pada hari itu aku seolah orang yang tidak mencintaimu. Aku menjadi orang yang tega melepaskanmu. Aku memilih tidak menahanmu. Membiarkanmu pergi begitu saja. Tidak melakukan apa-apa agar kau tetap disini bersamaku. Semuanya seperti angin yang berhembus semakin jauh. Serasa air yang mengalir semakin jauh ke lembah-lembah yang lebih rendah. Aku bahkan tak paham mengapa aku bisa begitu. Tidak mengerti, rasanya lega sekaligus takut tak terkira. Aku kebingungan dengan diriku sendiri.
Kamu harus pahami satu hal penting yang kurahasiakan. Tidak menahanmu pergi bukan berarti tidak lagi cinta. Hanya saja, terkadang lebih baik melepaskan dari pada memaksakan terus bersama. Aku merasakan hubungan yang hampa. Aku tidak bisa lagi merasakan manisnya cinta. Meski kuakui di dalam hatiku masih saja ada rasa. Namun, tak sehebat saat pertama kali kita sepakat saling menjaga. Itulah barangkali yang membuatku membiarkanmu pergi, yang membuat aku menjadi seolah tak punya hati pada hari itu.
Sekarang semuanya hanya menjadi sesuatu yang sering datang kembali ke kepalaku. Terutama saat datang ketempat dimana kamu dan aku pernah bersama dulu. Meski rasanya berbeda. Aku tidak menemukan kita lagi disini. Selain kenangan yang kadang datang sebagai luka dihati, membawa senja dan gerimis yang pernah membasahi. Kini, semuanya terasa sangat berbeda. Walau sepenuh hati aku mencoba menikmatinya. Namun, rasanya tidak pernah sama. Senja disini jauh lebih sedih daripada yang dulu pernah terasa begitu indah.
Memang tak ada yang pasti. Bahkan, saat dua orang yang awalnya sepakat untuk saling mempertahankan pun bisa saling melepaskan. Seperti aku yang dulu mengatakan tidak akan berhenti mencintaimu. Dalam sekian lama kita bersama, aku merasa kita tak pernah benar-benar bersama. Kita terjebak dalam cara yang berbeda. Kebersamaan nyatanya tak pernah benar-benar menjamin kita tetap bersama.
Boy Chandra
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIKA DAN HATI
Ficción GeneralBelajarlah dari luka dan temukan dirimu di dalam luka tersebut.