kadang aku ingin menyapamu tiap kali statusmu update di medsos. Ingin sekali mengirimmu chat singkat. Bertanya perihal kabarmu. Atau sesekali menuliskan "aku rindu kamu". Namun kita bukan siapa-siapa lagi. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain belajar menerima, bahwa ternyata begini rasanya terluka.
Dan, yang selalu aku bingungkan adalah aku yang kamu sakiti, tapi tetap saja aku ingin mengajakmu bicara kembali. Kamu tahu bahwa aku tidak lagi menginginkanmu. Aku hanya ingin kita menjadi dua orang yang baik-baik saja. Meski aku ragu, jika kembali memiliki kebersamaan seperti dulu. Aku tidak yakin tidak memendam rindu padamu.
Setiap kali membuka medsos, aku selalu mencari tahu perihal kamu. Meski sesaat setelah itu bukan lega yang kurasa, tetapi sesak yang mengimpit dada. Kamu sudah sibuk dengan duniamu. Semakin sering aku mencari tahu perihal kamu, semakin banyak hal yang menumpuk dikepalaku. Pertanyan-pertanyaan yang meminta jawaban.
Sebagai orang yang pernah bersamamu, aku ingin kamu tetap bahagia. Meski kadang aku tidak bahagia melihatmu bahagia dengan orang yang bukan aku. Meski sejujurnya aku masih inginkan kamu yang menemaniku. Namun, aku sadar hidup harus kulanjutkan. Sekeras apapun aku inginkan kamu, kita akan tetap dikekalkan sebagai masa lalu. Aku hanya harus menerima, sesekali berharap bisa menerima kabarmu tanpa lagi merasakan luka.
Meski tetap saja setiap senja datang atau setelah hujan kembali pulang, kamu adalah seorang yang kadang menjadi alasanku tidak mampu menahan perasaan. Rasa sesak di dada kadang seringkali tidak terkendalikan. Dan, air mata kadang menjadi hujan-hujan yang kusembunyikan. Aku tahu rindu itu kadang terasa pilu, tetapi bukan alasan menjadikan kita sebagai masa lalu.
Boy Chandra
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIKA DAN HATI
General FictionBelajarlah dari luka dan temukan dirimu di dalam luka tersebut.