akan pergi."
Jimin menganggukkan kepalanya, mata lebarnya terfokus pada kedua mata sang pria bermarga Jeon itu. Tanpa mengucap sepatah kata lagi, Jungkook melangkahkan kedua kakinya meninggalkan Jimin yang masih termangu di depan rumah.
Kedua mata pria ini memandangi punggung Jungkook yang kian menghilang dari jarak pandangnya.
Jimin tersenyum lebar, tak menyangka dengan kejadian hari ini. Jeon jungkook menjemputnya di tempat bekerja, adalah suatu kejadian yang sangat langka dan mungkin mustahil bila hal itu terjadi.
Ia menggelengkan kepalanya itu, mencoba untuk tak mengingat kejadian yang terjadi beberapa menit tadi. Jimin berbalik, kakinya melangkah memasuki kediamannya yang terlihat sepi.
Dengan hati-hati, jimin berjalan melewati ruang tamu menuju kamarnya. Ia tidak boleh mengeluarkan suara apapun, atau jimin akan membangunkan ayah dan ibunya. Pria ini menghela nafasnya, setelah ia berhasil memasuki kamarnya. Jimin pun melemparkan tubuhnya di ranjangnya.
"Lelahnya."
***
Jungkook melewati koridor kampus dengan angkuhnya, tidak memedulikan tatapan memuja yang ditujukan padanya.
Jungkook juga tak peduli, akan segerombolan para gadis di kampusnya memekik karena ia melewati gadis itu. Jungkook terus berjalan, tanpa memedulikan suara jeritan fans fanatiknya itu. Lagipula para gadis dikampus ini sudah mengetahui kalau jungkook adalah seorang gay.
Langkah kakinya terhenti, ia berhenti di depan pintu ruang kelas Jimin. Senyuman di wajah rupawannya memancar, melihat sosok itu tengah ada di bangkunya sembari membaca buku-buku tebal. Jungkook menggeleng pelan, ia lupa bahwa jimin itu seorang kutu buku.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, jungkook memasuki ruang kelas jimin.
Pria yang memiliki wajah rupawan bak pangeran di negeri dongeng ini, berjalan mendekati bangku sang kekasih yang masih tidak menyadari kehadirannya.
Tak peduli akan semua bisikan di dalam ruangan itu, ia terus mendekati Jimin yang masih fokus pada buku tebalnya.
Jungkook menarik buku di tangan jimin, membuat pria itu mendongakkan kepalanya. Jungkook pun menarik kursi, mendudukkan tubuh kekarnya di dekat jimin.
"Aku mengganggumu, Minnie?"
"Tidak. Ada perlu apa? Tidak biasanya, sunbae datang ke ruang kelasku."
"Mencarimu."
"Untuk apa mencariku, jungkook sunbae?"
Jungkook terdiam, bingung menjawab akan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh jimin. Jungkook sendiri juga tak tahu, mengapa ia ingin menjumpai kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAR ||KOOKMIN||
Romance"Aku ini hanyalah seorang pria brengsek, yang telah mencintai pria cantik berhati malaikat sepertimu. Seorang pembohong yang tak pantas untuk bersamamu." _ Jeon Jungkook . . . "Kita pernah berkomitmen untuk saling terbuka, menceritakan semua masalah...