#2

10 3 0
                                    

"Nih neng pesenan ketopraknya dua," ucap abang-abang ketoprak tersebut. Ya sekarang kami sedang menikmati masakan tradisional di warung ketoprak bersama orang yang ku sebut My Dear. Tak lama seorang gadis kurus tinggi si kutilang menghampiri kami dengan tawanya yang khas.

"Eit... Pesenin aku juga dong!" suara cemprengnya terdengar begitu mengusik dunia, suara siapa lagi kalau bukan suaranya Sarah.

"Kamu tuh bisa nggak sih pelanin suara kamu?"

"Memang kenapa sih?!"

Ealah malah doi nanya balik. Seketika suasana menjadi hening hanya ada suara sendok mengenai piring ketoprak berdentingan, kami sangat lapar.

"Gimana proyek desain ruangan yang ku beri?" tanyaku memecahkan keheningan

"Uhuk.. Uhuk.. Uhuk.."

'Malah keselek ni orang dasar Caca'

"Hmm... Udah hampir selesai. Kamu nggak usah khawatir!" ucap Caca

"Kamu yakin minggu depan bakal selesai dengan sempurna sesuai kemauanku?"

"Yeah, my dear. Kamu nggak usah khawatir, kamu urus aja surat pengunduranmu," ucap Caca dengan senyum semanis Sweet Purple. Aku hanya mengangguk dan melanjutkan makanku lalu kembali ke apartemen

Sesampainya aku di apartemen tepat didepan pintu handphone-ku berdering sebuah pesan masuk aku sedikit herman ehh salah maksudnya heran dengan pesan itu

08157665****
'Apa kau suka kaktus itu?'

Acuh tak acuh aku menanggapinya, aku berpikir itu hanya orang iseng tetapi aku juga sedikit heram bagaimana dia tahu aku punya tanaman kaktus. Apa dia yang memberikanku tanaman itu?. Tahu ah... Aku ingin mandi menyegarkan tubuhku yang letih. Setelah aku mandi dan memakai pakaian ku, jam menunjukkan pukul enam tiga puluh, seperti biasa aku duduk di salah satu jendela yang menghadap ke taman.

Tiba-tiba HP-ku berdering seseorang menelpon, aku pun melihat kelayar 'Nomor tak dikenal'. Aku sedikit penasaran jadi kuangkat panggilan itu.

"Halo..?"

"...."

"Hallo? Siapa sih?"

"...."

Sambungan terputus. Aku menggaruk-garuk kepala ku yang sebenarnya tak gatal.

Aku tak ingin ambil pusing dengan kejadian tadi. Aku melihat ke taman dan melihat seoranh pria yang kemarin memayungiku saat hujan. Pria misterius itu sedang duduk menghadap kamarku tanpa berkedip. Aku sedikit takut, lantas menutup gorden jendela lalu duduk di sofa dan menonton televisi hingga ketiduran.

Empat hari setelah kejadian itu aku mengurus surat pengunduran diri dari tempat kerja yang mendapatkan penolakkan dari pak Boss.

"Kamu tak boleh pergi dari sini, Cherry!" tolak pak Boss.
Cherry adalah nama panggilannya untuk ku semenjak aku memperkenalkan diri pertama kali di toko kue uni dan membawakan pak Boss buah ceri agar ia berkenan menerimaku bekerja.

"Tapi pak, saya ingin mewujudkan mimpi saya dari kecil, pak!"

"Kamu bisa wujudkan mimpimu ditempat ini saja."

"Maaf saya tidak bisa pak, saya ingin mewujudkan mimpi saya yaitu punya usaha sendiri dan merk sendiri," ucapku dengan nada sopan dan penuh penekanan. Aku menyalaminya dan mengucapkan terima kasih.

Pak Boss memandang lurua kearah bufet kue, ia tahu aku berkeras pada kemauanku.

Aku berlalu untuk mengemasi barang-barangku. Ada rasa sedih karena harus meninggalkan tempat ini. Tempat dimana aku mempraktikkan berbagai eksperimen kue-kue dari resep mancanegara. Sedih sesaat, tetapi semangat untuk membuat usaha baru membuatku menggebu-gebu.

"Udah selesai beres-beresnya?" Caca masuk keruanganku

"Udah. Yuk pergi."

Aku dan Caca pergi dari Sweet Taste. Saat ingin keluar aku melihat seorang pria yang menenteng sebuah paket di seberang sana, dia mirip dengan pria beberapa hari lalu yang ada di taman.

"Kenapa?" tanya Caca saat langkah kami berdua terhenti.

"Hmm nggak apa-apa, ayo."

Aku sempat melihat pria itu memberikan sebuah paket ke Septi saat aku menutup pintu. Mungkin paket untuk pak Boss. Ah peduli apa aku tentang itu, itu bukan urusan ku juga.







#cuap-cuap author

Lanjut ajah yh
.
.
.
.
.
.
.
.
Salam perindu pada cinta nyata bukan pada cinta semu apalagi cinta abu-abu
~Nadyafazira~

Red Velvet dan Kado KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang