#3

6 3 1
                                    

Kami akhirnya sampai pada bangunan baru yang didesain oleh Caca, nuansanya seperti di café-café klasik di luar negeri.

"Ah, akhirnya, dua hari lagi akan diresmikan dan dibuka untuk pertama kalinya," ucapku antusias.

"Semoga berjalan dengan lancar di hari H-nya," ucap Caca mendoakan.

"Aamiin," ucapku mengaminkan doa Caca

Aku dan Caca berkeliling melihat semua sudut yang ada di ruangan itu takut ada kekurangan pada detail dinding, kaca etalase, dan furniture-nya.

Saat aku dan Caca keluar dari café, ternyata di depan pintu ada sebuah paket yang sangat mirip dengan paket yang pria misterius itu titipkan ke Septi. Lalu kenapa tiba-tiba ada disini?

"Milik siapa ini, kok ada disini?" tanya Caca entah kepada siapa

"Entahlah itu milik siapa," ucapku melihat keadaan sekitar siapa tahu ada tanda siapa yang menaruh paket itu.

"Apakah kita harus membuka paket ini?" Caca mengambil paket itu lalu jatuh sebuah kertas, lalu aku mengambilnya

(Untuk Nanda Fazra)

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang sama sekali tak gatal.

"Untukku? Tapi dari siapa?" ucapku heran. Caca pun membuka paket itu dengan sedikit kasar, robekannya tak rapi.

"Kaktus?" ucap Caca bingung menatapku

Handphone-ku bergetar sebuah pesan masuk dengan nomor yang tak dikenal (lagi)

08315421****
'Kau sudah menerima kaktus tersebut? Apakah kau senang mendapatkannya? Ku harap kau senang'

Aku bingung pesan ini dari siapa dan kaktus ini untuk apa? Apa maksud dari semua ini, apa yang sedang terjadi? Apa aku sedang diteror? Tetapi mengapa aku diteror? Begitu banyak pertanyaan dalam pikiranku hingga kepala ku pusing dan seketika semuanya menjadi gelap.

Aku mengerjap-ngerjapkan mata menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke kornea mataku. Ternyata aku sudah ada di apartemen. Aku melihat Caca tertidur diatas sofa, wajahnya sangat lelah sekali. Aku melihat sebuah makanan, minuman, sebuah paket dan sebuah surat diatasnya.

(Semoga lekas sembuh)

Aku membuka paket itu dan isinya, lagi-lagi dan lagi sebuah kaktus. Aku melempar kaktus tersebut ke sembarang arah hingga membuat Caca terbangun.

"Kamu kenapa? Maaf aku ketiduran."

"Maaf telah membangunkan mu."

Red Velvet dan Kado KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang