Bab 5(Aneh?)

680 55 3
                                    

Hari menjelang malam, sang mentari pun kembali ke peraduannya di ufuk barat.
Suara jeritan sakit dan tangis berpadu menjadi satu. Menciptakan rasa pilu bagi para manusia yg berhati nurani saat mendengarnya.
Para anak-anak menangis kelaparan, serta para wanita menjerit kesakitan.
Sedangkan para tentara belanda hanya bisa meresapi hal tersebut dengan kebahagiaan yg mendalam.
Jeritan mereka adalah penyemangat.
Kesakitan mereka adalah kebahagiaan.
Di jaman ini belum satu pun pemuda yg memiliki motivasi untuk bebas dari jeratan tentara belanda.
Dan hanya bisa maratapi nasib yg kian menyekap.

~~~~~~~
Seorang gadis berlarian dari arah dapur menuju ruang makan dengan meja yg sangat panjang. Dia dan pelayan lainnya harus membuat meja tersebut di penuhi makanan untuk jamuan makan para petinggi tentara belanda.

"Suratna?" seru wanita paruh baya yg usianya sudah sekitar setengah abad.
"Ya mbok?" timpal suratna yg sibuk mengelap piring.
"Mengapa kau mengepang dua rambutmu? apa kamu sudah bersuami?" tanya wanita yg akrab di panggil si mbok itu.
"Belum mbok, hanya saja aku takut terjadi sesuatu saat aku mengepang satu rambutku" jelas suratna yg kini sudah beralih menyiapkan gelas-gelas.

Tradisi yang sangat kental di era penjajahan itu memang sudah sangat melekat pada wanita indonesia.
Kita semua bahkan sudah mengetahuinya.

Makanan sudah terhidang penuh di meja panjang dengan ukiran indah.

"Mbok, kapan mereka datang??" Suratna bertanya pada si mbok yg sedang merapihkan peralatan makan.

"Sebentar lagi mereka akan datang,dan saat itu juga segeralah kamu berdiri di samping tuanmu" Si mbok berjalan menuju ke arah dapur pelayan.

'Tuanku??siapa?' Benak suratna bertanya akan hal itu.

Namun seketika terdengar decitan keras dari pintu utama, serta derap langkah berat yg sangat banyak.
Suara obrolan semakin terdengar kala suratna mencoba berjalan ke arah pintu dapur.

Para petinggi belanda menuju tempat jamuan mereka, hingga semua singgah di tempatnya masing-masing.

Robert, pria itu ada di ujung meja memimpin para petinggi untuk jamuan besar ini.

Robert berdiri dan mulai mengucapkan kata "Ga alsjeblieff zitten,we zuyen gewelding eten voor deze gloria"

Author.pov

Semua orang yang ada disana saling bersalaman dan mengucapkan selamat, seakan mereka telah mendapatkan keberhasilan baru. Tentu keberhasilan baru itu didapat dari penderitaan baru.

"Pelayan hidangkan makanan!!" teriak kepala pelayan ke arah dapur. Seketika para pelayan berhamburan membawa tugas mereka masing-masing.

Suratna sudah paham kemana dia harus pergi membawa hidangan di tangannya. Suratna menghampiri Robert yg tengah berbincang dengan seorang pria tua berkepala pelontos.

"Permisi tuan,ini hidanganya" robert mengalihkan pandangannya ke arah suratna,tak terkecuali pria tua ada di sebelahnya.

"Cepat hidangkan" perintah Robert dingin tanpa interupsi.

"Siapa dia?" sang pria tua brtanya kepada Robert.

"Pelayan yg kutemukan di tengah hutan" Robert menjawab dengan wajah tenang sembari melirik Suratna.

"Apa tidak salah kau menjadikannya pelayan dapur?" sang pria tua menatap Suratna dengan pandangan aneh menurut Suratna.
"Apa bisa kubawa dia unt.."

"Tidak" Robert memotong ucapan sang pria tua.
"Dia hanya bisa disini, jika ku berikan dia padamu pelayanku akan berkurang"

"Baiklah, tidak perlu membuang emosimu" sang pria tua membuang wajah.

"Ayo kita nikmati saja hidangannya" Robert mengalihkan arah pembicaraan mereka.

Suratna masih terdiam dan memikirkan apa yg kedua pria itu bicarakan.

"Untuk apa kau masih disana?!" bentakan keras membuyarkan lamunannya.
"Kembalilah bekerja di belakang" Robert kembali berucap lalu membuang wajahnya.

"Ba-baiklah tuan,permisi" Suratna mencoba menetralkan suaranya.

Suratna berjalan meninggalkan keramaian di ruang jamuan,dia memilih membantu si mbok membersihkan bagian rumah yang lain.

Namun di tengah kegiatannya,suratna teringat akan ibu yang dia tinggalkan dalam keadaan sakit. Dia sangat khawatir akan kondisi ibunya saat ini,meski dia percaya terhadapa adik sepupunya setidaknya itu hal wajar saat seorang anak yang terpisah dari ibunya dalam keadaan mengenaskan.

'Ibu aku merindukanmu,apakah ibu baik-baik saja. Semoga ibu tidak terlalau sedih atas kepergian ayah dan aku. Dan semoga saja aku segera bertemu denganmu ibu'

Suratna hanya bisa berbicara dengan kalbunya,tanpa bisa berbuat apapun kecuali menumpahkan segala rasa dalam air mata yg kian berlinang membasahi pipinya.

___________________________________
Hwhwhwww...
Akhirnya publish.ya ampun maaf ya lama.
Karna emang lagi seret isi kepalaku.oh iya jangan lupa buat vote okee!!,-

When Shine Meet Dark (een wonder)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang